Cari

Istri Prabu Siliwangi yang Paling Terkenal



[Historiana] - Istri Prabu Siliwangi jumlahnya banyak. Menurut Drs Amir Sutaarga dalam bukunya "Prabu Siliwangi", tercatat nama-namanya istri Prabu Siliwangi sebanyak 151 orang. Selain itu menurut Naskah Waosan Prabu Siliwangi yang ditemukan di Kuningan menyatakan bahwa istri Prabu Siliwangi banyak hingga tidak terhitung jumlahnya.

Istri Prabu Siliwangi yang banyak itu hanya beberapa saja yang kisahnya tercatat dalam banyak naskah dan legenda. Diantara Istri Prabu Siliwangi yang paling terkenal adalah Nhay (Nyai) Ambet Kasih (Rabut Kasih), Nyai Subang Larang, Nyai Kentring Manik Mayang Sunda dan Nyai Aciputih.


Nyai Ambet Kasih (Rambut Kasih)

Nyi Ambet Kasih dalam Naskah Carita Ratu Pakuan disebut sebagai Istri pertama Prabu Siliwangi. Kabar ini juga disebutkan dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari. Naskah yang mengisahkan Nyai Ambet kasih adalah "Cariosan Prabu Siliwangi" yang ditulis tahun 1435 M hingga disalin ulang terakhir pada abad ke-19 M. 

 

Baca juga: Misteri istri pertama Prabu Siliwangi - Nhay Ambetkasih

 

Nyai Ambet kasih dinikahi oleh Prabu Siliwangi sebelum menjadi Raja Pajajaran. Nyai Ambet Kasih adalah putri dari Ki Gede Sindangkasih, penguasa dari Kerajaan Sindangkasih. Pernikahan prabu Siliwangi dengan Nyi Ambet Kasih dikisahkan tidak menghasilkan keturunan. Namun dalam Babad Pasir Banyumas, namanya muncul. Dikisahkan dari Ambet Kasih dikaruniai anak: Banyak Catra, Banyak Ngampar/Raden Kamandaka dan Retna Pamekas/Ratu Ayu Kirana. Terdapat 15 versi naskah Babad Pasir dan Babad Pasir Luhur Banyumas dari sekitar 67 naskah yang ada.


Nyai Kentring Manik Mayang Sunda

Nyai Kentring Manik Mayang Sunda adalah putri Prabu Susuktunggal, yang sekaligus Uwak dari Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja). Prabu Susuk Tunggal kakak-beradik dengan Prabu Dewa Niskala (ayahanda Prabu Siliwangi). Dari pernikahannya dengan Kentring Manik Mayang Sunda, melahirkan Prabu Sanghyang Surawisesa kelak jadi pengganti Sri Baduga Maharaja di Pakuan Pajajaran dan Sang Surasowan jadi Adipati di Pesisir Banten atau Banten Girang. Anak bungsunya bernama Surawati, yang menikahi dengan penguasa Sunda Kalapa.

Dari keturunan Sanghyang Surawisesa ini selanjutnya menjadi raja-raja Pajajaran hingga yang terakhir Nusya Mulya atau Prabu Suryakancana (1579 M). Sang Surasowan berputra Adipati Arya Surajaya dan putri Nyai Kawung Anten. Nyi Kawung Anten kelak menikah dengan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati dan melahirkan Pangeran Sabakingkin alias Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten tahun 1552 M.

Lihat juga versi videonya..




Nyai Subang Larang

Nyai Subang Larang adalah Istri kedua Prabu Siliwangi, wanita ini banyak dikisahkan dalam berbagai macam Naskah. Dari Subang Larang ini kelak menjadi raja-raja di Kesultanan Cirebon dan penyebar agama Islam di Pasundan. Dari pernikahannya dengan Nyi Subang Larang, Prabu Siliwangi memperoleh tiga orang anak, yaitu Pangeran Walangsungsang, Nyimas Rara Santang dan Raden Kian Santang. Meskipun demikian, dalam versi lain diantaranyan "Wawatjan Walangsoengsang" menyatakan bahwa antara Kian Santang dengan Walangsungsang adalah sosok orang yang sama.

Menurut Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Subang Larang adalah anak pembesar (mangkubumi/patih) Kerajaan Singapura (Mertasinga-Cirebon). Ayahnya bernama Ki Ageng Tapa dan ibunya bernama Nyai Ratna Karancang.

Kedua orang tua Subang Larang adalah pemeluk agama Islam, sehingga pada masa Remaja Subang Larang dikirim oleh kedua orang tuanya untuk belajar agama Islam kepada Syekh Quro, salah satu Ulama terkemuka di Jawa Barat kala itu.

 

Nyai Aciputih

Nyai Aciputih dalam Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari disebut sebagai anak hasil perkawinan antara Rara Ruda yang tinggal di Lemah Putih dan Dampu Awang, saudagar kaya dari Cempa. Menurut naskah ini Nyai Aciputih dinikahi oleh Prabu Siliwangi. Dari perkawinan ini melahirkan seorang putri yang diberi nama Nyai Lara Badaya. Selanjutnya, Nyai Lara Badaya dibawa kakeknya pulang ke Cempa. Disana, ia berguru agama Islam kepada Maolana Ibrahim Akbar.

Sementara menurut sumber yang berasal dari dongen rakyat, Pernikahan Prabu Siliwangi dengan Nyai Aciputih tidak direncanakan, konon Prabu Siliwangi tidak sengaja membunuh Ki Dampu Awang hingga ia merasa kasihan pada anaknya lalu menikahinya. Dalam sumber ini pernikahan Prabu Siliwangi dan Nyai Aci Putih di karunia enam orang anak, anak yang pertama, bernama Mundingsari II/munding laya dikusumah, putra yang kedua bernama Mungding kelemu kilamantri/mantra kasurudan tapa, putra yang ketiga bernama Munding dalem, putra selanjutnya bernama Balik layaran/sunan kebo warna dan yang terakhir dikaruniai seorang putri bernama Putri Kandita.


Referensi

  1. "Naskah Asli Cariosan Prabu Siliwangi" digitalisasi EFEO pada flip book maker Diakses 7 Agustus 2020. 
  2. Ambary, Drs. Hasan M. 1975. "The Establishment of Islamic Rule in Jayakarta". In Aspect of Indonesian Archaeology no. 1. Jakarta
  3. Asby, H. 1978. "Senja Pajajaran". Jakarta: Balai Pustaka
  4. Atja, Dr.s. 1968. "Tjarita Parahjangan: Naskah Titilar Karuhun Urang Sunda Abad ka 16 Masehi".  Bandung.
  5. ________ 1970. "Ratu Pakuan: Tjeritera Sunda Kuno dari Lereng Gunung Cikuraj". Bandung.
  6. ________ 1972. "Tjarita Purwaka Tjaruban Nagari". Sejarah Mulajadi Cirebon Seri Monografi no 5. Jakarta: Ikatan Karyawan Museum Pusat Jakarta.
  7. ________ 1973. "Beberapa Catatan yang Bertalian dengan Mulajadi Cirebon". Lembar diskusi Sejarah. Bandung.
  8. ________ 1973. "Siksa Kanda Karesian". Bandung: LKUP
  9. Atja, Drs. & Saleh Danasasmita. 1981. "Sanghyang Siksakanda ng Karesian". (Naskah Sunda Kuno Tahun 1517 Masehi). Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.
  10. Atmamihardja. 1955. "Sadjarah Soenda". Bandung
  11. Brackel, L.F. 1975. " The Hikayat Muhammad Hanafiyah". Bibliotheca Indonesica 12. The Hague
  12. Brandes, Dr. J.L.A. 1914. "Babad Tjerbon". Batavia: VBG LIX
  13. Dam, H. Ten. 1957. "Verkenningen rondom Padjadjaran". IndonesieX no 4.
  14. Djajadiningrat, Drs. Husein. 1932. "Critische Beschouwingen van de Sedjarah Banten. Bijdrage ter kenschet-sing van  de Javaasche Geschiedschrijving". Leiden 1913. Majalah Djawa no 1 Januari 1932: 35.
  15. Sulendraningrat, P. S. 1972. "Purwaka Tjaruban Nagari". Djakarta: Bhratara.
  16. _________________. 1978. "Sejarah Cirebon". Cirebon: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Barat.
Baca Juga

Sponsor