[Historiana] - Oleh Alam Wangsa Ungkara. Lebaran sebentar lagi! Itulah kata-kata yang sering kita dengar jelang lebaran. Namun lebaran kali ini di tahun 2020 akan berbeda. Larangan Mudik sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Tetapi, sebenarnya sejak kapan tradisi mudik di Indonesia?
Tradisi mudik di Indonesia dipengaruhi faktor urbanisasi. Perpindahan orang dari desa (udik) ke kota-kota besar, memunculkan tradisi pulang kampung. Dalam istilah bahasa Jawa "Mulih Disik" artinya 'Pulang Dulu'. Dari kata itulah muncul istilah mudik.
Mulai Terkenal di Tahun 1970
Seiring dengan geliat pembangunan di awal Orde Baru (Orba), pembangunan ada di perkotaan dan peluang mendapatkan penghasilan berada di kota. Kota Jakarta adalah tujuan utama bagi para perantau dari berbagai penjuru tanah air. Selepas mereka bekerja dalam kurun waktu tertentu, terjadi kepulangan ke desa masing-masing secara bersamaan di hari raya Indul Fitri.Sekitar tahun 1970, istilah mudik makin terkenal di Indonesia. Mudik dijadikan sebuah tradisi yang dilakukan oleh perantau di berbagai daerah untuk kembali ke kampung halamannya. Para perantau kembali ke kampung halamannya untuk berkumpul bersama dengan keluarga.
Mudik bertujuan bertemu kangen dengan keluarga. Selain itu, mudik membawa pemerataan perekonomian ke seluruh wilayah. Namun ada juga alasan psiko-sosiologis. Para perantau ingin menunjukkan keberhasilannya di kota-kota besar.
Sejak kapan ada tradisi mudik?
Konon, tradisi mudik ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Menurut seorang Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Pak Silverio Raden Lilik Aji Sampurno tradisi mudik ini sudah ada sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam.Sejarah mudik bermula dari kekuasaan Majapahit yang luas hingga Sri Lanka dan Semenanjung Malaya. Luasnya kekuasaan inilah yang menyebabkan sang Raja menempatkan pejabat di berbagai daerah untuk menjaga wilayah kekuasaan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Mataram Islam untuk menjaga wilayah kekuasaan. Suatu waktu, pejabat-pejabat itu pulang untuk menghadap Raja dan mengunjungi kampung halaman. Sedangkan di Mataram Islam, pejabatnya pulang secara khusus ketika Idul Fitri datang. Kedua hal itulah yang menjadi asal mula tradisi mudik di Indonesia.
Tradisi mudik terkait hari raya keagamaan
Mudik memang sudah menjadi sebuah tradisi yang selalu dikaitkan dengan hari Lebaran. Mudik berarti pulang ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga besar untuk melepas rindu.
Berbeda dengan zaman Kerajaan Pajajaran. Berkumpulnya warga ke suatu
titik dipengaruhi prosesi keagamaan. Arus perpindahan manusia terbalik.
Justru warga desa beramai-ramai pergi ke pusat dayeuh (kota)
untuk melaksanakan prosesi keagamaan. Di kota Pakuan Pajajaran inilah
warga negara Pajajaran bertemu dalam acara syukuran di tempat suci yang
disebut Mandala atau Kabuyutan. Acara itu bisa dalam rangka syukuran
panen "Seren Taun Guru Bumi" mapun dalam acara winduan "Upacara Tutug
Galur Kubera Bakti" di Pakuan Pajajaran. Baca juga: Misteri Agama Sunda Buhun - Agama Jati Sunda.
Tabe Pun.
Cag