[Historiana] - Tsunami yang terjadi Sabtu malam (22/12/2018) di selat Sunda terjadi tanpa peringatan (Tsunami without warning in sunda strait) tengah menjadi pemberitaan di berbagai media nasional dan internasional. Korban jiwa tercatat 281 orang meninggal dunia, 1016 luka-luka dan 57 orang hilang. Demikian diberitakan tribunnews.com
Demikian pula tsunami menerjam Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Kawasan TNUK salah satunya berada di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, dan sempat diterjang tsunami pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Diberitakan tribunnews, Kepala Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Mamat Rahmat memastikan hewan langka Badak Bercula Satu atau Badak Jawa yang tinggal di TNUK, tidak terkena imbas tsunami Selat Sunda.
Ia megatakan, habitat Badak Jawa tersebar di seluruh TNUK mulai dari kawasan hutan hingga bibir pantai. Hanya memang, jarak hutan tempat tinggal Badak Jawa ini cukup jauh hingga tidak terkena imbas tsunami.
Namun sayang 2 petugas TNUK diterjang tsunami. Satu orang diberitakan meninggal dan 1 orang lagi hilang dan masih belum diketemukan.
"Ke TNUK hempasnya hanya 50 meter, tidak semua tempat di TNUK. Fasilitas di TNUK kena, ada resort yang hancur. Baru dua yang kami ketahui, satu petugas kami meninggal dan satu lagi belum ditemukan. Sisanya masih kami pantau," ujar Mamat.
Badak Jawa saat ini termasuk merupakan hewan langka dengan status kritis karena perburuan untuk mendapatkan cula di kepalanya. Namun keberadaanya telah lama ada di Ujung kulon. Pernahkah kita berpikir kenapa Badak bercula satu itu selamat dalam tragedi tsunami yang berkali-kali di selat Sunda?
Seperti kita ketahui, tragedi letusan gunung berapi Krakatau tahun 1883 meluluhlantakan Jawa bagian Barat serta Lampung. Saat itu tsunami juga melanda Ujung kulon. Badak bercula satu masih tetap selamat. Meskipun beberapa ahli bersilang pendapat mengenai keberadaan Badak Jawa di Ujung kulon. Satu pihak mengatakan bahwa, badak jawa yang kini ada di Ujung Kulon adalah pindahan dari tempat lain ke wilayah itu. Sementara ahli lainnya membantah bahwa semenjak kejadian Tsunami 1883, tidak ada catatan dari pemerintah Hindia Belanda bahwa mereka pernah memindahkan Badak Jawa ke Ujung Kulon. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa Badak Jawa mampu bertahan dan bencana Tsunami.
Ada beberapa pertanyaan dan catatan mengenai bertahannya Badak Jawa dari terjangan tsunami
- Ketika terjangan tsunami terjadi, Badak Jawa selalu berada di posisi jauh dari pantai
- Apakah Badak Jawa mampu mendeteksi bahwa tsunami akan terjadi?
- Jika perilaku Badak mengenai tsunami dipelajari. Dapatkan kita menghindari korban?