Cari

Java La Grande: Misteri Pulau Jawa Besar Menurut Marcopolo

[Historiana] - Java la Grande, Pulau Terbesar Di Dunia Menurut Marco Polo. Konon. Java la Grande tersebut adalah Pulau Jawa.  Munculnya nama tersebut dalam peta telah menjadi misteri.

Java La Grande

Peta "Java La Grande," adalah sebuah "benua imajiner" yang tertera dalam peta. Nama 'benua' Java la Grande mengundang perhatian. Peta itu adalah suatu wilayah yang tak dikenal. Karena wilayah ini tidak pernah ada, tetapi dipetakan. Peta hasil konstruksi abad pertengahan sebagai konsep dari antipoda, mode untuk menyeimbangkan benua, karena peta di dunia dipenuhi daratan hanya di bagian utara, sehingga secara teoritis di bagian selatan juga harus seimbang. Artefak kartografi Eropa modern awal dipercayai dalam kurun waktu yang cukup lama. Ketika Matteo Ricci memetakan wilayah dunia pada 1607, salinan peta Ortelian mencakup "Guinea" sebagai tempat yang tidak dipelajari atau dikenal oleh orang Eropa, dan mungkin sebuah pulau independen atau melekat pada kutub selatan. –Tetapi tidak diketahui dihuni, dan sedikit informasi tentang benua itu. Dalam hal ini, Guinea tetap menjadi asing di zaman penemuannya, dan tempat kosong yang agak langka di peta dunia Matteo Ricci.

Peta Dunia Matteo Ricci
Sebagai artefak kartografi, citra daratan benua terus dipetakan dan terus berkembang hingga pertengahan abad kesembilan belas. Tetapi kemunculannya dalam kromolitograf dari peta Renaissance dari perpustakaan baronet Sir Thomas Philips dinyatakan sebagai peta pertama yang pernah tercatat termasuk benua Australia, seperti yang disaksikan oleh para pelaut Portugis di Amerika. yang mereka duga pertama kali menemukannya. Peta itu dihargai sebagai gambar penemuan awal.


Seniman-kartografer anonim mencatat adanya ruang di peta ini, yang ketika melihat penghuninya dalam dekorasinya dengan warna kulit yang kecoklatan, melatarbelakangi kehidupan indah dari tanah yang sama sekali tidak dikenal ini. Kita mengira bahwa wilayah itu sebagai Australia yang merupakan pintu masuk ke lanskap keajaiban yang tak terhitung di peta “Java La Grande” yang dirancang sebagai atlas maritim Nicolas Vallard tahun 1547 di Dieppe, pusat difusi maritim Portugal, direproduksi dalam 1856. Peta ini sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional Australia.

Grafik lanskap bergambar oleh Phillips sebagai catatan pertemuan pertama dengan wilayah Australia, direproduksi pada pertengahan abad kesembilan belas. Peta yang dibuat Vallard tampaknya merekam gambar pertemuan Portugis dengan penduduk asli Australia. Sintesis bergambar penemuan Portugis tentang kekayaan kualitatif etnografis sebagai penggambaran penduduk untuk kaum elit Eropa. Peta Vallard memiliki nilai kualitatif yang sangat menarik dan khas.

Identifikasi Australia dengan mitos "Java La Grande" tidak sepenuhnya berakar pada geografis. Java La Grande dideskripsikan oleh Marco Polo sebagai pulau terbesar di dunia - tetapi mencerminkan beberapa pengakuan atas daratan tak dikenal yang meluas hingga ke Antartika ini, dan terulang dalam peta Dieppe sebagai titik perbaikan kosmografis bukan pulau, tetapi terra firma: di waktu yang sama dengan Jawa saat ini digambarkan oleh ahli geografi tahun 1540-an, Dieppe mengidentifikasi La Grande Jave sebagai perpanjangan Antartika Terra Australis, dan diambil sebagai bukti awal dari penemuan awal benua selatan.

Pulau Jawa memanjang hingga ke kutub dalam penggambaran Marco Polo


Abraham Ortellius, kartografer dan ahli geografi dari Belgia, pernah menerbitkan peta berjudul Indiæ Orientalis pada 1570. Peta itu menggambarkan wilayah Asia Tenggara dengan pecahnya pulau-pulau.

Dia adalah kartografer pertama yang berpendapat bahwa pada awalnya benua menjadi satu dan kemudian berpisah untuk memenuhi bentuknya yang sekarang.

Karena kurangnya informasi dari penjelajah, Ortellius menampilkan pulau Jawa bundar dengan selatan cembung. Bahkan di peta pulau Jawa sekitar dua kali lebih luas dari Kalimantan.


Sementara peta Asia Tenggara oleh kartografer Willem Lodewijcksz, diterbitkan pada 1598, menampilkan Jawa yang tidak lengkap karena sisi selatannya dipotong oleh batas bingkai bawah. Tampaknya Lodewijcksz sengaja menyembunyikan misteri Jawa.

Pertanyaan tentang apa jenis Jawa selatan yang muncul di peta kuno tidak dapat dijawab oleh kartografer karena informasi yang tersedia tidak cukup pada saat itu.

Mereka adalah kartografer yang hanya mendengar kisah para petualang yang pernah memelopori penjelajahan ke Timur.


Salah satu petualang terkenal Venesia dan sering merujuk pada kartografer adalah Marco Polo. Dia menceritakan perjalanannya ke Asia Tenggara pada abad ke-13.

Meskipun banyak yang meragukan kisah perjalanannya, beberapa kartografer abad 16 dan 17 terus menggunakan toponimi dari Marco Polo.

Sayangnya, Marco Polo juga memberikan deskripsi Jawa yang tidak masuk akal. Dikenal sebagai Mayor Jawa "Pulau terbesar di dunia," bentuk Jawa menurut Marco Polo didasarkan pada "kesaksian para pelaut yang tahu banyak tentang hal itu."

Para penjelajah Portugis yang mengunjungi kepulauan sebelum kedatangan Belanda, memiliki persepsi mereka sendiri tentang Jawa.

Berdasarkan kisah penduduk pulau tersebut mereka mendapatkan informai bahwa di tengah pulau terdapat gugusan gunung yang membentang dari Barat ke Timur.

Geografi telah menghentikan komunikasi antara pantai Utara dan Selatan. Akibatnya, para pelaut Portugis meninggalkan niat untuk segera menjelajahi pantai selatan Jawa.

Bagian selatan Jawa tidak dieksplorasi Portugis.

Misteri pantai selatan Jawa terpecahkan pada 1580. Francis Drake, seorang pelaut dan politisi Inggris yang mengelilingi dunia dari tahun 1577 hingga 1580, berdiri di pantai selatan Jawa.

Setelah menjelajahi kepulauan Maluku dan melalui celah Timor, Drake dan krunya mengikuti garis selatan dan mendarat di suatu tempat di pantai selatan Jawa - tampaknya Cilacap.

Kemudian peta berjudul Insulæ Indiæ Orientalis oleh kartografer Jodocus Hondius muncul pada 1606. Dia menggambar pantai selatan Jawa hanya dengan garis putus-putus, tetapi meninggalkan garis tegas yang membentuk teluk untuk area pelabuhannya.

Bagian selatan jawa mulai dipetakan

Hondius menorehkan catatan kecil pada saat itu, "Huc Franciscus Dra. Appulit," yang menandai tempat Drake membuang jangkar.

Sejak terbitnya peta Hondius, misteri pesisir selatan Jawa mulai terungkap. Peta-peta berikutnya memberikan gambaran lengkap tentang sebuah pulau yang pernah populer di kalangan penjelajah samudera dengan nama Java Major.

Peta Insulæ Indiæ Orientalis di Asia Tenggara oleh kartografer Jodocus Hondius muncul pada tahun 1606. Dalam peta ini Hondius mencatat Francis Drake di Cilacap yang menandai akhir dari konjungsi pantai selatan Jawa, serta bentuk sebenarnya pulau itu.

Demikian Sekilas Pulau Jawa sebagai Pulau Terbesar

Java la Grande: Sebuah Manipulasi Sejarah Pulau Jawa?


Pembahasan ini, dikutip dari The Lost History of Nuhsantara fanpage Facebook. Ditulis oleh akun Yeddi Aprian Syakh Al-Athas. Sepintas Anda akan menganggap sebagai teori konspirasi. Tetapi menarik untuk disimak.

Teori konspirasi (dalam bahasa Inggris, conspiracy theory) adalah teori-teori yang berusaha menjelaskan bahwa penyebab tertinggi dari satu atau serangkaian peristiwa (pada umumnya peristiwa politik, sosial, atau sejarah) adalah suatu rahasia, dan seringkali memperdaya, direncanakan diam-diam oleh sekelompok rahasia orang-orang atau organisasi yang sangat berkuasa atau berpengaruh. Banyak teori konspirasi yang mengklaim bahwa peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah telah didominasi oleh para konspirator belakang layar yang memanipulasi kejadian-kejadian politik. Dengan kata lain menjadikan sesuatu sebagai alternatif demi mencapai tujuan yang telah dirancang

“Tiga inskripsi tentang Java La Grande yakni: Inskripsi Quabefequiefce, Inskripsi Haure de Sylla/Cap dan Inskripsi Gao telah salah mengidentifikasi duplikat sketsa peta daratan bagian selatan Pulau Jawa yg dibuat oleh Portugis versi paling awal. Para kartografer saat itu kesulitan mengidentifikasi Peta Java Major dan Java Minor yg dibuat oleh Marcopolo. Java Minor bukanlah Pulau Sumatera dan Java Major bukanlah Pulau Jawa yang kita kenal saat ini. Yang sebenarnya adalah bahwa yang disebut sebagai Iava/Java atau Petite Iave/Java Petite atau Java Minor adalah Pulau Jawa yang kita kenal saat ini dan yang disebut sebagai Java Major adalah Java le Grande yakni sebuah daratan besar yang berada di bagian selatan Pulau Jawa saat ini.”

Buku berjudul “Was Australia Charter Before 1606: Java La Grande Inscriptions” yang ditulis oleh R. Richardson ternyata juga menyebutkan, “Java La Grande, sebuah daratan besar yang ada di bagian selatan Pulau Jawa saat ini, awalnya bernama ‘Terre de Lucar’ yang merupakan sebuah versi pengaburan nama dari nama asli yang dibuat oleh Marcopolo yakni ‘Terre de Lucach’ yang seharusnya memiliki arti “Pantai Selatan” (Terre berarti “Selatan” dan Lucach berarti “Pantai”).”

Selain itu buku tersebut juga menyebutkan, “Nama Gunung Salmedia dan Gunung Rio Mamora sengaja dihilangkan dari Peta Java La Grande, karena nama asli kedua gunung tersebut adalah Gunung Slamet dan Gunung Mahameru.”

Ternyata menurut buku tersebut, Gunung Mahameru justru berada di Pulau Java La Grande yang disebut oleh Marcopolo sebagai Pulau Java Major, padahal selama ini kita mengetahui dari banyak literatur bahwa Gunung Mahameru itu adanya di India sana.

Dalam buku tersebut, juga disebutkan bahwa Java La Grande dalam Bahasa China disebut sebagai ‘Pulau Hainan’ yg juga merupakan pengaburan sejarah dari nama yg sebenarnya yakni ‘Pulau Nanhai’ yg berarti “Negeri Selatan”, memiliki kemiripan dengan arti ‘Terre de Lucach’ (nama awal Java La Grande) yg memiliki arti “Pantai Selatan”.

Pulau Nan-Hai —> dikaburkan menjadi Hai-Nan.

Pertanyaannya:
“Dimanakah gerangan Pulau Java La Grande sekarang yang jejaknya sama sekali tidak ditemukan seakan hilang ditelan bumi (Sirna Ilang Kertaning Bumi)?”

Apakah Java La Grande adalah Negara Pajajaran yang dimaksud dalam “Uga Wangsit Siliwangi” yang menyatakan :

"Semenjak hari ini, Pajajaran hilang dari alam nyata, Hilang kotanya, hilang negaranya. Pajajaran tidak akan meninggalkan jejak, selain nama untuk mereka yang berusaha menelusuri. Sebab bukti yang ada akan banyak yang menolak! Tapi suatu saat akan ada yang mencoba, supaya yang hilang bisa ditemukan kembali."

Ataukah Java La Grande ini adalah Negara Majapahit yang hilang karena Gempa Bumi?

Naskah “Ken Arok” yang ditemukan oleh Mr. Friederich sebagaimana disebutkan pada halaman 21 buku “Verhandelingen van Het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, deel XXII” bahwa Kerajaan Majapahit pada tahun 1403 Saka (1481 M), hancur oleh gempa bumi, hancur tanpa wujud yang tersisa.

Terre de Lucach (nama awal Java La Grande) bermakna “Pantai Selatan”.

Nan-Hai bermakna “Negeri Selatan”.

Pada Tahun 671 Masehi, seorang Pendeta Tiongkok yang melakukan pengembaraan selama 25 tahun dari Canton ke Nalanda melalui Sriwijaya, menyebut Nusantara dengan sebutan ‘Nan-Hai’ sebagaimana ditulisnya dalam buku berjudul “Nan-Hai-Chi-Kuei-Nal-Fa-Eh” yang berarti ‘Catatan Perjalanan Ke Negeri Selatan’.

Nan = Selatan.
Hai = Negeri.
Nan-Hai = Negeri Selatan.

Sebuah Daratan Besar yang ada di bagian selatan Pulau Jawa yang dipisahkan hanya oleh sebuah Selat kecil. Wajarlah jika Seorang Penyair besar Portugis bernama Camoens, menyebut wilayah selatan Pulau Jawa dalam syair-nya yang terkenal "Olha o Sunda tao larger, que huma banda Esconde pare o Sul difficultuoso.." (Lihatlah Jawa sangat besar sampai kekuasaannya tak bertepi, ia memanjang terus ke selatan dengan bergelora..).

Dan bahkan Al-Kitab Perjanjian Baru pun menyebutkan adanya sosok Sang Ratu Selatan (Queen of South) yang berasal dari ujung Bumi untuk mendengarkan Hikmah Raja Salomo (Nabi Sulaiman AS),

“Pada waktu penghakiman, Ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo (Nabi Sulaiman)!" (Matius 12:42; Lukas 11:31).

_-o0o-_

Mengapa Java la Grande hilang membekas tanpa jejak? untuk merenungi jawaban dari pertanyaan ini seketika di hadapan pada petikan ‘Uga Wangsit Siliwangi’ yag pernah diucapkan oleh prabu Siliwangi. Berikut petikan Uga Wangsit Siliwangi (Sekali lagi ini bahasan ala Teori Konspirasi)
“Perjalanan kita hanya sampai di sini hari ini, walaupun kalian semua setia padaku! Tapi aku tidak boleh membawa kalian dalam masalah ini, membuat kalian susah, ikut merasakan miskin dan lapar. Kalian boleh memilih untuk hidup ke depan nanti, agar besok lusa, kalian hidup senang kaya raya dan bisa mendirikan lagi Pajajaran! Bukan Pajajaran saat ini tapi Pajajaran yang baru yang berdiri oleh perjalanan waktu! Pilih! Aku tidak akan melarang, sebab untukku, tidak pantas jadi raja yang rakyatnya lapar dan miskin.”
“Dengarkan! Yang ingin tetap ikut denganku, cepat memisahkan diri ke selatan! Yang ingin kembali lagi ke kota yang ditinggalkan, cepat memisahkan diri ke utara! Yang ingin berbakti kepada raja yang sedang berkuasa, cepat memisahkan diri ke timur! Yang tidak ingin ikut siapa-siapa, cepat memisahkan diri ke barat!”
Ini sekedar tambahan dari sudsut pandang yang lain.

Lihat video LIPI yang terkait Legenda



Referensi

  1. " The Origin of the Largest Island In The World According to Marco Polo Is the Island of Java" by Fadli steemit.com Diakses 5 Juni 2019.
  2. "Java La Grande" Musing on Maps. dabrownstein.com Diakses 5 Juni 2019.


Baca Juga

Sponsor