Cari

Raja Bhumibol Adulyadej, Pemersatu Thailand meninggal dunia

Raja Thailand Bhumibol Adulyadej
[Historiana] - Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej, meninggal dunia, hari Kamis (13/10), pada usia 88 tahun, setelah sakit dalam beberapa tahun terakhir dan kondisinya memburuk dalam beberapa hari ini.

Raja yang banyak dihormati di Thailand ini jarang tampil di depan umum dalam beberapa tahun terakhir karena buruknya kesehatannya.

Rakyat Thailand menempatkannya sebagai bapak bangsa yang berada di atas politik walau sering menjadi penengah dalam ketegangan politik untuk menemukan solusi tanpa kekerasan.

Hingga akhir hayatnya, Raja Bhumibol Adulyadej merupakan raja yang paling lama berkuasa di dunia.
Perayaan 70 tahun tahtanya pada Kamis 7 Juni 2016 berlangsung dengan dibayang-bayangi kesedihan karena kesehatannya yang memburuk dan Raja tidak tampil di depan umum.
Bhumibol Adulyadej lahir di Cambridge, Massachusetts, AS pada 5 Desember 1927, ketika ayahnya, Pangeran Mahidol Adulyadej, sedang berkuliah di Universitas Harvard.

Keluarga tersebut kemudian kembali ke Thailand, namun ayahnya meninggal saat dia berusia dua tahun.
Setelah kematian ayahnya, ibunya pindah ke Swiss, tempat pangeran muda ini menimba ilmu.

Pada masa itu, status monarki Thailand mengalami 'penurunan' setelah kekuasaan monarki absolut dihapuskan pada 1932, dan terjadi pula 'pukulan susulan' atas kerajaan ketika pamannya, Raja Prajadhipok, turun tahta pada 1935.

Tahta diserahkan kepada abang Bhumibol, Ananda, yang saat itu berusia sembilan tahun.

Pada 1946, Raja Ananda meninggal karena insiden penembakan di istananya di Bangkok -yang hingga sekarang belum terungkap sepenuhnya- dan Bhumibol menduduki tahta ketika masih berusia 18 tahun.

Raja Bhumibol berkuasa pada 9 Juni 1946 setelah saudaranya, Raja King Ananda Mahidol, meninggal dalam insiden penembakan yang sampai sekarang tidak jelas penyebabnya di Istana Kerajaan di ibu kota Bangkok.

Tujuh tahun awal di masa kekuasannya, Thailand dipimpin seperti kediktatoran militer dan kerajaan seakan-akan seperti 'pemerintahan boneka'.

Pada September 1957, Jenderal Sarit Dhanarajata mengambil alih kekuasaan dan Raja mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan Sarit sebagai Pembela Militer ibu kota.

Penghormatan publik atas Raja Bhumibol tulus, tapi juga dengan hati-hati diasuh oleh departemen hubungan masyarakat kerajaan.

Selama masa pemerintahannya yang panjang, Raja Bhumibol Adulyadej menghadapi negara yang terus-menerus mengalami pergolakan politik.

Dalam menghadapi politik, terlihat kecakapannya sebagai seorang diplomat, dan kemampuannya untuk 'merangkul' warga sipil di Thailand.

Sehingga dia meninggalkan kerajaan negara itu jauh lebih kuat dibandingkan saat dia memerintah.

Sumber: bbc.co.uk
Baca Juga

Sponsor