Cari

Dulu... Pulau Jawa Sempat bernama Nusa Selatan


 

[Historiana] -  Oleh Alam Wangsa Ungkara. Kita telah mengetahui sejarah nama kepulauan Nusa Tenggara. Dahulu kepulauan Nusa Tenggara itu bernama Sunda Kecil. Mengutip Pidato Pengukuhan Guru Besar dari Edi S Ekajati, berjudul"Sunda,  Nusantara,  dan  Indonesia: Suatu Tinjauan Sejarah" mengatakan bahwa:

Yang patut dikemukakan dalam pembahasan ini ialah adanya sebuah Proklamasi sebagai hasil rumusan Seksi Kebudayaan yang menyatakan bahwa istilah Jawa Barat diganti dengan Sunda dan sebagai konsekuensinya istilah Jawa Tengah diganti dengan Jawa Barat dan nama Pulau Jawa diganti menjadi Nusa Selatan, sesuai contoh dari pemerintah sendiri yang telah mengganti istilah Sunda Kecil menjadi Nusa Tenggara (Rosidi, 1988: 152).

Memang pada waktu itu pemerintah belum begitu lama mengganti nama Provinsi Sunda Kecil menjadi Provinsi Nusa Tenggara atas inisiatif Mr. Muh. Yamin, menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan.

Peristiwa ini mucul akibat menyeruaknya ketidakpuasan antara pusat dan daerah, hingga munculnya primordialisme kesukuan. Pergolakan daerah-daerah di luar Jawa itu bahkan sampai pada tingkat mengangkat senjata. Menghadapi situasi dan kondisi demikian, pemerintah menggunakan pendekatan politik dan keamanan serta pembangunan untuk mengatasinya, terutama setelah terbentuknya Kabinet Karya dibawah Perdana Mentir Ir. H. Juanda Kartawidjaya.

Dalam pada itu, sejumlah tuntutan dari daerah-daerah, seperti penghapusan masalah non dan co (non-koperatif dan koperatif), pendirian universitas di daerah-daerah, secara berangsur-angsur dipenuhi oleh pemerintah pusat yang dibantu pula oleh pemerintah daerah setempat. Sehubungan dengan hal itu, menginjak tahun 1960-an masalah kesukuan dan kedaerahan dapat dikatakan bisa terselesaikan dengan baik sehingga relatif tidak muncul lagi yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. 

Berawal dari Ahli geologi Belanda R.W. Van Bemmelen yang  menjelaskan bahwa Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai suatu dataran bagian baratlaut India Timur, sedangkan dataran bagian tenggaranya dinamai Sahul.

Dataran Sunda dikelilingi oleh sistem Gunung Sunda yang melingkar (sircum-Sunda Mountain System) yang panjangnya sekitar 7.000 km. Dataran Sunda itu terdiri atas dua bagian utama, yaitu (1) bagian utara yang meliputi kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pacifik bagian barat serta (2) bagian selatan yang terbentang dari barat ke timur sejak Lembah Brahmaputera di Assam (India) hingga Maluku bagian selatan. Selanjutnya, dataran Sunda itu bersambung dengan sistem Gunung Himalaya di Barat dan dataran Sahul di timur (Bermmelen, 1949:2-3). 

Secara historis, Ptolemaeus, ahli ilmu bumi bangsa Yunani, merupakan orang pertama yang menyebut kata Sunda sebagai nama tempat. Dalam buku karangannya yang ditulis sekitar tahun 150 Masehi ia menyatakan ada tiga buah pulau yang dinamai Sunda yang terletak di sebelah timur India (Atmamihardja, 1958: 8). Kiranya berdasarkan informasi dari Ptolemaeus inilah, ahli-ahli ilmu bimi Eropa kemudian menggunakan kata Sunda untuk menamai wilayah dan beberapa pulau yang terletak di sebelah timur India

Selanjutnya, sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran Sunda diberi nama dengan menggunakan istilah Sunda juga, yakni Kepulauan Sunda Besar dan kepulauan Sunda Kecil. Yang dimaksud dengan Kepulauan Sunda Besar ialah himpunan pulau-pulau yang berukuran besar yang terdiri atau pulau-pulau: Sumatra, Jawa, Madura dan Kalimantan. Adapun Kepulauan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau-pulau: Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor (Bermmelen, 1949:15-16). Namun kemudian istilah Sunda Besar dan Sunda Kecil tidak dipakai lagi dalam percaturan Ilmu Bumi Indonesia.

Ekadjati menambahkan bahwa "Penerimaan diubahnya istilah Sunda Kecil bagi nama provinsi menjadi Nusa Tenggara, kiranya dapat dipandang merupakan sumbangan orang Sunda bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia."


Referensi

  1. Atmamihardja. 1958. "Sadjarah Sunda I." Bandung: Ganaco. 
  2. Bemmelen, R.W. 1949. "The Geology of Indonesia." The Hague: Martinus Nijhoff. 
  3. Ekadjati, Edi S. 1995. "Sunda,  Nusantara,  dan  Indonesia: Suatu Tinjauan Sejarah" adoc.pub Diakses 28 Juni 2022.
  4. Rosidi, Ajip. 1988. "Hurip Waras: Dua Panineungan." Bandung: Pustaka Karsa Sunda.
Baca Juga

Sponsor