Cari

Mandala Wahanten Girang Cikal Bakal Kerajaan Banten

Goa Pertapaan Wanahanten - Banten Girang.
Foto: Buku Ragam Pusaka Budaya Banten

[Historiana] - Masih dalam pembahasan marathon tentang mandala di tatar pasundan. Untuk mengingatkan kembali bahwa Mandala adalah kawasan perdikan (wiyata Mandala) dan juga dipandang sebagai wilayah kerajaan (Raja Mandala). Umumnya pengertian mandala menyempit menjadi kawasan perdikan saja sebagai "kawah candradimuka" bagi para raja dan bangsawan kerajaan dalam menuntut ilmu.

Seperti disampaikan Undang A Darsa bahwa Mandala Wahanten Girang adalah salah satu dari 73 Kamandalaan dalam Naskah Sunda Kuno (NSK). Baca juga: Kamandalaan dan Kabuyutan di Tatar Sunda.

Mandala Wahanten Girang berlokasi di Tanggerang Banten. Banten Girang adalah suatu tempat di desa Sempu, kota Serang. Letaknya sekitar 10 km di sebelah selatan pelabuhan Banten sekarang, di pinggiran kota Serang. Di tempat tersebut terdapat suatu situs purbakala, peninggalan kerajaan Sunda yang pernah ada antara tahun 932 dan 1030 Masehi.

Banten tidak bisa dipisahkan dengan Banten Girang. Banten Girang adalah suatu tempat, yang oleh para peneliti kepurbakalaan diyakini sebagai pusat pemerintahan kerajaan bercorak Hindu-Budha, sebelum berdirinya Kerajaan/Kesultanan Banten. Wilayah ini bagian dari Kerajaan Tarumanagara.

Eksistensi Banten Girang disebutkan dalam beberapa naskah kuna atau babad. Wahanten Girang pernah disebutkan dalam Carita Parahyangan yang menyatakan bahwa Wahanten Girang dikalahkan oleh Arya Bubrah, yakni tokoh yang ditafsirkan sebagai Fatahillah Khan, panglima Demak – Cirebon yang mengalahkan Kalapa.

Lima lempeng prasasti yang ditemukan di desa Kebantenan, Bekasi, dua di antaranya menyebutkan kata “banten”. Beberapa ahli menyatakan kata “banten” tersebut merujuk pada Banten Girang.

Secara etimologis, jika dikaji berdasarkan asal bahasanya, dalam bahasa Jawa Kuna, banten berarti selamatan/sesaji. Pabanten diartikan sebagai tempat untuk melakukan sesaji. Kampung Banten berarti kampung tempat melakukan persembahan.

Saat ini Banten Girang hanya berupa bukit kecil di barat sungai Cibanten di Kampung Sempu. Nama-nama tempat yang masih tersisa di Banten Girang antara lain Asem Reges, yang menurut cerita berasal dari pohon asem yang ditanam di dekat makam Ki Jongjo. Nama lain adalah Telaya, dimana pada tahun 1682 nama Banten Girang diganti menjadi Tirtalaya, yang kemudian disingkat menjadi Telaya. Di tepi jurang terdapat gua buatan yang dipercaya dahulu digunakan oleh Prabu Pucuk Umun untuk bersemedi. Pandaringan, menurut cerita merupakan bekas kolam pada masa kejayaan Banten Girang, sehingga dinamakam pandaringan yang berarti tempat menyimpan makanan. Banusri merupakan bekas pasar, serta Alas Dawa yang berada di sebelah selatan kawasan Banten Girang, dahulu merupakan hutan.

Gunung Pulasari, tempat Keramat Kerajaan Sunda kuno di Banten Girang
Mandala lainnya:

Referensi

  1. "Banten Girang, arti kata dan toponim" Kemendikbud.go.id diakses 5 Juni 2018
  2. "Banten Girang" wikipedia.org
  3. Hatmadji, Drs. H. Tri. 2007. "Ragam Pusaka Budaya Banten" Serang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang.
Baca Juga

Sponsor