Mitos bumi di tanduk sapi diatas ikan paus |
[Historiana] - Kontroversi yang ramai dibicarakan netzen semejak Nopember 2015 hingga Agustus 2016 adalah tentang Bumi Datar. Teori bumi datar memang bukan hal baru di dunia. Perdebatan berkepanjangan selama ratusan tahun. Namun dalam satu tahun belakangan perdebatan berdasarkan fakta ilmiah.
Berbeda dengan mayarakat tradisional di Sunda. Ini bukan berbicara budaya Sunda kuno, sekedar tempo dulu, kisah yang dialami oleh saya sendiri (penulis).
Berawal ketika kejadian gempa bumi di Kabupaten Majalengka, 6 Juli 1990 pukul 6 WIB pagi. Saat itu kami sedang menikmati sarapan, tiba-tiba gempa bumi yang mengerikan terjadi. Suaranya gemuruh, saya mendengarkan seperti gelombang dari arah barat. Kami semua berhamburan sambil meneriakan takbir "Allahu Akbar"
Beberapa rumah roboh bagian dindingnya. Rumah kami tidak apa-apa hanya beberapa genting berjatuhan. Kebetulan rumah kami terbuat dari dinding bilik bambu dengan sistem ikatan menggunakan tali ijuk. Konon, rumah dibangun oleh buyut kami tahun 40-an.
Semua mengumandangkan takbir sambil berlarian, tetapi nenek saya hanya memegang pintu rumah sambil berteriak:
"Ayaaaa..... Ayaaaaaaa.. Ayaaa...."
Meskipun panik saya menarik nenek agar menjauh dari rumah. Kebetulan rumah nenek berhadapan dengan rumah orang tua saya.
Setelah gempa bumi selama 3 menit reda... (menurut berita gempa dengan kekuatan 6,4 SR di episentrumnya di kecamatan maja, kaki gunung Ciremai), beberapa orang mebahas kejadian yang barusan terjadi. Saya pun tak ingin ketinggalan membahas apa yang menyebabkan gempa bumi. Saya "sok" menganalisis bahwa ada gerakan tektonik bumi. Namun sebagian orang membahas hal supranatural, mulai dari adanya penunggu Gunung Ciremai yang murka, hingga analisis seorang ustadz yang menganggapnya sebagai Kutukan Allah karena menerapkan keluarga Berencana (KB).
Saya gak peduli dengan analisis supranatural lainnya. Hanya saya heran dengan teriakan Nenek, mengapa berteriak "Ayaaa...?"
Bapak menjelaskan bahwa teriakan nenek karena legenda di tradisi Sunda bahwa bumi berada di ujung tanduk sapi. Sementara Sapi itu berada di atas punggung ikan Paus. Lhow... keder dah saya jadinya.
Ternyata, mitos bahwa bumi di atas tanduk sapi dulu diajarkan di sekolah-sekolah, madrasah dan pesantren-pesantren. Suatu hari saya menemukan buku di lemari tua punya bapak, ternyata benar. Kisan bumi diatas tanduk sapi diajarkan di sekolah. Termasuk kisah Damar Wulan, Jaka Tingkir, Lutung Kasarung dan Sangkuriang.
Menariknya bahwa mitos lama dalam Budaya Sunda sudah menganggap bumi bulat. Diakatakan bulatnya seperti "muncang" atau kemiri dalam bahasa Indonesia. Alkisah, ada petani yang mengupas kemiri untuk dijual ke pasar. Kemudian "cangkang muncang" (kulit kemiri) dibuang di atas tanah. Tiba-tiba ada banyak semut mendatangi kulit kemiri itu. Mereka melihat-lihat, ternyata "tidak ada siapa-siapa" alias gak ada orang di bumi. si Semut menganggap bahwa kulit kemiri yang bulat kosong itu adalah bumi. Kisah yang aneh memang....
Bulat kemiri (Aleurites_moluccana) |
Kemiri yang sudah dikupas |
Tapi cerita terus berlanjut. Si semut akhirnya mendatang Sapi yang mengusung bumi di atas tanduk. Ia mengatakan bahwa penduduk bumi sudah kosong. Sang Sapi tak percaya bergitu saja dengan omongan semut. Sapi menggerakkan kepalanya. Gerakan itu menyebabkan gempa bumi. Orang-orang berteriak "Ayaaaaaaaaa" maksudnya "Adaaaaaa" bahwa penduduk bumi masih ada. Hahahaha.. kisah menarik di zamannya.
Ternyata dalam budaya Sunda, bumi sudah dikenal bulat tetapi adanya sapi dan ikan paus yang menjadikannya sekedar mitos. Hal ini, berkaitan dengan hadits-hadits dha'if yang menceritakan sapi dan ikan paus. Bagi Anda yang ingin mengetahui dalil-dalil bahwa bumi di atas tanduk sapi dan ikan paus, silahkan kunjungi blog menuju-pencerahan.blogspot.co.id dan semestahidayah.wordpress.com
Konon kisah Bumi di atas tanduk sapi yang berada di atas punggung paus dipercayai umat di dunia, bukan saja di Sunda dan Nusantara, tetapi kisah ini pun ada di yakjujdanmakjuj.com.
Wallahu alam bisawab
Salam
Baca juga:
,