Cari

Gambaran Ideal Perempuan Sunda Zaman Pajajaran

Perempuan pangheuyeuk (penenun) Kanekes Banten. foto: Kompasiana.com
[Historiana] - Wanita Sunda dikenal cantik-cantik dan ramah. itulah sosok yang dipersepsi oleh masyarakat Nusantara modern ini. Namun, disamping persepsi seperti itu ada "pandangan degatif" bahwa perempuan Sunda tidak bisa kerja dan hanya bisa bersolek. Benarkah demikian? dan bagaimana sosok ideal perempuan Sunda zaman Kerajaan Pajajaran?

Sebelumnya telah kita bahas dalam"Potret Wanita Sunda Zaman Kerajaan Berdasarkan Naskah Kuno Sunda (NSK)". Kali ini berkaitan dengan sosok wanita ideal yangmenjadi idaman lelaki untuk dijadikan istri adalah perempuan yang pandai menenun.

Gambaran ideal perempuan dikaitkan dengan keterampilannya dalam menenun kain. Pengarang Sang Hyang Swawar Cinta, melalui persembahan rajah di awal kisahnya, berharap bahwa asap dupa yang ia haturkan untuk dewata, jika mengenai anak gadis (bwacah opoy), maka gadis tersebut menjadi cantik jelita dan menyandang sifat-sifat keutamaan perempuan. Di antara karakteristik ideal tersebut, kecakapan menenun termasuk kecakapan yang utama. Perempuan utama adalah yang dapat membuat kain tenun ikat di malam hari (bisa meber malem-malem) dan mampu menyongket kain dalam keadaan gelap gulita (ñwangket pwaek-pwaek). Gambaran tersebut dapat dilihat dalam bait di bawah:
    Mangka Nguni lamunna,
    ningang ka bwacah opoy,
    mankana galeumuh tulus,
    galeupong bongsor geulis pawilis,
    doeh endah padawala,
    demuk pipi timbun buuk,
    doeh pañjan kwanen,
    caropwan puhu buluna,
    hapitan karawalea,
    ceta ñwanket pwaek-pwaek,
    ceta neuleum malem-malem,
    ceta ñulage beurang-beurang.

    Demikian juga jika,
    (asap dupa) menerpa gadis,
    akibatnya menjadi montok dan sehat,
    berbadan kuat, cantik,
    montok indah, semua tampak muda,
    pipi tembem rambut tebal,
    montok tinggi kuning langsat,
    kulit bersih dari bulu.
    yang kuat memangku hapit,
    terampil menyongket di kala gelap,
    terampil mencelup di malam hari,
    terampil memintal di siang hari.

    Sanghyang Swawar Cinta (SSC: 147-158)

Sumber:

Gunawan, Aditia. 2017. "Wastra dalam Sastra Sunda Kuna" academia.edu Diakses 13 Desember 2018
Baca Juga

Sponsor