Cari

Inilah Pakaian Tradisional Jawa Barat Khas Bandung | Orang Kebanyakan

[Historiana] -  Daerah Jawa Barat, sebagian besar wilayahnya dihuni o1eh suku bangsa Sunda yang secara  umum  memiliki persamaan 1atar belakang budaya. Da1am hal ini termasuk persamaan pemakaian busana di daerah Bandung, Sumedang dan Cirebon. Berikut penulis merangkum dari buku "Pakaian Tradisional Jawa Barat" yang disusun oleh Dra. Cornelia Jane Benny S.BA, Drs. H. Wahyu Wibisana, Sulaeman Bsc dan Hamzah, yang dibiayai oleh Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1987/1988.


 

Pakaian Tradisional Jawa Barat di Bandung

Orang kebanyakan

Anak-anak

1) Bayi, usia 0 - 3 Bulan.
Dibedong:

Cara pemakaian:

  • Dibedong ada1ah cara pemakaian kain kebat panjang yang dililitkan pada tubuh bayi.
  • Kedua kaki, dise1onjorkan ke depan.
  • Taruh kain kebat panjang di atas kedua kaki. Kain sebe1ah kanan harus 1ebih pendek dari pada kain di sebe1ah kiri.
  • Taruh bayi di atas kairi kebat tadi. Kepa1a bayi berada pada rata-rata mata kaki.
  • Tutupkan kain dari kanan ke sebe1ah kiri, hingga menyelimuti tubuh bayi.
  • Kain dari sebelah kiri dilingkarkan ke sebelah kanan, terus ke bawah tubuh bayi, terus ke atas. Diusahakan agar lengan
  • bayi tia1am posisi 1urus pada samping paha bayi dan posisi kaki juga 1urus.
  • Bagian ujung kain se belah bawah dilipat ke bagian bawah kaki bayi.

Fungsi dibedong :
- Agar bayi menjadi hangat.
- Agar bayi tidak rewel
- Agar 1engan bayi tidak bengkok.
- Agar kaki bayi tidak cacat, seperti 0 atau kaki berbentuk X.

Apabila bayi baru dilahirkan, sesudah dimandikan lalu dibedong, kemudian bayi ditaruh di atas ayakan, dibawa ke luar sejenak, agar dihindarkan dari segala keburukan. Mereka merigatakan cara ini sebagai tnembuang bayi. Artinya menghilangkan keburukan-keburukan yang akan dialami oleh bayi. Kemudian bayi dibawa kembali ke dalam dan diletakkan dalam ayakan atau tampah. Bagi rakyat kebanyakan, bayi cukup dialasi dengan kain panjang
bekas yang dilipat-lipat.

Bagi ibu-ibu rumah tangga yang sibuk bekerja di ladang, bayi mengalami masa dibedong hingga tiba bulan, karena dirasakan dengan cara seperti ini, bayi akan lebih nyenyak tidurnya, hingga seorang ibu bisa lebih tentram bekerja. Kadang, bayi dibawa ke saung dan ditidurkan di atas bale-bale di sawah.

Ada kalanya pula sesudah dibedong, bayi ditidurkan di ayunan.

 

Ambet.
Cara pemakaian ambet :

  • Ambet digunakan sesudah lepas pusar, antara 7 hingga 14 hari
  • Ambet ditaruh pada kaki yang diselonjorkan, dengan bagian
  • yang bertali-temali, berada di bagian bawah.
  • Bayi ditidurkan terlentang di atas ambet
  • Tutupi perut bayi dengan kain ambet, dari kanan ke kiri dan dari sebela4 kiri dilipat ke sebelah kanan.
  • Talikan satu persatu tali ambet.
  • Diusahakan agar posisi bayi berada di atas ambet, tepat antara pinggul dan lambung.
  • Ambet ini digunakan hingga anak dapat tengkurap, lalu ambet dilepas dan tidak digunakan lagi.

Fungsi ambet :

  1. Agar bayi tidak cepat sakit perut; karena masuk angin.
  2. Agar perut bayi menjadi langsing.

2) Bayi usia 3 bulan hingga 6 bulan.
Busana yang digunakan :

  • Ambet
  • Kutang
  • Popok. 

Cara pemakaian :

  • Ambet dipakaikan pada bagian perut bayi.
  • Popok yang terbuat dari sobekan kain panjang, dililitkan pada tu huh bayi dari pinggang hingga ujung kaki.
  • Kutang, yakni baju tanpa lengan, dipakaikan dengan tali dibagian belakang tubuh bayi.


Kelengkapan yang digunakan:
Anak-anak wanita, biasa diberi lubang pada kedua belah kupingnya sebelah bawah. Di dalam bahasa Sunda dikenal dengan .nama ditindik. Kedua kuping ini dilubangi dengan jarum yang sudah memakai benang. Sebelumnya, kuping diberi kunir dan minyak kelapa yang dioleskan pada kedua bagian kuping yang akan ditindik. Jarum ditusukkan pada kuping dan benangnya ditalikan, sehingga merupakan lingkaran kecil. Gunanya agar lubang tindik tidak merapat kembali. Setiap hari diolesi dengan kunir yang diberi minyak kelapa agar tidak infeksi. Menindik bayi dilakukan pada usia tiga bulan. Lubang tindikan ini apabila sudah sembuh, diberi suweng (giwang) bundar kecil (Sd = pelenis) atau anting-anting kecil. Anting ini selain berfungsi sebagai hiasan, juga menjaga agar Iubang tindikan tidak merapat kern bali.

Anting-anting dan suweng nerupakan hiasan untuk wanita seumur hidup. 

 

Kalung.
Apabila anak dirasakan sering sakit-sakitan, maka anak tersebut biasanya diberi kalung khusus yang sudah diberi jampi-jampi.

  • Kalung terbuat dari benang hitam yang di tengah-tengahnya diberi mantera-mantera yang dibungkus dengan kain hitam.
  • Kalung dari benang hitam, di tengah-tengahnya diberi ruas bambu kuning. Sebelum digunakan, kalung ini sudah diberi mantera.
  • Gelang yang terbuat dari benang yang telah diberi mantera.
  • Benang hitam yang telah diberi mantera, dan dilingkarkan pada pinggul bayi.


Fungsi kalung dan gelang:

  1. Menjaga kesehatan
  2. Penghindar dari gangguan mahluk halus. 


3) Bayi berusia 6 bulan hingga 1 tahun.

Apabila anak sudah dapat tengkurap, ambet tidak digunakan lagi, diganti dengan oto. Oto adalah: kain yang berbentuk trapesium sama kaki. Pada tiap sudutnya diberi tali. Oto dapat dibuat dari kain-kain perca atau sisa-sisa kain yang dijahit secara beraturan dan estetis. Sehingga menimbulkan sifat kreatif dan rasa hemat bahan, karena dibuat dari kain-kain sisa.

Cara pemakaian:

  • Mula-mula sudut atasnya diletakkan pada dada.
  • Kedua tali pada sudut atas dililitkan pacta leher dan disimpulkan pada tengkuk (pundak)
  • Dua buah tali pada ujung bawah, dililitkan melalui pinggang bagian belakang, dan ditalikan di perut.


Fungsi oto:
Fungsi oto ialah untuk melindungi bagian dada dan perut anak.

4) Anak berusia 1 tahun hingga 6 tahun. 

Apabila anak sudah berumur satu tahun, di mana anak sudah diperkirakan dapat betjalan, busananya adalah:

Celana kodok.
Celana kodok adalah: celana anak-anak yang menyatu dengan baju. Belahan bajunya di bagian belakang, mulai dari pundak hingga kira-kira sebatas pinggang bagian belakang.
Di tengah-tengah celana bagian depan, dibuat kantung yang agak besar.
Celana kodok dapat dipergunakan oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Bagi anak laki-laki, celana kodok biasa digunakan hingga usia lima atau enam tahun. Tetapi anak laki-laki maupun anak perempuan telah menggunakan busana lainnya semenjak usia dua tahun. Busana tersebut adalah:
Busana anak laki-laki: Celana pokek, berwarna hitam atau putih sebatas di atas lutut.

Kain sarong poleng, atau kain sarong batik.
Baju kampret.
Cara pemakaian :
Celana pokek, dipakai dengan menalikan tali celananya di muka bagian perut.
Kain sarung: Kain sarong ada dua macam, yakni kain sarung poleng dan kain sarung batik. Kain sarong poleng, yakni kain sarong yang bermotif kotak-kotak. Kain sarung batik, yakni kain sarung yang bermotif batik. Untuk anak-anak, digunakan kain sarung kecil (kain sarung yang berukuran kecil).

Cara memakai kain sarung :
Mula-mula kain sarung disarungkan pada tubuh, hingga sisi atasnya sebatas pinggang.
Pegang sisi atasnya oleh kedua belah tangan.
Bentangkan ke arah samping.
Lipat sisi kain yang dipegang oleh tangan kiri, ke arah depan kanan.
Kemudian lipat sisi kain yang dipegang oleh tangan kanan, ke arah depan kiri, hingga kedua lipatan kain dari kiri dan kanan bertumpu di tengah pinggang bagian depan.
Gulungkan tumpuan lipatankain, gulungkan ke arahluar sebanyak dua atau tiga kali.
Cara memakai bciju kampret, yakni : dengan mengancingkan kancingnya di bagian depan.
Pada saat-saat tertentu anak-anak laki-laki seusia ini memakai bciju seenaknya. Seperti pada waktu bermain lumpur, memandikan kerbau, atau main hujan-hujanan, mereka bertelanjang (tanpa busana). Demikian pula pada waktu mereka bermain sehari-hari, ada yang hanya memakai celana pokek saja tanpa baju, atau hanya memakai kain sarung saja.

Busana anak perempuan:
Busana anak perempuan pada usia antara 1 sampai 6 tahun, yakni:
Kain sarung batik kecil.
Kain kebat kecil.
Kebaya.

Cara pemakaian :
Cara memakai kain sarung kecil:
Kain saiung disarungkan pada tubuh, sebatas pinggang.
Sisi atasnya dipegang oleh kedua belah tangan, bentangkan ke samping kiri dan kanan.
Lipat sisi kain sebelah kanan ke tengah pinggang depan atau agak ke kiri.
Lipat sisi kain sebelah kiri ke tengah pinggang depan, a tau agak' ke sebelah kanan.
Ujung kain dari se belah kiri disisipkan ke dalam lipatan kain pada pinggang.

Cara memakai kain kebat kecil:
Kain dibentangk.an pada tubuh bagian belakang.
Ujung· karian kain yang dipegang oleh tangan kanan, lipat ke tengah pinggang bagian depan atau agak ke sebelah kiri.
Lingkarkan sisi kain dari sebelah kiri ke depan, ke pinggang se belah kanan, ke belakang dan ke. depan, hingga ujung kain berada pada tengah pinggang depan atau agak ke se belah kanan.
Selipkan ujung kain pada belitan kain di pinggang.

Cara memakai ke baya :
Kebaya dipakaikan pada tubuh.
Rapatkan kedua sisi belahan kebaya bagian depan, di dada, kemudian memakai penitik.
5). Anak Usia sekolah (7 - 8 tahun ).

(1) Busana anak laki-laki, sehari-hari :
Celana pokek.
Kain sarong poleng.
Baju kampret.

Cara pernakaian :
Cara memakai celana pokek, yakni : dengan menalikan tali celananya di tengah pinggang bagian depan.

Cara pemakaian kain sarung poleng, sama dengan cara pemakaian kain sarung poleng pada anak laki-laki usia I - 6 tahun (Uhat hal. '32. ).
Cara memakai baju kampret, yakni dengan mengancingkan kancing bajunya di bagian depan.
Bila sedang berada di rumah atau sedang bermain, pakaian yang digunakan hanya memakai celana pokek saja, atau kain sarung saja, tanpa baju kampret. Bila hendak ke luar rumah, baru memakai sarung dan baju kampret.
Busana untuk ke sekolah :
Kain panjang batik atau samping kebat.
Kain sarung batik.
Sabuk atau ikat pinggang.
Baju kampret berwarna putih.
Iket, lohen.

Cara pemakaian:
Cara memakai kain panjang batik:
Bentangkan kain pada tubuh bagian belakang, sebatas pinggang.
Pegang ujung kirinya dengan tangan kiri, kemudian dilipat ke arah tengah pinggang bagian depan atau agak ke
sebelah kanan.
Lingkarkan bagian kain yang dipegang oleh tangan kanan pada tubuh; ke arah depan, pinggang sebelah kiri, ke belakang dan ke depan lagi, hingga ujungnya berada pada tengah pinggang bagian depan atau agak ke sebelah kiri.
Ujung kain diselipkan pada belitan kain di pinggang.
Cara memakai kain sarung batik :
Cara memakai kain sarung batik, sama dengan pemakaian sarung poleng pada anak laki-laki usia 1 - 6 tahun (lihat hal. 32 )
Ikat pinggang atau sabuk digunakan setelah pemakaian kain.
Cara memakainya : dibelitkan di atas belitan kain pada pinggang.
Baju kampret dipakai, dengan mengancingkan seluruh kancingnya di bagian depan.

Iket:
Setiap hari, anak laki-lak.i ke sekolah menggunakan ikat kepala; yang disebut iket. Terbuat dari kain batik. lket berbentuk bujur sangkar, dengan sisi-sisinya ± 1 meter.

Cara memakai iket :
lket dilipat dua secara diagonal, hingga berbentuk segi tiga.
Segi tiga ini diletakkan di bagian belakang kepala bagian bawah.
Ujung kiri dipegang oleh tangan k.iri dan ujung kanan dipegang oleh tangan kanan.
Bagian tengah dari iket yang berada pada rata-rata kuping dilipat-lipat kecil. Demikian juga pada bagian se belah k.iri.
Ujung iket dari sebelah kanan putarkan ke sebelah kiri dan dari arah kiri ke kanan.
Ujung iket yang menjuntai di belakang ditarik ke depan hingga menutupi bagian kepala dan berada di bawah kedua belitan iket.
Talikan kedua ujung iket di belakang kepala, sebanyak dua kali.
Biasanya anak-anak kecil belum dapat menggunakan iketnya sendiri. Mereka sudah terbiasa ditolong oleh guru untuk dibuatkan iket di sekolah. Setiap hari iketnya dibuka, tanpa merubah bentuk; hingga tiap kali akan ke sekolah iket tersebut masih bisa dipergunakan kembali.
Setiap hari Senin, biasanya guru akan memberi bantuan lagi untuk memakaikan iket bagi anak-anak yang belum mampu melakukan sendiri.
Alas kaki : Anak-anak wanita maupun ·pria tidak menggunakan alas kaki ke sekolah.
(2) Busana anak-anak wanita, sehari-hari:
Kain sarung batik
Kain p·anjang batik
Kebaya.

Cara pemakaian:
Cara memakai kain sarung batik bagi anak wanita usia seko1ah, sama dengan cara memakai kain sarung kecil pada busana anak perempuan antara usia 1 sampai 6 tahun. (Lihat hal.34 ).
Cara memakai kain panjang batik, sama dengan cara pemakaian kain kebat kecil pada busana anak perempuan antara usia 1 sampai 6 tahun. (Lihat hal. 34 ).
Cara pemakaian ke bay a bagi anak usia sekolah, sama dengan cara pemakaian kebaya pada busana anak perempuan antara usia 1 sampai 6 tahun. (Lihat hal 33').
 
Pemakaian busana untuk di rumah bagi an'� wanita pada usia ini, biasanya tidak lengkap. Kadang-kadang hanya memakai kain panjang saja, atau kain sarung saja, tanpa kebaya. Bila hendak ke1uar romah atau ke pasar, baru memakai kain sarong batik dengan kebaya, atau memakai kain kebat dengan kebaya.
· ·
Busana untuk ke sekolah:
Kain sarong batik.
Kain panjang batik atau kain kebat.
Beubeur atau ikat pinggang.
Kebaya.

Cara pemakaian :
Cara memakai kain sarung batik, sama dengan cara pemakaian kain sarong batik pada anak wanita, sehari-hari. (Hal. 34 ).
 
Cara pemakaian kain panjang batik, sama dengan cara pemakaian kain kebat pada anak wanita, sehari-hari. (Lihat hal. 34 )
Beubeur untuk anak wanita, terbuat dari kain. Kadang­kadang hanya merupakan tali.
Cara memakainya: dibelitkan pada pinggang, sebagai pengencang kain. Kedua ujungnya disimpulkan pada tengah pinggang bagian de pan.
Cara memakai kebaya, sama dengan cara pemakaian kebaya pada anak wanita, sehari-hari. (Lihat hal. 33 ).


2. Remaja.
Usia rem�a adalah usia anak antara 15 tahun hingga 21 tahun.
1) Busana laki-laki, remaja.
Busana sehari-hari :
(I) Kain sarung poleng.
Baju kampret.
lket.

Cara pemakaian :
Cara pemakaian kain sarung poleng, sama dengan pemakaian kain sarung pada anak laki-laki usia I s:!mpai 6 tahun. (Uhat hal. 32 ).
Car a memakai -baju· kitmpret, sama dengan pemakaian baju kampret pada anak-anak usia I sampai 6 tahun. (Lihat hal. 32 ).
 

Cara· pemakaian iket. Untuk sehari-hari digunakan iket barengkos nangka.
Cara menggunakan iket barengkos nangka :
Iket dilipat dua, hingga berbentuk segi tiga.
Segi tiga ini diletakkan di bagian belakang kepala bagian bawah.
Ujung kiri dipegang oleh tangan kiri dan ujung kanan dipegang oleh tangan kanan.
Ujung iket dari sebelah kanan putarkan ke sebelah kiri dan dari arab kiri ke kanan .
Ujung iket yang menjuntai di belakang ditarik ke depan hingga menutupi bagian kepala, dan berada di bawah kedua belita iket.
Talikan kedua ujung iket di belakang kepala; sebanyak dua kali.

(2) Celana pokek.
Baju kampret.
Cara pemakaian:
Celana pokek digunakan, sebatas sedikit di atas lutut.
Lebar lubang kaki celana ± 25 em . Cara memakainya, dengan menalikan tali koiomya yang berada di tengah pinggang bagian depan.
Bctiu kampret dipakai, dengan mengancingkan kancing bajunya di bagian depan, atau dibuka (tanpa dikancingkan).

(3) Celana pokek.
Celana pokek digunakan, tanpa baju.
Biasanya bila di rumah, anak Iaki-Iaki remaja hanya menggunakan kain sarung saja, tanpa baju atau hanya memakai celana pokek saja.
Bila ke luar rumah, menggunakan kain sarung dengan baju kampret.
Busana bepergian:
(I) Ceiana komprang
Baju kampret
Kain sarung
Iket.

Cara pemakaian :
Celana panjang komprang sebatas tengah betis, tanpa tali ceiana; Lebar lingkaran pingg�ng ceiana an tara 80 - 100 cm,
maksudnya agar dapat dilipat.
Cara memakai celana komprang:
Seteiah celana dimasukkan, pegang kedua sisi atasnya oleh kedua belah tangan.
Tarik ujung celana bagian atas ke sebelah kanan.
Tangan kiri ditaruh di ujung celana sebelah kanan pada pinggang.
Upat kain yang dipegang oleh tangan kanan, ke sebelah kiri dan ujungnya diselipkan pada lipatan kain di pinggang.
Cara memakai baju kampret: dengan mengancingkan kancing bajunya di bagian depan.

Cara memakai kain sarung ada dua macam :
Diseiempangkan dari bahu kanan ke pinggang sebelah kiri atau sebaliknya.

Dipakai sebatas sedikit di atas lutut, dengan melipat dua kain pada tingginya, kemudian dilipat sisi kain dari sebelah kiri dan kanan, lalu digulung ke 1\,\ar.

Cara memakai iket lohen :
Sarna seperti pemakaian iket lohen pada anak laki-laki
usia sekolah. (Lihat hal. 32. ).
(2) Kain sarung poleng.
Celana pokek.
Sabuk.
Baju kampret atau salontreng.
lket lohen.

Cara pemakaian:
Cara pemakaian sarung poleng, sama dengan car a pemakaian kain sarung pada anak laki-laki usia 1 sampai 6 tahun. (Lihat hal. .33 . ).
Cara memakai celana pokek, dengan menalikan tali celananya di tengah pinggang bagian depan.
Sabuk dipakai setelah pemakaian kain. (Sebagai pengencang kain).
Baju kampret dipakai dengan mengancingkan kancing bajunya, di bagian depan.
Salontreng adalah : baju kampret yang belahan bajunya tidak sampai ke bawah, namun hanya sampai ± 10 cm dari leher. Memasukkannya dari atas melalui kepala.
Cara memakai iket lohen, sama seperti pada pemakai iket pada anak laki-laki usia sekolah. (Lihat hal 32 ).

2) Busana wanita, remaja.
Wanita pada usia remaja berbusana:

  • Kain kebat.
  • Kutang.
  • Beubeur atau angkin.
  • Kebaya.
  • Busana sehari-haii :
  • Kain kebat.
  • Kebaya.
  • Kutang.


Cara pemakaian:

  • Para remaja apabila di rumah hanya menggunakan kain kebat dan kebaya. Seringkali mereka hanya menggunakan kain kebat saja, tanpa kutang dan tanpa kebaya atau kain kebat dengan kebaya a tau kain kebat dengan kutang.
  • Kain kebat: Kain kebat (batik panjang), dibentangkan di belakang tubuh, rata-rata pinggang.
  • Sisi ujung kain sebelah kanan dilipat ke sebe1ah kiri hingga tengah pinggang bagian depan atau hingga pinggang sebelah kiri.
  • Kain dari sebelah kiri dililitkan ke sebelah kanan, terus ke belakang, ke depan lagi hingga ujung kain berada pada tengah pinggang bagian depan atau di sebe1ah kanan depan.
  • Biasanya untuk pemakaian di rumah, tinggi kain adalah sebatas tengah betis.
  • Apabi1a memakai kutang, maka digunakan kutang kutung. Kemudian baru digunakan kebaya dengan belahan di depan.


Busana bepergian :

  • Kain kebat.
  • Beubeur atau angkin.
  • Kutang kutung.
  • Kebaya.


Cara pemakaian:

  • Cara memakai kain kebat sama seperti pada cara pemakaian kain kebat pada anak wanita.
  • Beubeur atau angkin digunakan dengan cara dililitkan pada pinggang sebagai pengencang kain. Panjangnya 3 meter, lebamya 10 cm.
  • Memakai: kutang kutung.
  • Beberapa macam kebaya:
  • Kebaya seperti kebaya sehari-hari.
  • Kebaya dengan ujung lengan yang melebar pada ujungnya (kabaya gober). 

Kebaya dengan rimpel pada tangan dan pangkal lengan. 



Busana kerja, remaja laki-laki.
Tani.

Kaum remaja sudah terbiasa bekerja di sawah membantu orang tua mereka. Busana yang digunakan hampir tidak berbeda dengan busana sehari-hari di rumah, yakni:

  • Celana sontog.
  • Baju kampret.
  • Kain sarung poleng.
  • lket.


Cara pemakaian:

  • Celana sontog yang panjangnya sebatas di bawah lutut menggunakan tali kolor. Biasanya warna yang digunakan adalah warna hitam.
  • Baju yang digunakan adalah baju kampret.
  • Kain sarung apabila di pagi hari digunakan dengan memegangnya pada dada. Setelah kain sarung dimasukkan melalui kepala, bagian kanan ujung kain dipegang oleh tangan kanan se batas dada dan bagian kiri dipegang oleh tangan kiri yang dilipat ke arab dada. Apabila dilihat seperti yang berselimutkan kain dari batas bahu hingga kaki. Setelah sampai ke sa wah biasanya kain dibuka dan digantungkan pada bambu di saung ranggon, untuk digunakan kembali apabila tiba waktu bersembahyang.
  • Sore hari apabila pulang dari sawah, kain diselempangkan di pundak atau dililitkan di leher.
  • Celana sontog, yakni celana sebatas bawah lutut digunakan untuk mencangkul di sawah. Tetapi apabila di sawah tersebut diperkirakan banyak lintah, maka celana yang digunakan adalah celana komprang, sebatas mata kaki atau tengah betis.
  • Celana komprang adala:h : Celana yang lingkar pinggangnya 100 hingga 120 cm. Digunakan tanpa tali pengikat pinggang. Ujung celana sebelah kanan atas, dilipat ke sebelah kiri. Lipatan tadi, gulung ke depan dua atau tiga kali.
  • Iket barengkos nangka, cara pemakaiannya sama dengan pada anak remaja laki-laki, sehari-hari.

 

Penggembala Itik.
Pakaian yang digunakan penggembala itik, yakni:

  • Celana sontog.
  • Baju kampret.
  • Iket
  • Kain sarung.
  • Topi cotom.


Cara pemakaian:

  • Cara pemakaian celana sontog, sama dengan cara pemakaian celana son tog remaja laki-laki untuk ke sa wah.
  • Baju kampret dipakai dengan mengancingkan kancing bajunya di bagian depan.
  • Iket yang digunakan ialah iket barengkos nangka. Cara pemakaiannya seperti cara pemakaian iket barengkos nangka pada anak remaja laki-laki.


Topi cotom adalah topi yang berbentuk bundar dan herdiameter 80 cm. Digunakan di atas iket, agar bagian bambu yang terkena kepala tidak terasa sakit, karena terhalangi oleh lingkaran iket yang digunakan.

Kelengkapan penggembala itik adalah :

  • Tongkat panjang dari dahan-dahan bambu atau dari rantingranting pohon untuk alat penghalau itik.
  • Golok yang digunakan untuk mengambil ranting, membersihkan pematang sawah, agar jalan untuk itik tidak terhalangi.
  • Payung, yang digunakan 'di kala hujan atau di kala sinar matahari terasa menyengat.
  • Antar ujung payung dihubungkan dengan tali. Tali ini diselempangkan di depan dari bahu hingga diagonal pada ujung ketiak. Payungnya berada pada punggung, menyelempang dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri.
  • Pada waktu diperlukan, barulah salah satu ujung tali dibuka dan payungnya dipergunakan.


Pandai besi.

  • Pandai besi di daerah Sunda dikenal dengan sebutan
  • Pandai.
  • Busana yang digunakan:
  • Celana son tog a tau celana pokek.
  • Baju kampret.
  • Iket, barengkos nangka.


Kain sarung.
Cara pemakaian :

  • Untuk pandai besi digunakan busana yang sepadan dengan keadaan panas, karena terjerang api.
  • Celana biasanya pendek, celana pokek, sebatas paha (di atas lutut): kalaupun panjang, hanya sebatas bawah lutut.
  • Baju kampret sebatas pergelangan tangan, tetapi sudah pasti digulung hingga siku, apabila sedang bekerja. Atau mereka sengaja membuat baju kampret yang panjangnya sebatas siku agar terasa le bih praktis. Kadang-kadang merekapun mempersiapkan baju yang panjangnya sebatas pangkal lengan.
  • Kain sarung apabila digunakan hanya ditalikan saja pada pinggang.
  • Cara lain adalah dengan melipat ujung atas kain sarung ke sebelah kiri dan dari kiri ke sebelah kanan.
  • Lalu ujung kain digulung ke luar hingga ujung kain bawah terangkat terus ke atas hingga tinggal sebatas lutut.
  • Hal ini dimaksudkan agar panjang kain tidak mengganggu keleluasaan bergerak pad a waktu bekerja. Juga dalam penggunaan busana di sini diperhitungkan unsur-unsur keselamata n yang dihubungkan dengan bentuk busana yang digunakan.
  • Pemakaian iket barengkos nangka, sama dengan pemakaian iket pada busana laki-laki remaja. sehari-hari.


Penggembala kerbau.
Busana yang digunakan :

  • Celana pokek.
  • Baju kampret.
  • Kain sarung.
  • Topi cotom.


Cara pemakaian:

  • Celana pokek sebatas sedikit di atas lutut, digunakan dengan menalikan tali kolomya pada tengah pinggang bagian depan. Biasanya berwarna hitam.
  • Baju kampret berwarna hitam digunakan dengan mengancingkan kancingnya di bagian depan.
  • Kain sarung digulung pada tingginya, disarungkan pada pinggang, lalu disimpulkan pada sisi pinggang sebelah kiri atau sebelah kanan.
  • Topi cotom dipakai di atas kepala. Talinya dililitkan pada leher, agar tidak lepas hila tertiup angin. Guna topi cotom selain untuk penahan panas sinar matahari dan hujan, juga sebagai alat penyiduk air ketika memandikan kerbau.
  • Kelengkapan lainnya adalah pecut a tau cambuk dan payung.
  • Cambuk penggembala kerbau tidak dibuat dari bahan yang khusus. Kadang-kadang dari dahan-dahan pohon atau dari bambu. Panjangnya kira-kira 1 meter.
  • Payung yang digunakan, dengan istilah payung siem. Payung siem. yakni payung yang Iebar. Garis tengahnya ± 1 meter.
  • Bagian atasnya terbuat dari kertas yang dicat. Cara membawanya seperti cara membawa payung pada penggembala itik. 


Busana kerja.
Remaja wanita.
Mencuci.
Apabila pergi ke kali untuk mencuci, para remaja menggunakan: Kain kebat yang tingginya sebatas dada, tanpa kutang.

Cara pemakaian :

  • Cara memakai kain kebatnya, sama dengan cara memakai kain kebat pada busana remaja wanita sehari-hari. 
  • Tinggi kain di tubuh di atas, sebatas di atas dada, di bawah ketiak.


Ke sawah.
Para remaja sering pula mengerjakan pekerjaan di sawah.
Busana yang digunakan, sama dengan busana sehari-hari di rumah, yakni :

  • Kain kebat.
  • Kutang.
  • Kebaya.


Cara pemakaian :

  • Memakai kain kebat seperti cara memakai kain kebat pada busana remaja wanita sehari-hari, tetapi tinggi kain bagian bawah, sebatas tengah betis.
  • Kutang digunakan dengan mengancingkan kancingnya di bagian depan.
  • Kebaya dipakai, rapatkan kedua sisi depan kebaya pada dada dan diberi penitik.
  • Kelengkapan lainnya, yakni : kerudung, dari kain kebat.
  • Cara memakai kerudung: Bagian tengah kain kebat dikerudungkan di kepala.
  • Kedua bagian kain, menjuntai ke bawah sama panjang di depan tubuh.
  • Bagian kanan, dililitkan menyilang ke atas kepala, hingga ujungnya menjuntai ke punggung.
  • Bagian kiri, dililitkan menyilang ke atas kepala dan ujungnya menuntai ke punggung.

 

3. Dewasa.

1) Busana laki-laki, dewasa.
Busana sehari-hari:

  • Celana sontog.
  • Baju kampret.
  • Kain sarung.
  • Iket.


Cara pemakaian :

  • Celana sontog digunakan dengan menalikan tali kolornya di tengah pinggang bagian dep;m.
  • Baju yang digunakan, baju kampret. Cara memakainya dengan mengancingkan kancingnya di bagian depan.
  • Cara menggunakan kain sarong, sama seperti cara memakai kain sarung pada busana anak laki-laki usia antara 1 sampai 6 tahun. Tetapi ujung bawahnya sebatas tengah betis.
  • lket yang digunakan, iket barengkos nangka. Cara memakainya sama dengan cara memakai iket barengkos nangka pada busana sehari-hari laki-laki, remaja.


Busana untuk bepergian:
(1 ) Kain sarung poleng.

  • Baju kampret, berwama putih.
  • Iket.


Cara pemakaian :

  • Kain sarong digunakan, dengan ujung kain bagian bawah sebatas betis.
  • Cara melipatnya, mula-mula kain dibagi sama lebarya pada pinggang.
  • Sisi atas kain sebelah kiri dipegang oleh tangan kiri, sisi sebelah kanan dipegang oleh tangan kanan.
  • Kain dari sebelah kanan dilipat pada pinggang bagian depan ke sebelah kiri. Biarkan ujung kainnya menyembul pada pinggang bagian depan sebelah kiri.
  • Kain dari sebelah kiri dilipat ke sebelah kanan pada pinggang bagian depan. Kemudian ujung kainnya diselipkan pada lipatan kain di pinggang depan.


Cara memakai baju kampret, dengan mengancingkan kancingnya sebanyak tiga buah kancing dari atas. Jadi bagian ujung kain yang menyembul, tidak tertutupi oleh baju kampret.
Iket yang digunakan, iket barengkos nangka. Cara memakainya sama dengan cara pemakaian iket barengkos nangka pada busana laki-laki remaja, busana sehari-hari.

(2) Memakai:

  • Celana pangsi sebatas di bawah tengah betis.
  • Baju kampret, berwarna putih.
  • Kain sarung.
  • Iket.


Cara pemakaian:
Cara memakai celana pangsi :

  • Setelah celana pangsi dipakai (disarungkan pada kedua belah kaki), pegang sisi atasnya.
  • Tarik ujung celana bagian atas ke sebelah kanan depan oleh tangan kanan.
  • Tangan kiri ditaruh di ujung celana sebelah kanah pada pinggang.
  • Lipat ujung atas celana yang dipegang oleh tangan kanan ke sebelah kiri, dan ujungnya diselipkan pada lipatan kain di pinggang.
  • Baju kampret dipakai dengan mengancingkan seluruh kancingnya di bagian depan.
  • Kain sarung diselempangkan dari bahu kanan menyilang ke pinggul sebelah kiri, atau sebaliknya.
  • Cara memakai iket lohen, sama dengan pemakaian iket lohen pada anak laki-laki usia sekolah. 

 

Busana untuk bersembahyang atau pergi ke mesjid.
Busana yang digunakan un tulc sem bah yang a tau pergi ke mesjid, adalah :

  • Kain sarung.
  • Baju kampret.
  • Iket.
  • Alas kaki: gamparan.


Cara pemakaian :

  • Cara menggunakan kain sarung, sama dengan cara menggunakan kain sarung pada anak laki-laki usia antara 1 sampai 6 tahun. (Lihat hal. 32 ). Ujung bawah kain sebatas mata kaki.
  • Baju kampret yang digunakan, berwarna putih. Cara memakainya, dengan mengancingkan kancingnya di bagian de pan.
  • Iket yang digunakan, yakni iket barengkos nangka. Cara memakainya, sama dengan cara pemakaian iket barengkos nang'ka pada busana sehari-hari anak laki-laki remaja.
  • Gamparan, yakni : alas kaki yang seluruhnya terbuat dari kayu. Di antara telunjuk dan ibu jari kaki pada alas gamparan, terletak pasak dari kayu yang disebut lilingga. Bentuk lilingga bulat panjang. Bagian kepalanya (bagian atasnya) agak besar. Cara memakainya: Mula-mula letakkan kaki pada alas gamparan. Jepitkan telunjuk dan ibu jari kaki pada lilinga, setiap hendak melangkah.
  • Busana kerja.


Tani.
Busana petani laki-laki dewasa, yakni :

  • Celana sontog.
  • Baju kampret.
  • Kain sarung poleng.
  • Iket.
  • Dudukuy cetok.


Cara pemakaian:

  • Celana sontog hitam digunakan dengan cara menalikan tali kolornya pada tengah pinggang bagian depan.
  • Baju kampret yang digunakan, berwarna hitam dan cara memakainya dengan mengancingkan kancingnya di bagian depan.
  • Cara memakai kain sarung, sama dengan cara pemakaian kain sarung pada busana kerja remaja laki-laki. Iket yang digunakan, yakni iket barengkos nangka. Cara pemakaiannya sama dengan cara pemakaian iket barengkos nangka pada busana remaja laki-laki sehari-hari.
  • Dudukuy cetok, yakni topi yang berbentuk kerucut, terbuat dari anyaman bambu. 
  • Cara memakainya, dikenakan di atas kepala setelah memakai iket.

Kelengkapan lain, yakni:

  • Pacul.
  • Parang.
  • Golok.


Kegunaannya:

  1. Pacul digunakan untuk mencangkul.
  2. Parang digunakan untuk menyiangi pematang sawah.
  3. Golok atau bedog, gunanya untuk menebang pepohonan yang perlu ditebang, atau untuk mencari kayu bakar.


Cara membawanya:

  • Pacul dipanggul.
  • Golok dengan serangkanya diosren, yakni tali pada serangka golok ditalikan pada pinggang.
  • Parang dibawa, dijinjing.


Pandai besi.
Busana pandai besi pada orang dewasa laki-laki, ialah:

  • Celana sontog atau celana pokek.
  • Baju kampret.
  • Iket barengkos nangka.
  • Kain sarung poleng.


Cara pemakaian :

  • Celana sontog sebatas sedikit di bawah lutut. Dipakai dengan cara menalikan kolomya pada tengah pinggang bagian depan.
  • Baju kampret kutung atau dengan lengan digulung, dikancingkan pada bagian depan baju.
  • lket yang dipakai iket barengkos nangka. Cara memakainya sama dengan cara pemakaian iket barengkos nangka pada busana remaja laki-laki, sehari-hari. 

Kain sarung apabila digunakan hanya ditalikan saja pada pinggang.

Penggembala itik.

Busana penggembala itik kaum dewasa laki-laki, yakni

  • Celana komprang.
  • Baju kampret.
  • Kain sarung.
  • Iket.
  • Topi cotom.

 
Cara pemakaian :

  • Cara memakai celana komprang, sama dengan cara pemakaian celana komprang pada busana bepergian remaja laki-laki.
  • Cara memakai baju kampret, dengan mengancingkan kancingnya pada bagian depan.
  • lket barengkos nangka, cara memakainya sama dengan cara pemakaian iket barengkos nangka pada busana sehari-hari remaja laki-laki. (Lihat hal. 37 ).
  • Kain sarung digunakan dengan cara ditalikan pada pinggang.
  • Cara pemakaian topi cotom, sama dengan pemakaian topi cotom pada busana penggembala itik remaja laki-laki.
  • Kelengkapan yang digunakan, sama dengan kelengkapan pada penggembala itik kaum remaja laki-laki. 


Penggembala kerbau.
Busana penggembala kerbau laki-laki dewasa, sama dengan busana penggembala kerbau kaum remaja. 
Hanya, kadang-kadang penggembala kerbau dewasa menggunakan iket barengkos nangka.

Cara pemakaian iket barengkos nangka sama dengan cara pemakaian iket barengkos nangka pada busana kaum remaja bki-laki sehari-hari. (Lihat hal. 37 ).

Bandar Kerbau.
Yang dimaksud dengan bandar kerbau, yakni orang yang menjual-belikan kerbau. Terutama bandar kerbau yang berkeliling dari desa ke desa. Busananya ialah:

  • Celana komprang sebatas tengah betis atau celana komprang
  • sebatas mata kaki.
  • Baju kampret.
  • Ikat pinggang besar dari kulit.
  • Kain sarung.
  • Iket.


Cara pemakaian:

  • Cara memakai celana komprang, sama dengan cara pemakaian celana komprang pada busana remaja laki-laki, untuk bepergian.Ujung celana bagian bawah, sebatas tengah betis.
  • Ikat pinggang besar dari kulit, dibelitkan di pinggang sebagai pengencang lipatan celana komprang.
  • Baju kampret dipakai dengan mengancingkan kancingnya di bagian depan.
  • Iket yang digunakan, iket barangbang semplak.

 
Cara memakai iket barangbang semplak :

  • Iket dilipat dua, hingga berbentuk segi tiga.
  • Segi tiga ini diletakkan di bagian belakang kepala bagian bawah. Biarkan menjuntai ke punggung.
  • Ujung kiri dipegang oleh tangan kiri dan ujung kanan dipegang oleh tangan kanan.
  • Ujung iket dari sebelah kanan putarkan ke sebelah kiri dan dari arah kiri ke kanan.
  • Talikan kedua ujung iket di belakang kepala: sebanyak dua kali.


Kain sarung dipakai, diselempangkan dari bahu sebelah kanan. ke pinggang sebelah kiri, atau sebaliknya.

Busana tukang sayur
Busana tukang sayur laki-laki dewasa yang berkeliling, yakni :

  • Celana komprang sebatas tengah betis, berwarna hitam.
  • Baju kampret hitam.
  • Penutup kepala, dudukuy samak.
  • Ikat pinggang besar dari kulit.
  • Kain sarung.


Cara pemakaian :
Pemakaian celana .komprang, sama dengan pemakaian celana komprang pada busana laki-laki remaja untuk bepergian. 

Ikat pinggang dari kulit, dibelitkan pada pinggang, setelah memakai relana komprang.
Baju kampret hitam dipakai dengan mengancingkan kancing mjunya di bagian depan.
Kain sarung, diselempangkan pada bahu kanan, menyilang ke pinggang sebelah kiri; atau sebaliknya.
Penutup kepala, (dudukuy samak) dikenakan di kepala dan talinya dililitkan pada leher.
Kelengkapan pada tukang sayur, yakni pisau.

Tukang minyak.

  • Busana tukang minyak yang berkeliling ke kampung-kampung, yakni :
  • Celana komprang berwarna putih.
  • Baju kampret, berwarna putih.
  • Kain sarung.
  • Penutup kepala, dudukuy samak.


Cara pemakaian :
Cara pemakaian busana tukang minyak, sama dengan cara pemakaian busana tukang sayur. Tukang minyak tidak memakai ikat pinggang yang besar dari kulit.

Kelengkapan yang digunakan tukang minyak, yakni canting­canting takaran minyak.
 

Tukang buah-buahan.

  • Celana pokek, berwarna hitam.
  • Baju kampret.
  • Kain sarung.
  • Penutup kepala, dudukuy samak.
  • Ikat pinggang besar dari kulit.


Cara pernakaian :

  • Celana pokek digunakan dengan menalikan tali kolornya pada tengah pinggang bagian depan.
  • Baju kampret digunakan dengan mengancingkan kancingnya di bagian depan.
  • Kain sarung, ditalikan pada pinggang.
  • Ikat pinggang digunakan setelah memakai celana pokek.
  • Dudukuy samak dikenakan di atas kepala. Agar tidak lepas bila tertiup angin, talinya dililitkan pada leher.

Kelengkapan yang digunakan tukang buah-buahan, yakni pisau.

Tukang delman (sais/kusir delman ).
Busana yang digunakan, yakni :

  • Celana panjang batik.
  • Ikat pinggang besar dari kulit.
  • Baju kampret, warna putih.
  • Kain sarung.
  • Iket barangbang semplak.


Cara pemakaian :

  • Celana panjang batik digunakan dengan menalikan tali kolornya pada tengah pinggang bagian depan.
  • Ikat pinggang besar digunakan, setelah memakai celana panjang batik.
  • Baju kampret dipakai dengan mengancingkan kancingnya bagian depan. Biasanya hanya dikancingkan tiga buah kancing dari atas.
  • Cara memakai kain sarung, diselempangkan dari bahu kanan menyilang ke pinggang sebelah kiri.
  • Cara pemakaian iket barangbang semplak, sama seperti cara pemakaian iket pada remaja laki-Iaki, untuk bepergian. 

Kelengkapan yang digunakan, yakni pecut (cambuk).
 
Tukang roda (sais roda).
Busana tukang roda, yakni :

  • Celana komprang sebatas mata kaki.
  • Baju kampret, berwarna putih.
  • Kain sarung.
  • Dudukuy (topi) samak.


Cara pernakaian:

  • Pemakaian celana komprang, sama dengan pernakaian celana komprang pada busana remaja laki-laki untuk bepergian. 
  • Baju kampret dipakai dengan mengancingkan kancingnya di bagian depan.
  • Kain sarong tidak dipakai, tetapi disimpan pada kotak
  • kayu yang menempel pada gerobaknya. Kain sarong digunakan untuk sembahyang.
  • Dudukuy sama dikenakan di atas kepala dan talinya dililitkan pada leher.


Tukang ngadu domba.
Ngadu domba adalah salah satu cabang seni mempertarungkan domba jantan. Domba jantan ini dipelihara secara khusus agar menjadi petandang (domba aduan) yang hebat.
Pada waktu akan dipertarungkan, tubuh domba ini ditutupi dengan kain linen yang dihiasi dengan pasman atau manik-manik; atau ada pula yang dihiasi dengan sulaman-sulaman tangan dan kainnya dari beledu. Si empunya domba akan menjadi orang pengantar dombanya ke medan laga (bobotoh, Sd). Mereka menggunakan busana khusus dalam menyaksikan pertarungan dom ba peliharaannya.

Busana yang digunakan, yakni:
Celana pangsi hitam.

  • Baju kampret hi tam atau salontreng hitam.
  • Kepala menggunakan iket barangbangsemplak.
  • Kain sarong yang dilipat pada pinggang.


Cara pemakaian:

  • Celana pangsi bentuknya sama dengan celana komprang.
  • Cara memakainyapun sama dengan cara pemakaian celana komprang pada busana remaja laki-laki untuk bepergian. 
  • Celana pangsi dibuat dari bahan yang halus, yakni Syantung linen.
  • Kira-kira 10 cm dari sisi atasnya terbuat dari kain katun.
  • Maksudnya agar tidak licin atau tidak mudah terlepas, apabi1a dilipat pada pinggang.
  • Memakai baju kampret hitam dengan mengancingkannya di bagian depan.
  • Salontreng, yakni baju kampret yang belahan bajunya tidak sampai ke bawah, tetapi hanya kira-kira 10 cm dari atas. Cara memakai sa1ontreng, dimasukkan dari atas me1a1ui kepala dan lengan.
  • Tanpa kancing.


Cara memakai kain sarung:

  • Sebelum dipakai, kain dilipat dua pada tingginya.
  • Disarungkan dengan sisi atasnya pada pinggang.
  • Cara pemakaian selanjutnya, sama dengan cara pemakaian kain sarung pada busana remaja laki-laki untuk bepergian.

 
Cara menggunakan iket barangbang semplak, sama dengan cara pemakaian iket barangbang semplak pada busana bandar kerbau orang dewasa laki-laki.


2). Busana wanita. dewasa.

Busana sehari-hari.
Busana sehari-hari bagi wanita dewasa, adalah :

  1. Kain kebat.
  2. Kutang.
  3. Kebaya.


Cara pemakaian :

  • Para wanita dewasa apabila di rumah hanya menggunakan kain kebat dan kebaya. Seringkali mereka hanya menggunakan kain kebat saja, tanpa kutang dan tanpa kebaya atau kain kebat dengan kebaya atau kain kebat dengan kutang.
  • Cara pemakaian kain kebat, sama dengan cara pemakaian kain kebat pada busana anak perempuan an tara usia 1 sampai 6 tahun.

Cara pemakaian kutang, dengan mengancingkan kancingnya yang berada di bagian depan.
Bila ke luar rumah, memakai kain kebat, kutang dan kebaya. Tetapi belahan kebayanya dibiarkan terbuka, tanpa penitik, juga tidak ditalikan.

Busana bepergian.
Kaum wanita kebanyakan apabila bepergian menggunakan:

  • Kain panjang.
  • Beubeur atau angkin.
  • Kutang.
  • Kebaya.
  • Selendang batik.
  • Kelengkapan: Geulang akar bahar.
  • Suweng pelenis
  • Ali meneng.
  • Tanpa alas kaki.


Cara pemakaian :

  • Kain panjang dilili tkan se ba tas pinggang dari se belah kanan ke se belah kiri.
  • Ujung kain sebelah kanan berada pada tengah pinggang bagian depan atau lebih ke kiri.
  • Kain dari sebelah kiri terus dililitkan ke sebelah kanan, hingga ujung kain berada pada tengah pinggang bagian depan atau lebih ke sebelah kanan.


Tujuannya:

  1. Agar apabila kain bagian bawah agak naik ke atas, masih tertutupi oleh ujung kain yang berada didepan.
  2. Kutang yang diberi kancing di depan dipakai terlebih dahulu; hingga ujung kutang berada di bawah kain pada bagian pinggang.
  3. Beubeur atau angkin, yaitu kain tebal berwarna hitam atau putih, sele bar ± 10 - 15 cm, panjangnya 3 -4 hingga 5 meter.
  4. Ujung angkin (beubeur) diambil, 1a1u dilebarkan pada bagian pinggang depan sebelah kiri.
  5. La1u dililitkan ke arab kanan, ke belakang, ke kiri belakang terus ke depan-kanan.
  6. Lilitan ini diusahakan bertumpuk secara rapih hingga batas bawah payudara.
  7. Ujungnya diselipkan pada bagian atas atau bawah lilitan beubeur (angkin).
  8. Ketika dipakai, angkin biasanya berada dalam gulungan dan setelah dipakai, angkin digulung kembali untuk disimpan.
  9. Tidak selamanya wanita yang akan bepergian menggunakan angkin, mereka kadang-kadang cukup memakai kain panjang, tanpa angkin dan langsung memakai kebaya.


Kebaya.
Model kebaya sama dengan model untuk anak-anak Cara menggunakannya, sama yakni memakai penitik di depan.

Selendang batik:

  • Kain batik digunakan sebagai selendang:
  • Kain batik diselempangkan dari bagian pundak kanan ke bagian bawah ketiak kiri.
  • Ujung kain batik, dijuntaikan di bawah bagian kanan dan pundak atas k a nan.
  • Kain batik diselempangkan, kedua ujungnya ditalikan pada bagian pinggul kiri.
  • Kain batik diselempangkan dan digunakan untuk menggendong sesuatu yang akan dikirimkan kepada sanak saudara atau orang yang kenduri.
  • Apabila hari panas, kain batik ini akan berfungsi sebagai kerudung kepala.


Kelengkapan :

  • Gelang akar bahar, yakni gelang hitam yang terbuat dari rumput laut.
  • Suweng pelenis, yakni hiasan kuping yang berbentuk bundar; terbuat dari perak.
  • Ali meneng, yakni cincin yang berbentuk bundar;
  • terbuat dari perak atau perak disepuh emas.


Busana kerja wanita, dewasa.

Ke kali.
Apabila mereka akan mandi, mencuci pakaian atau mencuci piring seringkali mereka melakukannya di kali atau menuju tempat sumber-sumber air yang dijadikan pancuran, yakni air yang dialirkan melalui bambu sepanjang dua meter.

Busana yang digunakan adalah :
Samping jangkung, yakni :

  • Kain batik panjang yang dililitkan dari sebelah kanan ke kiri.
  • Lalu bagian sebelah kiri dililitkan ke sebelah kanan, terus ke belakang - dilanjutkan ke depan, hingga ujung kain berada pada bagian atas dada (bawah ketiak). ·
  • Di dalamnya, memakai kutang atau tanpa kutang.


Ke sawah.
Kaum wanita apabila ke sawah menggunakan :

  • Kain panjang batik yang dililitkan pada pinggang.
  • Panjang bawah adalah nen.gah betis, yakni pada tengah-tengah betis.
  • Bajunya menggunakan kebaya.
  • Bisa dengan kutang atau tanpa kutang.
  • Apabila tanpa kutang, kebaya ditalik.an pada tengah-tengah kebaya dan ditalikan pula an tar ujung kebaya.
  • Apabila memakai kutang, mereka memberikan penitik Jllda belahan kebaya, bagian depan.
  • Kain panjang diselempangkan pada bagian badan ke arah pundak.
  • Apabila mereka bekerja di sawah, kain panjang yang dipundak tadi akan dijadikan kerudung.


Cara membuat kerudung untuk di sawah:

  • Kain kebat digenggam oleh kedua belah tangan, tidak usah sama panjang.
  • Bentangkan pada kepala bagian belakang.
  • Kedua genggam kain ditarik ke depan dan dipilih di tengah dahi sebanyak dua kali.
  • Bagian kain yang panjang, langsung ditutupkan ke atas kepala dan ujungnya menjuntai ke punggung.
  • Bagian kain yang pendek yang menjuntai di depan kepala, kedua ujungnya dipegang dan dibentangkan.
  • Tengah-tengah bentang kain, tempelkan pada tengah-tengah dahi.
  • Tarik kedua ujung kain yang dipegang oleh kedua belah tangan ke belakang kepala.
  • Pertemuan kedua ujung kain ditalikan sebanyak dua ka li.
  • Rapihkan kelebihan lipatan kain yang berada di atas kepala, sehingga akan membentuk topi yang berbentuk oval.
  • Apabila mereka hanya mengantar makanan, maka kain panjang tadi dijadikan pengais atau alat untuk mengendong boboko, yakni tempat nasi dari anyaman bambu, yang di atasnya ditempatkan lauk-pauk.
  • Selain kerudung dari kain batik, untuk menahan sengatan cahaya mata hari, mereka biasa menggunakan tudung goong, yakni topi besar yang berdiameter: 1 meter terbuat dari anyaman bambu.
  • Selain tudung goong, mereka biasanya menggunakan pula dudukuy cetok atau kopi yang berbentuk kukusan, yang terbuat dari anyaman bambu.


Busana sesudah melahirkan.
Sesudah melahirkan : Dibengkung.
Wanita sesudah melahirkan tiga hari, biasanya disangsurkeun, yakni dipijat oleh paraji (bidan kampung).
 
Tujuan dipijet :
Agar terus bisa kembali normal setelah melahirkan. Setelah selesai dipijat, wanita yang baru melahirkan memakai kain panjang sebatas mata kaki.
Bengkung : Untuk memakai bengkung, disediakan kain sepanjang 5 meter dengan lebar kain antara 25 cm dan 30 cm atau lebih. Warna kain bengkung, sebagian besar berwarna merah.
 
Cara pemakaian :

  • Panjang kain dibagi dua.
  • Diletakkan pada bagian bawah pinggul, rata-rata pangkal paha.
  • Kain dipertemukan di depan dengan cara disilangkan, lalu dibelitkan.
  • Selesai dibelitkan, dililitkan ke belakang, pada bagian pinggul kain harus dilebarkan; lalu dibelitkan lagi ke depan. Hingga bagian depan berupa untaian belitan, sedangkan bagian belakang merupakan bagian yang tertu tup oleh seluruh pele baran kain.
  • Cara ini terus dilakukan hingga ujung kain tidak dapat dibelitkan lagi.
  • Ujungnya diselipkan pada bagian belitan-belitan tadi.
  • Bagian bawah bengkung harus berada pada bagian pinggul bawah dan rata-rata pangkal paha dimaksudkan untuk nyangkeh, yakni agar bagian perut tertahan ke atas.


Tujuan bengkung:
Wanita di pedesaan seringkali seorang pekerja yang ulet. Mereka haruss mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya sendiri: ke Sawah dan juga menumbuk padi. Seringkali pula mereka menggendong anak sendiri dan mencari kayu bakar. Untuk menjaga kesehatan perutnya sesudah melahirkan, mereka menjaganya dengan memakai bengkung. Walaupun mengerjakan pekerjaan pekerjaan berat, perutnya tetap terjaga dengan memakai bengkung. Juga diharapkan perutnya tidak menjadi gendut, pada masa tuanya. Ngais (menggendong anak).

Bayi.
Untuk menggendong anak, kaum wanita menggunakan pangais dari kain panjang batik.

Cara pemakaian :

  • Kain batik dijuntaikan pada bagian pundak kanan kurang lebih sepertiga dari bagian kain.
  • Selebihnya diselempangkan pada bagian bawah ketiak se belah kiri.
  • Anak ditidurkan pada tangan sebelah kiri dengan kepala pada bagian siku si ibu.
  • Bagian kain dilebarkan, lalu ujungnya diselipkan dan dipertemukan dengan pangkal kain yang berada di pundak sebelah kanan.


Anak usia 7 bulan hingga 1 tahun.

  • Apabila anak tidur, cara menggendong bayi sama dengan cara menggendong anak usia 1 bulan hingga 6 bulan: Tetapi apabila anak sudah bisa duduk dan dalam keadaan tidak tertidur; cara menggendongnya sama, tetapi kedua kaki anak dijuntaikan ke depan.
  • Yang dijuntaikan adalah bagian kedua lutut, dan berada pada tengah pinggang bagian depan si penggendong.
  • Pada umumnya letak bayi berada di kiri depan penggendong.


Anak usia 1 tahun hingga 3 tahun

  • Cara menggendong anak pada usia ini sama dengan cara menggendong bayi, tetapi kedua kaki dijuntaikan secara terpisah. 
  • Lutut kanan anak berada pada bagian belakang pingang si penggendong, sedangkan lutut kiri anak berada pada bagian depan si penggendong. 


Menggendong kayu bakar atau padi.
Kaum wanita seringkali harus mencari kayu bakar.
Yang seringkali terdiri dari ranting-ranting pepohonan, dahan-dahan kering atau ranting-ranting bambu yang sudah kering. Setelah selesai panen, merekapun biasanya turut serta mengangkut padi. Cara membawanya; biasanya dengan menggendong atau disuhun (dijunjung) di atas kepala.

Cara membawa kayu bakar:

  • Kayu bakar biasanya disatukan, lalu diikat.
  • Setelah diikat kayu bakar itu digendong di punggung.  Dalam bahasa Sunda disebut Ngagandong.


Cara menggendong:

  • Kain panjang batik digunakan sebagai alat untuk menggendong.
  • Dibelitkan dari depan ke belakang.
  • Kain sebelah kanan berada p,ada pundak kanan, dan, kain sebelah kiri berada di bawah ketika tangan kiri.
  • Dibelitkan ke depan dan ditalikan pada pundak sebelah kanan.


Disuhun:
Kayu bakar setelah diikat, ditaruh eli atas kepala. Sebelumnya; dibuat lilitan kain panjang, dibundarkan dan ditaruh di kepala.
 

Busana khusus wanita untuk menghadap pejabat pemerintah:

  • Apok (kemben)
  • Kain kebat batik
  • Beubeur
  • Selendang batik yang dijuntaikan.


Cara pemakaiannya, sama seperti untuk bepergian.

4. Orang tua
Busana orang tua laki-laki maupun wanita sama dengan busana dewasa.

 

Sumber: Jane Benny S, Cornellia, Dra., et all. 1987/1988. Pakaian Tradisional Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI

Baca Juga

Sponsor