![]() |
Interior rumah kayu: Free pic pixabay.com |
[Historiana] - Rumah kayu telah ada sejak zaman kuno di Nusantara. Sepintas dianggap sebagai bangunan lampau yang tak lagi cocok di abad ke-21 ini. Benarkah demikian? Rumah yang dibangun di zaman sekarang ini tak jauh dari bangunan batu-bata bahkan beton. Tampak lebih gagah dan perkasa.
Semenjak tsunami melanda Aceh pada tahun 2004. Kejadian di Yogyakarta yang dilanda gempa pada tahun 2006, banyak bangunan-bangunan yang rusak, bahkan ambruk, tidak terkecuali bangunan-bangunan yang terbuat beton modern. Tidak hanya di Aceh atau Yogyakarta, bangunan-bangunan modern seperti di Amerika Serikat atau Jepang pun, yang kita lihat super modern, ternyata tidak mampu melawan kekuatan alam. Bangunan modern boleh jadi terbuat dari beton yang sudah didesain dengan teramat kuat, tetap tidak dapat melawan kekuatan alam, karena beton adalah buatan manusia, walau tetap sumbernya merupakan buatan alam
Ternyata sebagian besar rumah-rumah sederhana tradisional yang berbahan kayu, seperti di Kanes - Baduy, justru masih tetap berdiri kokoh. Mereka selalu menerapkan pikukuh leluhur (karuhun) yang telah mengalami gonjang-ganjing bencana alam. Leluhur kita memberikan petuah atau nasihatnya dalam membagun sebuah rumah.
Tuhan memang menciptakan alam yang luar biasa untuk dikelola oleh manusia, tetapi manusia yang serakah, sehingga semua material alam yang seharusnya "dimengerti" untuk 'menyesuaikan keinginan' alam, malah "melawannya" dengan dalih kesejahteraan manusia melalui rekayasa topinimi bumi.
Jangan salah, bangunan kayu sekarang ini menjadi primadona bahkan bisa jadi harapan kita. Selain itu, rumah ini juga diklaim kuat karena tahan gempa, anti rayap dan tahan api. Seluruh material konstruksi bebas kayu. wah hebat bukan. Telah ada perusahaan-perusahaan yang menyediakan kualitas rumah kayu seperti itu.
Kekuatan terhadap guncangan gempa pun tak diragukan lagi. Kekuatannya mampu menahan guncangan gempa hingga 6,4 SR dan setara dengan rumah konvensional pada umumnya.
Sementara di Indonesia, rumah tahan gempa tergolong konsep yang memiliki fleksibilitas tinggi, mudah membangunnya dan cukup kokoh, disebut konsep 'revolusioner', yaitu konsep knock-down / bongkar-pasang yang sederahana, tetapi cukup praktis. Rumah tahan gempa ini tidak didirikan diatas pondasi, tetapi dengan menggunakan 'umpak' di setap kolom rumahnya.
Bambu juga bisa 'melawan' gempa. Tetapi karena kita susah mencari bamboo yang panjang, serta karena penyambungannya lebih sulit disbanding penyambungan kayu, maka bampu lebih mahal disbanding kayu, walau konsep rumah bamboo mulai dipopulerka sebagai 'rumah tahan gempa', dengan menanam bamboo kuning yang besar dan panjang. Bambu lebih ringan, 'kosong' dan solid sebagai material bangunan, terutama untuk rumah.
Keindahan dan kekuatan bangunan rumah dari kayu dan bambu memang menawan, tetapi ternyata harganya bisa lebih tinggi daripada bangunan tembok/beton. Contoh untuk rata-rata bangunan tembok bata/beton harga per meternya 1 juta untuk rumah 1 lantai, sedang untuk bangunan bambu saja 3-4 juta per meter di Abah Jatnika. Bagaimana bangunan kayu per meternya?