Cari

Obat Tradisional Kuno dalam Naskah Lontar Bali


 

[Historiana] - Tentang kemampuan khasiat obat tradisional memang selalu mengundang perdebatan antara yang setuju dengan yang tidak setuju. Beberapa ahli obat-obatan yang tidak begitu yakin akan kemanjuran obat tradisional memberikan komentar bahwa obat tradisional itu lebih banyak efek bohongnya jika dibandingkan dengan efek kemajurannya. Artinya, secara ilmiah tidak terbukti khasiatnya, hanya merupakan obat sugestif saja. Bila obat tradisional ingin mendapat pengakuan ilmiah diharapkan agar tumbuh–tumbuhan atau bahan obat tersebut menjalani protokol dan prinsip uji klinik, sehingga benar-benar efektif dan aman untuk dipergunakan oleh masyarakat.

Sebaliknya, yang memiliki pandangan setuju dengan obat–obatan tradisional mengatakan bahwa obat modern yang telah mengalami uji klinik ilmiah dengan menggunakan peralatan yang canggih dan ditunjang dengan dana yang cukup tinggi masih juga mengalami kesalahan patal. Sering pula ditarik dari peredaran obat yang telah lama dipergunakan oleh masyarakat, yang sebelumnya dinyatakan sebagai obat yang aman pemakaiannya, akibat ditemukan efek samping yang tidak terdeteksi pada saat uji klinik. Pada tahun 1970-an sebanyak 100 macam obat ditarik dari peredaran dan sebanyak 285 macam obat pada tahun 1991 oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan dilarang pemakaiannya di seluruh wilayah Indonesia. Alasannya karena obat–obat tersebut susunannyatidak rasional, tidak efektif, dan memberikan efek samping yang cukup membahayakan terhadap organ tubuh (Nala, 1993: 15).

Lebih lanjut dikemukakan oleh Nala bahwa obat modern dipergunakan dengan kencendrungan kuratif (penyembuhan), sedangkan obat tradisional lebih cenderung kearah promotif. Obat modern dibuat secara sintesis, karena itu selalu mengandung risiko yang tinggi terhadap kerusakan, kelainan fungsi dan perkembangan serta pertumbuhan sel tubuh dibandingkan obat tradisional yang hanyalah alami, dari tumbuh–tumbuhan, binatang, atau mineral (1993: 15).

Sesungguhnya ada yang tidak terbantah mengenai obat tradisional, yaitu telah dipakai oleh masyarakat sejak dahulu hingga sekarang, dan masih banyak penganutnya baik di kalangan masyarakat pedesaan yangberpendidikan rendah maupun masyarakat perkotaan yang relatif berpendidikan tinggi.

Sangatlah bijaksana apabila setuju dan tidak setuju dalam pemakaian obat tradisional tidak dipertentangkan. Lebih penting adalah melihat kemungkinan obat tradisional dapatdimanfaatkan untuk ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Seperti diketahui dewasa ini banyak obat yang dibuat dengan teknologi tinggi berasal dari tumbuh–tumbuhan. Demikian juga ramuan obat tradisional yang merupakan petikan dari naskah Usada Taru Pramana sebagaian besar bahannya dari tumbuh–tumbuhan dan campuran bahan lainnya yang hanya bersifat alami. Fungsi Usada Taru Pramana lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah inventarisasi ratusan nama–nama tumbuhan khas Bali yang mungkin saat ini sudah kurang dikenali atau tidak diketahui lagi. Dengan mengetahui khasiatnya melalui Usada Taru Pramana maka merupakan isu penting untuk tergugah kembali melestarikan dengan penanaman kembali serta pemeliharaannya. Dengan demikian masyarakat luas yang inginmemanfaatkannya akan dapat memperolehnya secara lebih mudah. Daftar Nama Tumbuhan dalam Usada Taru Pramana 

Nama tumbuh–tumbuhan yang disajikan berikut diurut bedasarkan abdjad dan bukan bedasarkan urutan kedatangan menghadap Mpu Kuturan dalam cerita. Nama–nama itu disertai juga dengan nama nasional, dan nama ilmiah (bila diketahui). Selain itu kegunaan atau khasiatnya disajikan sesuai dengan yang tersurat dalam teks. 

Nama –nama Tumbuhan dalam Usada Taru Pramana


 



 


Naskah lontar tidak semata mata merupakan barang usang yang berdebu, tetapi kini telah merupakan barang penting dan terawat. Naskah lontar merupakan suatu bukti kemampuan keberaksaraan dan kemampuan baca masyarakat pada zamannya berbagai pengetahuan juga terungkap pada naskah lontar dan salah satunya adalah pengetahuan tentang kesehatan seperti yang terungkap dalam naskah lontar Usada Taru Pramana. Pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan ini meliputi macam–macam penyakit, bahan–bahan obatnya yang sebagian besar berasal dari tumbuh–tumbuhan, cara meramu obat dan jenis–jenis obat, serta macam–macam seperti: loloh (jamu), simbuh (sembur), usug (gosok sambil ditepuk), pupuk (obat tempel), uap (urap), tutuh (tetes), dan oles (oles). Pengetahuan tentang kesehatan tersebut masih ada yang diterapkan di masyarakat karena dianggap hanya alami dan memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit.
 

Tumbuh–tumbuhan yang disebutkan dalam lontar Usada Taru Pramana yang menjadi bahan obat, saat ini sudah semakin jarang diketahui. Bahkan telah ada merupakan tumbuhan yang langka dan sulit didapatkan misalnya seperti tumbuhan kaliyan (bleghia sp), jeruju (acanthus ebracatus), sempol (heychium ceronarium), pohon kepel (maglietia glauca), dan lain lain. Dengan demikian Usada Taru Pramana ini selain sebagai wadah inventarisasi nama–nama tumbuhan, juga dapat merupakan inspirasi untuk penanaman kembali dan pemeliharaan jenis-jenis tumbuhan tersebut agar tidak menjadi langka bahkan punah dan sulit didapatkan ketika akan memanfaatkannya. Tumbuhan itu akan menjadi fungsi ganda yaitu selain sebagai bahan obat juga sebagai koleksi tumbuh- tumbuhan dan pelestarian lingkungan.

Sumber:

Sukersa, I Wayan. 2017. "Usada Taru Pramana: Sebuah Wahana Pelestarian Flora Bahan Tradisional Bali". PRABHAJÑĀNA II: KAJIAN PUSTAKA LONTAR UNIVERSITAS UDAYANA, Bali tahun 2017. Penerbit Swasta Nulus Bekerja sama denganPusat Kajian Lontar Universitas Udayana
 


Sponsor