Cari

Bali Tempo Dulu adalah Gambaran masyarakat Kerajaan Majapahit dan Pajajaran

Sejarah bangsa
[Historiana] - Menyingkap kehidupan leluhur kita zaman kerajaan, Khususnya Kerajaan di pulau Jawa. Ada baiknya melihat dokumentasi masyarakat Bali tempo dulu yang tersebar di internet dan video youtube.

Mengapa hanya pulau Jawa? pertama, kemiripan budaya Jawa, Sunda dan Bali menjadi alasannya. Kedua, Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran memiliki catatan tentang gambaran masyarakatnya berdasarkan kropak, babad dan catatan naskah musafir asing (luar negeri:, Cina, Arab, portugis dan lainnya).

Secara umum, gambaran Bali tempo dulu adalah gambaran Nusantara. Beberapa mirip dengan Bali tempo dulu, seperti Batak, Mentawai, Dayak, dan lainnya. Saya akan membahasnya pada posting lain.

Kerajaan Pajajaran dalam Sanghyang siksakanda ng karesian menggambarkan masyarakatnya dengan jelas sangat mirip dengan dokumentasi Bali tempo dulu. Diantaranya, masyarakat Sunda Pajajaran tidak memakai pakaian/atasan. Catatan musafir Cina Zhao Rugua, menggambarkan penduduk Sunda Salakanagara tidak memakai baju. Baca juga, Inilah Khidupan Urang Sunda Pajajaran - Berdasarkan  Sanghyang siksakanda ng karesian.

Kerajaan Majapahit, berdasarkan catatan Ma Huan digambarkan sangat primitif. Berwajah jelek, jorok (karena diceritakan makan dan tidur bersama anjing), tidak pakai baju dan telanjang kaki. Saya tidak Setuju! Sama sekali tidak sependapat dengan Ma-Huan. Majapahit, bukanlah sekelompok orang primitif. Buktinya sangat banyak, akan dimuat dalam beberapa tulisan ke dapan.Baca juga Kerajaan Majapahit: Antara Fakta, Legenda atau Ilusi? -Bagian 1 dan Kerajaan Majapahit: Antara Fakta, Legenda atau Ilusi? - Bagian 2 *catatan Ma Huan ada di bagian ini). Bagi Anda yang ingin mengetahui juga Di balik runtuhnya kerajaan majapahit (hidden story)

Siapa Ma HuanMa Huan adalah penerjemah dalam perjalanan ekspedisi laksamana Cheng-Ho. Dia mengikuti 3 dari 7 ekspedisi Cheng Ho dan membuat catatan petualangannya ke negri-negri yang dikunjungi. Kumpulan catatan-catatan tersebut berjudul Ying-Yai Sheng-Lan dengan catatannya yang terakhir bertarik 1433 Masehi.

Dalam sejarah Indonesia, kronik Ma Huan sangat berharga sebagai sumber informasi mengenai kehidupan sehari-hari di Sumatera dan Jawa pada masa-masa akhir kejayaan Majapahit di Nusantara.

Baiklah kembali ke judul, Bali tempo dulu menggambarkan masyarakat tempo dulu di Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Dokumentasi foto dan video Bali tempo dulu adalah yang paling lengkap selama ini. Barangkali, Belanda belum banyak mempublikasikan dokumen foto dan video suku lainnya di Indonesia. Berikut dokumentasi yang berhasil penulis kumpulkan:

Wajah orang Bali tempo dulu. Foto: youtube
Dari foto wajah di atas, apakah termasuk kulit hitam? hmmm... tidak! bukan. Ini menampik penjelasan Ma Huan bahwa penduduk Majapahit berkulit hitam dan jorok. Kita tahu foto di atas adalah wajah yang sama menggambarkan penduduk Majapahit dan Pajajaran.

Wanita Bali tempo dulu
Wanita Sunda di tasikmalaya, zaman Kolonial Belanda
Berdasarkan kedua foto di atas, gambaran Ma Huan bahwa, masyarakat Majapahit tidak pakai baju. Kali ini Ma Huan benar. Juga menurut Zhao Rugua dan Kropak 624-630 Sanghyang Siksakandang ng karesian, menggambarkan Sunda-Pajajaran juga benar.

Gerobak yang ditarik Sapi
Penggunaan gerobak yang ditarik sapi di Bali tempo dulu sama seperti yang di digambarkan pada  masyarakat Majapahit dan Pajajaran.

Berikutnya foto-foto yang saya ambil dari Bali tempo dulu tentang profesi umum masyarakatnya yang juga mirip bagi semua budaya Nusantara. Tidak hanya mirip bagi Majapahit dan Pajajaran. Sebagian foto diambil dari Bali sebagian lain dari Jawa dan Purwakarta Jawa Barat.
Petani sedang membajak sawah

Ksatria/tentara kerajaan sedang berperang. Ini Lukisan kekinian

Pemahat logam perak Bali tempo dulu

Pade besi pembuat keris zaman Majapahit

Pengrajin anyaman, Bali tempo dulu

Pengrajin perak, bali tempo dulu
Pengrajin perak dan pande besi banyak diceritakan Negarakertagama dan babad tanah jawa, juga di Sanghyang Siksakandang ng Karesian Pajajaran. Budaya yang sangat meluas di Nusantara. Kini pengrajin perak kotagede Yogyakarta yang paling terkenal.

Profesi tukang tembikar tanah liat Sunda. Foto di Purwakarta

Profesi tukang tembikar tanah liat Bali Tempo dulu

Profesi penjual tuak/arak keliling, Bali tempo dulu

Penjual tembikar keliling, Bali tempo dulu

Penjual makanan pikul keliling, Bali tempo dulu

Tukang ngangon bebek, Bali tempo dulu

Penjual sirup di pasar, Bali tempo dulu

Pengrajin kain tenun, bali tempo dulu
Pengrajin dandang nasi tradisional, Bali tempo dulu

Penjual tilam, Bali tempo dulu
Suasana pasar Bali tempo dulu
Dokumentasi real di atas telah membuktikan bahwa catatan Ma Huan tentang masyarakat negeri kita, khususnya Majapahit tidak seluruhnya benar. Catatan Ma Huang sangat berharga, namun tidak untuk ditelan mentah-mentah oleh kita. Jadikan catatan Ma Huan sebagai pembanding dalam menelusuri sejarah bangsa.

Penting bagi peneliti sejarah
Pandangan bahwa setiap ditemukannya situs bersejarah seperti prasasti atau candi menunjukkan bahwa di sekitar situs tersebut ada masyarakat yang tinggal dekat candi atau prasasti. Benarkah demikian? lihat foto di bawah ini:



Kedua foto di atas, saya tidak tahu namanya. Kalau di Sunda namanya bale, kalau di budaya Jawa dan Melayu disebut balai atau pendapa besar tempat raja dihadap rakyatnya (di Yogyakarta dan Surakarta disebut bangsal kencana)- Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI).

Berdasarkan kamus KBBI rasanya kurang pas jika melihat foto yang di ambil dari bali tempo dulu. Posisi Balai itu tidak untuk pertemuan raja dan rakyat yang berada di keraton, tetapi posisi balai di Bali berada di  luar perkampungan.

Prasasti di bali berada di tengah sawah

Pura di bali juga berada di tengah sawah
Kedua foto menunjukkan prasasti dan pura berada di tengah sawah. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa jika ada situs peninggalan bersejarah tidak serta merta menunjukkan adanya tempat tinggal masyarakatnya seputaran situs.

Rerentuhan Candi batujaya di Karawang Jabar
Situs Batujaya (foto di atas) secara administratif terletak di dua wilayah desa, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Talagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar lima km2. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (Ujung Karawang). Batujaya kurang lebih terletak enam kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter di utara Ci Tarum. 

Melihat posisi situs percandian Batujaya, mirip dengan yang di Bali.

Contoh candi-candi yang ditemukan di jawa tengah dan timur, mengarahkan peneliti mencari bukti tempat tinggal masyarakatnya seputar candi. Menilik kondisi di Bali, barangkali anggapan selama ini tentang tempat tinggal masyarakat dekat dengan situs harus ditinjau ulang. Di Bali, pura berada di tengah sawah menandakan bahwa ibadah bisa dilakukan juga di situ atau untuk melakukan seba bumi sesajen hasil panen kepada Dewa sebagai bentuk syukur. Sama dengan orang Islam yang bisa bersyukur dalam sembahyang, shalat di mana saja, termasuk di Sawah (asal bersih dan terbebas dari najis).

Akrab dengan kera, bali tempo dulu
Foto Bali tempo dulu di atas juga digambarkan oleh Ma huan, bahwa penduduk Majapahit dianggap naeh karena mendatangi kera/monyet di tempat khusus. Ma huan tidak memahami budaya Nusantara. Bahkan ada banyak catatan ahli lain yang meragukan catatan perjalanan Ma huan sebagai yang dilebih-lebihkan atau hanya imajinasi belaka. Saya sudah menulis hal ini di tulisan sebelumnya.

Menumbuk padi dan menampik beras, bali tempo dulu

Mandi di Pancuran, Bali tempo dulu
Ma huan mencatat bahwa rambut orang Majapahit gimbal dan jorok. benarkah? Foto-foto rakya dari bali tempo dulu sangat jelas bahwa Ma Huan salah! masyarakat kita sudah terbiasa mandi sehari minimal 2 kali. Kondisi yang terbalik bagi orang Belanda saat mereka menjajah Nusantara. Orang Belanda di Hindia Belanda (nusantara) jarang mandi, sampai-sampai ada surat edaran gubernur jendral belanda agar warga Belanda minimal bisa mandi 2 minggu sekali.

Video dokumentasi MichaelRogge menggambarkan masyarakat Bali tempo dulu


Video lainnya

Mengutip Dea Safira, "foto-foto yang saya kumpulkan memiliki nilai bagi sejarah Indonesia. Dan itu tidak dibuat sebagai foto pornografi, cabul, atau skandal, melainkan sebagai aspek sejarah yang bisa membantu masyarakat berpikir kembali tentang seksualitas tubuh perempuan. Inilah mengapa saya menyadari, penting untuk membagikan dan mengedukasi publik tentang isu ini."

Dea Safira adalah pengunggah sejumlah foto perempuan Indonesia di masa lalu yang tidak menggunakan penutup dada. Namun, Rabu (23/02/2016) malam, akun Dea dibekukan oleh Facebook karena dianggap mengespos "ketelanjangan" dan "eksplisit secara seksual'. Langkah itu dilakukan Facebook setelah mendapat banyak laporan dari pengguna Facebook lain. Kisahnya bisa dilihat di Mengapa kita semakin takut dengan belahan dada?

Mugia Agung Dumadi
Rahayu
.
Baca Juga

Sponsor