Cari

Waspadai Bencana Alam Awal Tahun 2019

Ilustrasi: ScienceNordic
[Historiana] - Bencana bisa terjadi dimana saja dana kapan saja. Khusus untuk Indonesia, bencana alam 'sangat akrab' dalam kehidupan kita. Sadar bahwa kita berada di tanah yang kita pijak adalah Cincin Api (Ring of Fire), kiranya bijak menyikapi berbagai sumber informasi kebencanaan.

Sumber informasi kebencanaan yang ilmiah dan resmi telah ada di lembaga-lembaga pemerintahan. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi bencana alam akan terus mewarnai tanah air pada 2019 ini. Bahkan BNPB telah memperkirakan berapa jumlah bencana yang akan terjadi sepanjang tahun ini.

“Diprediksi jumlah kejadian bencana selama 2019 lebih dari 2.500 kejadian,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Senin (31/12/2018). Demikian seperti dikutip idntimes.com

Sementara, untuk bencana geologi selama 2019 diprediksi akan terjadi gempa sebanyak 500 kejadian setiap bulan. Kendati begitu, Sutopo menegaskan bahwa gempa bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.

“Ditemukan 214 sumber gempa baru, maka teridentifikasi 295 sesar aktif. Di Jawa terdapat sekitar 37, di Sulawesi sekitar 48, di Papua 79, Nusa Tenggara dan Laut Banda sekitar 49 aktif,” ungkapnya.

Sumber Kearifan Lokal

Sumber kearifan lokal dapat menjadi bahan informasi awal kebencanaan di Nusantara. Kisah legenda dan mitos yang sering dianggap sepele kiranya perlu dicermati dengan baik. Jika bangsa lain menganggap serius kisah legenda Nusantara yang berkaitan dengan kebencanaan, mengapa kita tidak?

Contoh Simkin dan Fiske menjadikan catatan Ronggowarsito yang dikenal dengan ramalan kejawen sebagai sumber referensi bencana Nusantara. Lengkapnya Anda bisa baca "Begini Efek Letusan Gunung Krakatau 1883" dan "Tsunami Selat Sunda Ternyata Sudah Disampaikan Dewi Mitera (Pertiwi) | Waspadai Letusan Anak Krakatau!" dari tulisan artikel Tsunami Selat Sunda, kiranya kewaspadaan harus ditingkatkan di Jawa Barat bagian barat atau Banten - Jakarta. Stidaknya hingga Maret 2019.

Kompas.com/Fitria Chusna Farisa Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho

Kepala BNPB, Sutopo melakukan mini survei melalui media sosialnya. Dari 9.619 pemilik akun, sekitar 77 persen menyatakan belum siap menghadapi bencana besar seperti gempa, tsunami, banjir, dan longsor.

Selain berupa sumber naskah literasi Nusantara yang ditinggalkan leluhur kita, ada juga dalam bentuk benda-benda tinggalan sejarah. Diantara tinggalan sejarah penting dalam kebencanaan adalah "Arca Ganesha". Keberadaan Arca Ganesha di lokasi tak biasa, seperti tebing yang curam, di pinggir pantai, sungai danau, gunung dan lainnya sebagai penanda atau pengingat bahwa dilokasi tersebut terdapat gangguan alam (bencana) atau gangguan ghaib (menurut kepercayaan). Baca juga "Waspada Bila Ada Arca Ganesha". Contoh keberadaan Archa Ganesha di wilayah Propinsi Banten yaitu di Pulau Panaitan. Anda dapat membacanya: "Kabuyutan Mahapawitra Gunung Raksa Pulau Panaitan | Menelusuri 800 Kabuyutan Sunda".

Penting: Mengenai sumber kearifan lokal adalah bentuk antisipasi manakala sumber modern tak tersedia karena kelalaian, keterlambatan informasi atau prasarana teknologi yang rusak.

Mengapa hingga Maret 2019 harus Waspada?

Hingga bulan Maret 2019 adalah dimana bangsa Indonesia menghadapi masa-masa perhelatan politik dalam pemilu legislatif dan pemilu presiden. Kendati bencana alam tidak dipengaruhi oleh momentum politik, Sutopo memperkirakan Pileg dan Pilpres 2019 akan berdampak terhadap penanganan bencana.

Sutpo mengatakan bahwa Penyelenggaraan Pileg dan Pilpres pada 17 April 2019 akan berpengaruh dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, sehingga perlu diantisipasi sejak dini.

Percaya Nusantara adalah Atlantis?

Beberapa tahun silam dunia dihebohkan dengan buku karya Arysio Nunes dos Santos (1937 – 2005 M), adalah seorang insinyur yang berkualifikasi dengan banyak paten terhadap kreditnya. Ia adalah seorang Profesor Teknik Nuklir di Universitas Federal Minas Gerais di Brasil, dan juga bekerja sebagai ahli geologi dan iklim.

Nusantara atau Indonesia kini disebut-sebut sebagai Atlantis yang hilang dan melegenda selama ini. Haruskah kita bangga atau justru harus waspada?

*Cag*

Baca Juga

Sponsor