Cari

Kenapa di Pulau Jawa ada Bahasa Sunda dan Jawa? | Mengungkap Peradaban Manusia


[Historiana] - Kenapa di Pulau Jawa ada Bahasa Sunda dan Jawa? dan kenapa sangat kentara perbedaan itu? Padahal keduanya berada di Pulau yang sama yaitu Pulau Jawa. Sebenarnya dalam bahasa Jawa juga dikenal bahasa Osing, Tengger dan lain-lain yang dikelompokkan sebagai dialek dan sub-dialek. Begitu pun dalam bahasa Sunda mengenal Dialek Cirebon, Dialek Sunda Kamalayon (Kemalayu-melayuan), Baduy dan Ghaluhan (Ngapak). Pertanyaan-pertanyaan ini sering penulis dapatkan, baik secara langsung melalui obrolan santai maupun melalui media sosial Youtube di kanal Insights & Inspirative Channel.

Mengungkap peradaban manusia di Pulau Jawa dan umumnya Nusantara, berarti juga mengungkap peradaban dunia. Betapa tidak, Nusantara ibarat miniatur dunia. Terdapat banyak ragam bahasa dan etnis di Nusantara.

Kalau ada alien yang berkunjung ke bumi, mereka pasti bingung ketika tahu kalau manusia berbicara dalam banyak bahasa yang berbeda. bagaimana tidak, ada sekitar 7.000 bahasa berbeda yang tersebar di seluruh dunia saat ini. Dari sejumlah itu, setidaknya seribuan bahasa (daerah) ada di Indonesia. Tapi, kenapa ya ada begitu banyak bahasa? Kenapa manusia bumi nggak bicara dengan satu bahasa tunggal saja?

Sayangnya, belum ada jawaban yang memuaskan untuk menjawab pertanyaan tersebut, Walau begitu, setidaknya

Kita gali sumber informasi dari sumber keagamaan. Anda masih ingat dengan kisah menara Babel? Ya kisah ini banyak ditemukan dari berbagai sumber. Diantaranya dalam Taurat, Injil, Alquran, Weda dan beberapa naskah serta cerita rakyat di seluruh dunia. Menara Babylonia ini berdiri setelah zaman Nabi Nuh pasca banjir bandang. Penduduk pada zaman itu dianugerahi dengan kekuatan-kekuatan fisik yang lebih dan keperawakan yang gagah dibanding dengan bangsa-bangsa lain.

Menara inilah yang dikenal hingga saat ini sebagai simbol keangkuhan dan kesombongan manusia. Mitologi kuno menyebutkan bahwa dahulunya manusia hanya memiliki satu rumpun bahasa dan kemudian para manusia bepergian ke arah timur dan mendirikan sebuah menara yang sangat tinggi menjulang ke langit di sebuah tempat yang bernama Shinar. Ada banyak kisah yang menuturkan mengenai menara ini. Diantaranya bersumber dari Kitab Taurat (Yahudi), Alkitab (Kristen), dan Alquran (Islam).

Dalam Alquran, terdapat sejumlah cerita yang mengisahkan kehancuran beberapa kaum (umat) karena tidak mau beriman kepada Allah. Di antaranya, kaum 'Ad (zaman Nabi Hud), umat Nabi Nuh, Tsamud (di zaman Nabi Saleh), Madyan (Nabi Syu'aib), dan kaum Ibrahim.

Dalam Alquran, dijelaskan bahwa kehancuran kaum Nabi Hud ini disebabkan oleh angin (topan) yang lebat dan berlangsung selama tujuh malam delapan hari (QS Alhaaqqah: 6-8). Hancurnya kaum yang durhaka kepada Allah SWT dan mendustakan Nabi Hud ini rupanya mengusik perhatian para peneliti untuk menguak kembali keberadaan dan sisa-sisa bangsa 'Ad ini.

Tahun 1990, beberapa koran terkemuka di dunia melaporkan temuan salah seorang peneliti yang bernama Nicholas Clapp, seorang arkeolog. Dalam sejumlah media diberitakan keberadaan kaum 'Ad dan sisa-sisa bangsa 'Ad ini. Berita-berita tersebut di antaranya menulis Fabled Lost Arabian City Found (Kota Legenda Arabia yang Hilang Telah Ditemukan), ada pula yang menuliskan Arabian City of  Legend Found (Kota Legenda Arabia Ditemukan), dan The Atlantis of the Sands, Ubar (Ubar, Atlantis di Padang Pasir), dan sebagainya.

Dengan mengacu pada buku "Arabia Felix" karya Bertram Thomas, Nicholas Clapp menelusuri jejak sebuah kota kuno di bagian selatan semenanjung Arabia (termasuk Yaman dan Oman) bernama Ubar yang disebutkan dalam dongeng Suku Badui.

Dalam Alquran, kejadian atau peristiwa yang menghancurkan kaum 'Ad ini terjadi di Iram, salah satu kota di semenanjung Arabia. Setelah lokasi kota legendaris yang menjadi subjek cerita dongeng Suku Badui ini diketemukan, penggalian dilakukan untuk mengangkat peninggalan dari sebuah kota yang berada di bawah gurun pasir. Dari sini, kemudian ditemukan sejumlah bekas reruntuhan yang diyakini merupakan pilar-pilar dari bangunan menara yang dahulunya dimiliki kaum 'Ad dan Iram sebagaimana disebutkan dalam surat Alfajr ayat 6-8.

''Apakah kamu tidak memerhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad? (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lainnya.'' (QS Alfajr: 6-8).

Clapp dan timnya yakin bahwa hasil ekskavasi mereka di Kota Ubar adalah Iram, kota kaum 'Ad yang disebut dalam Alquran. Dr Zarins, seorang anggota tim penelitian yang memimpin penggalian, mengatakan bahwa selama menara-menara itu dianggap sebagai unsur yang menunjukkan kekhasan Kota Ubar dan selama Iram disebutkan mempunyai menara-menara atau tiang-tiang, maka sejauh ini hal itu merupakan bukti terkuat bahwa peninggalan sejarah yang mereka gali adalah Iram.

Kota Iram bukan Kota Babel? Jadi kisah Kaum 'Ad bukan kisah menara Babel?

Kalau melihat rekonstruksi gambar kota Shisr maka menara-menaranya tidaklah terlalu tinggi jadi kurang meyakinkan kalau kota itu adalah kota Iram. Thomas menyatakan bahwa reruntuhan di dekat sumur Ash Shisur hanyalah sebuah benteng yang diperkirakannya hanya berumur ratusan tahun saja.

Juris Zarins (arkeolog) menyatakan bahwa situs Shisr bukanlah kota Ubar(Iram), dan H Stewart Edgell (Geolog) menyatakan bahwa data NASA yang digunakan tim itu menyesatkan dan situs itu hanyalah sumur yang terisolasi yang dibangun sebuah bangunan mirip benteng oleh beberapa orang (keluarga) saja.

Dengan melihat dari referensi buku "The Road to Ubar: Finding the Atlantis of the Sands", usia situs Shisr menurut Carbon Dating antara 60-110 SM. Ini bahkan lebih muda dari periode Nabi Sulaiman AS (sekitar 1000 SM). Kaum Aad seharusnya lebih tua dari kaum Nabi Sulaiman AS.

Mari kita lihat deskripsi kaum 'Ad :
  1. Pewaris/penerus kaum Nabi Nuh AS
  2. Mempunyai fisik raksasa (besar)
  3. Membangun bangunan-bangunan yang sangat tinggi yang belum pernah dibangun oleh bangsa lain di muka bumi ini
  4. Sombong, arogan dan suka menyiksa bangsa lain
  5. Dihancurkan oleh angin dan petir selama 7 malam, 8 hari berturut-turut sehingga menjadi serbuk/debu
Kita fokuskan pada poin nomor 3 ini menurut saya sangat menarik karena sepertinya mirip dengan mitologi bangunan tertinggi dunia yaitu mitologi menara babel.  Mitologi ini juga disebut di dalam bible Genesis Chapter 11 tepat setelah kejadian banjir besar. Disebutkan bahwa dulu hanya ada satu bahasa, dan kemudian manusia pergi ke arah timur dan mendirikan sebuah menara yang sangat tinggi di sebuah tempat yang bernama Shinar.

Dalam Alkitab (Injil), kisah pembangunan menara babel tertulis dalam kitab Kejadian 11:1-9:
  1. Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.
  2. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
  3. Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.
  4. Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."
  5. Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,
  6. dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.
  7. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."
  8. Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.
  9. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.
Menurut Book of Jubilee menara babel ini mempunyai tinggi  2,484 meter. Bila kita bandingkan bangunan tertinggi di dunia saat ini adalah Burj Khalifa di Dubai yang tingginya hanya 829.8 meter dan baru dibangun tahun 2010.

Burj Khalifa

Bila mengacu pada Book of Jubilee, maka yang dapat disetarakan dengan Menara Babel adalah tinggi Gunung Merapi adalah sekitar 2,930 meter dihitung dari permukaan laut. Jadi kira-kira menara babel itu (2,484 meter) tinggi nya agak lebih pendek sedikit dari Gunung Merapi (2,930 meter), namun sekitar 3 kali tinggi menara Burj Khalifa di Dubai (829.8 meter). Bangunannya pasti sampai menembus awan. Kalau benar kaum 'Ad yang membuatnya mungkin inilah yang membuat mereka sombong.

Gunung Merapi
Bukti kejayaan, ketinggian, dan azab yang menimpa kaum ini telah ditemukan dalam Mitologi bangsa-bangsa lain. Menjadi sebuah pelajaran bagi seluruh manusia bahwa kekuatan manusia tidaklah mutlak, tidak sepatutnya manusia menyombongkan diri dengan nikmat-nikmat yang sudah dikaruniakan Tuhan kepadanya. Nikmat bisa menjadi kebahagiaan untuk manusia yang pandai bersyukur dan bisa menjadi malapetaka untuk manusia yang meningkarinya. Menara babel lembaran hitam tentang kesombongan dan keangkuhan terbesar yang pernah dilakukan manusia. 

Ambisi menciptakan gedung tertinggi di dunia tak berhenti. Dalam catatan sejarah, pernah ada perusahaan yang mencetuskan gedung sangat tinggi. Perusahaan konstruksi Jepang, Taisei Corporation berambisi untuk membangun gedung setinggi 4 Km. Jauh melewati deretan gedung tertinggi yang ada saat ini. Dikutip dari Whenwillbebuilt, Senin 22 Juni 2015, ambisi gedung 4.000 meter yang dinamai proyek X-Seed 4000. Meski sudah dicetuskan pada 1995, pembangunan X-Seed 4000 hingga kini belum ada tanda-tanda untuk dimulai proses pembangunannya.

Kosep Exeed-4000

Hipotesis bahwa Kaum 'Ad yang mahir membangun bangunan tinggi adalah pembangun yang sama dalam Mitologi Menara babel. Kita tidak sedang mempertanyakan kebenaran al-kitab, tetapi menlusuri jejak yang disebutkan dalam sumber ilahiah tersebut. Jika terjadi kesalahan, adalah hal yang umum dalam pendekatan ilmiah dalam menelusuri jejak arkeologi. Misalnya jejak Gua al-Kahfi juga diklaim telah ditemukan. Yang mungkin keliru adalah penemuan dan kesimpulan yang dibangun di atasnya, bukan sumber informasi al-kitabiah itu. Pernyataan ini mengacu pada kenyataan bahwa ada 5 klaim lokasi gua Al-Kahfi. Inilah lokasi yang klaim Ashabul Kahfi: (1) Di Ephesus, suatu kota kuno di pesisir Turki Barat, (2) gua di Qasium, kota ash-Shalihiyyah, dekat Damaskus, Suriah. (3) gua al-Batra di Palestina. (4) gua di wilayah Skandinavia (Eropa Utara). (5) Gua Rajib, yang berlokasi kira-kira delapan kilometer dari Amman, Yordania.

Kembali ke pembahasan Menara Babel yang terkait dengan mitologi kemunculan berbagai bahasa di dunia. Pembahasan Menara babel menjadi penting, karena mencari jejak arkologi bahasa tidak semudah bukti arkeologi individu manusia itu sendiri yang dapat ditelusuri dari penemuan kerangkanya dari berbagai lokasi kuno di dunia.

Akhir kisah pembangunan Menara babel adalah kehancuran. Selain angin, Allah SWT juga mengirim petir untuk menghancurkan kaum 'Ad:
Jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan Samud”. (QS. Fushshilat : 13).
Ayat di Al-Qur'an menceritakan mengenai bangunan-bangunan yang sangat tinggi yang dibangun kaum 'Ad dan tidak pernah dibangun oleh bangsa lain di muka bumi ini. Menara babel adalah menara tertinggi di bumi.  Kaum Aad adalah penerus kaum Nabi Nuh AS menurut Al-Qur'an, menara babel juga dibangun setelah kejadian "banjir besar".  Kaum 'Ad dihancurkan oleh angin (dan petir), menara babel juga dihancurkan oleh angin (dan petir). Dan kejadian ini menara yang dihancurkan oleh petir ternyata masih tercatat di beberapa mitologi.

Kita mengulik (nguri-nguri) sumber Mitologi di Pulau Jawa, khususnya dari Kerajaan Galuh Purba. Nguri-nguri mitologi ini meniru Profesor  Arysio Santos yang membahas lokasi Atlantis di Indonesia. Ternyata ada korelasi antara Sejarah dan Mitologi. Baca juga: Sejarah dan Mitos, Konstruksi yang saling Terkait.

Naskah Waruga Jagat mengisahkan tentang Banjir Nabi Nuh AS. Naskah yang kini dirujuk merupakan sebuah naskah Daluwang berangka tahun 1117 H atau 1706 M (Abad ke-18).  Namun ada naskah Lontar yang lebih tua yang diperkirakan ditulis abad ke-15 M., Konon, Naskah Waruga Jagat (Kitab Waruga Jagat) berada di Kabuyutan Ciburuy dengan nomor Lontar "Ciburuy IX" mungkin sama dengan Kropak-20 seperti dimuat laman british Museum, Kitab ini mengutip silsilah seorang raja Sunda yang bergelar: Ratu Galuh. Raja ini keturunan generasi ke-7 dari Syam bin Nuh AS:

Diceritakan bahwa Orang Galuh adalah orang-orang yang mengimani akidah dan syari’at nabi Nuh As. Kemajuan peradaban di bawah raja Ratu Galuh, salah satunya: pembuatan "Piramida". Sebagaimana dalam Kitab Waruga Jagat:
”Adapun Atmasuci bertapa di Sam Utara. Tempatnya …. Kepada Ki Sadana, berputra perempuan namanya Dwirasa …. Kepada Raden Jayakeling, itulah asalnya sekalian ….  bertempat tinggal dan adalah karena rajaputra pindah kepada … yang dipuja. Cahaya yang keluar dari mata sebabnya dinamai Ratu Galuh, karena Ratu berdaulat, maka adalah kehendak Allah memurkai hambaNya, sebab tidak menganut sareat Nabi Noh, maka semuanya naik perahu. Adapun Ratu Galuh mencinta [menciptakan] gunung [buatan, yang] tinggi [nya] tujuh langit. Lalu semua rakyatnya naik gunung, setelah kering lalu turun dari gunung, maka naik ke Bojonglopang, membuat dukuh, maka diwujudkan gunung kulon, dipanah oleh malaikat, lalu hancur gunung itu menjadi sekalian kabuyutan di Nusa Jawa.”[Kitab Waruga Jagat].
Kitab Waruga Jagat (?) Awal
 Mencermati naskah/Kitab Waruga Jagat terdapat peristiwa banjir nuh. Memang diakui para sejarawah, Kitab Waruga Jagat penuh dengan unsur mitologi yang terkadang bersifat "Anakronistik" (urutan kejadian mengenai peristiwa tidak kronologis berdasarkan waktu). Kisah banjir Nuh dan pembuatan Gunung (Menara tinggi?) seolah waktunya berdekatan. namun demikian, ada hal menarik mengenai Ratu Galuh yang tidak diketahui namanya itu membangun gunung buatan. Apakah ini mirip dengan menara babel atau pilar-pilar tinggi seperti banyak dikisahkan dalam alkitab? Ditambah lagi akhir dari gunung itu disambar petir dan hancur. Mirip dengan kisah menara babel. Tapi ini kan gunung.. bukan menara. mari kita lihat berikutnya.

Kisah kaum 'Ad bisa kita temui di mitologi India maka bagaimana dengan kisah Pilar-pilar Iram atau Menara Babel atau pilar Atlas? Di dalam mitologi India terdapat kisah gunung Meru yang dideskripsikan sangat tinggi. Dan ternyata pada awal abad ke-20 seorang berkebangsaan Hungaria Marac Aurel Stein menemukan "Manuskrip-manuskrip Dunhuang" yang diperkirakan berasal dari abad ke-2 Masehi di dalam gua "Seribu Budha". Menariknya salah satu dokumen menggambarkan gunung "Meru" sebagai sebuah "Menara". Mungkinkah ini wujud asli gunung "Meru" yaitu sebuah menara yang sangat tinggi yang disebut juga "Menara Babel"?

Meru Tower berupa menara
Meru Bali
Iram dalam bahasa Yahudi berarti bercahaya/bersinar (shinning).

Kita melihat deskripsi menara babel (kaum 'Ad) dari bible genesis chapter 11 lokasinya di suatu tempat di arah Timur yang bernama Shinar. Coba banding dengan dengan deskripsi Iram dalam bahasa yahudi yang juga berarti bersinar/bercahaya. Sedangkan kata "Sinar" dalam bahasa melayu mirip dengan kata "Shinar" yang dikutip bible. Bahkan arahnya pun ke arah timur, dengan asumsi bahwa bahtera Nabi Nuh AS mendarat di sebuah tempat di timur tengah maka arah timur dari timur tengah mengarah ke benua Asia. Kita ingat buku tulisan alm. Prof. Arysio Nunes dos Santos "Atlantis The Lost Continent Finally Found" dan buku terbaru tulisan Dr.Danny Hilman "Plato Tidak Bohong" yang keduanya mengindikasikan bahwa letak Atlantis adalah di Indonesia.

Kalau kita perhatikan kata-kata "Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main " dalam QS Asy-Syu'araa :128. Sebenarnya ini mirip deskripsi Atlantis yang juga mempunyai banyak dataran tinggi menurut Plato dalam teks Critias.


Akhir dari kehancuran menara Babel dengan petir itu mengakbiatkan mereka tidak mengerti bahasa yang semula bahasa tunggal. Selanjutnya mereka bertebaran sesuai dengan kelompok bahasa masing-masing. Kisah Gunung dalam Kitab Waruga Jagat yang dihancurkan malaikat dengan petir mirip dengan kisah menara Babel. Dan ... entah kebetulan atau tidak, menjadi alasan kita untuk memahami mengapa di indonesia begitu banyak bahasa. Apakah berawal dari mernara babel/Meru itu?

Kaum Adites yang diketahui oleh bangsa Arab bukanlah kaum 'Ad yang pertama melainkan merupakan sisa-sisa manusia yang selamat dari bencana kaum Aad dan pindah ke Arab Selatan.  Ini sebenarnya sesuai dengan ayat Al-Qur'an:
..dan bahwasanya Dia-lah Tuhan (yang memiliki) bintang syi`ra, dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama, dan kaum Tsamud. Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup). Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling lalim dan paling durhaka, (QS An-Najm : 49-52)
Dan mungkin sekali kaum 'Ad juga mempunyai ritual pemujaan terhadap benda-benda langit misalnya terhadap bintang Sirius. Kalau kita telaah kaum Adites yang mendarat di Arab Selatan akhirnya berkembang menjadi kaum Saba yang kita tahu memuja matahari.

Kaum 'Ad dihancurkan oleh angin menurut Al-Qur'an. Menurut bible menara babel juga dihancurkan oleh angin. Menurut mitologi india, Indra pemimpin para Adityas (Devas) adalah Penguasa Angin Badai dan Petir. Menurut mitologi yunani, para Titans (kelompok raksasa dimana Atlas adalah salah satunya) dihancurkan oleh Zeus Sang Penguasa Angin Badai dan Petir

Pendekatan Ilmiah Mengenai bahasa Kekinian

Dalam pendekatan ilmiah, perbedaan bahasa serta penyebab kemunculannya telah banyak diteliti. Secara Ilmiah ada 5 faktor yang mungkin bisa menjelaskan banyaknya bahasa di dunia saat ini. Dikutip dari laman blog Ruang Guru seperti di bawah ini:

1. Bahasa Berkembang di Lebih dari Satu Lokasi

Apakah manusia pernah berbicara hanya dalam satu bahasa? Tidak ada yang tahu pasti. Namun, sejauh ini diketahui ada dua aliran pemikiran.

Pertama, monogenesis, yang menyatakan bahwa semua bahasa berevolusi dari bahasa leluhur tunggal. Sebagai contoh, menurut teori “Out of Africa” yang menyatakan bahwa penyebaran manusia awal berasal dari Afrika, Pada awalnya, manusia memiliki satu bahasa tunggal. Nah, ketika manusia purba ini bermigrasi terpisah-pisah keluar dari Afrika, bahasa-bahasa mereka akan ikut berubah, berkembang menjadi lebih kompleks.

Kedua, poligenesis, yang menyatakan bahwa berbagai bahasa leluhur berkembang secara mandiri. Itu artinya manusia baru mengenal bahasa saat sudah memisahkan diri dalam migrasi besar dari Afrika. Bahasa-bahasa yang berkembang sekarang pun tidak berasal dari satu bahasa leluhur tunggal.

Dari dua pemikiran di atas, kita bisa lihat kalau alasan utama mengapa ada begitu banyak bahasa ternyata berkaitan dengan jarak dan waktu. Manusia senang bergerak, berpindah ke satu tempat ke tempat lainnya. Hal itu membuat bahasa juga berubah seiring waktu. Dialek bahasa dari kelompok manusia yang bermigrasi bisa berkembang ke arah yang berbeda, hingga akhirnya mereka berbicara dalam dua bahasa yang terpisah, tetapi tetap terkait.

Sebagai contoh, kita lihat peta penyebaran bahasa Austronesia di atas deh. Menurut teorinya, bahasa ini awalnya berasal dari Taiwan, namun mulai menyebar seiring migrasi manusia ke Filipina, Indonesia, hingga Madagaskar. Tapi walaupun berasal dari satu bahasa tunggal yang sama, bahasa Filipina, bahasa Indonesia, dan bahasa Madagaskar saat ini sudah berbeda jauh, walaupun masih saling terkait satu sama lain.

2. Peperangan

Migrasi kelompok manusia nggak selalu terjadi secara damai, Squad. Kadang harus terjadi perselisihan hingga peperangan. Nah, peperangan ternyata berpengaruh banyak dalam bahasa-bahasa yang digunakan manusia saat ini.

Peperangan dapat membentuk bahasa baru, atau membuat suatu bahasa yang sudah mapan jadi punah. Misalnya, masyarakat yang kalah atau yang ditaklukkan dalam perang biasanya akan dipaksa untuk berbicara dengan bahasa pemenang perang.

Peperangan juga bisa membagi dua sebuah populasi yang pernah berbicara dalam suatu bahasa yang sama untuk untuk membentuk atau menggunakan bahasa baru yang berbeda.

3. Faktor Geografis

Bahasa ternyata terdistribusikan secara tidak merata karena faktor geografis suatu wilayah. Sebagai contoh, Eropa memiliki sekitar 225 bahasa asli, sementara di Papua Nugini yang luas wilayahnya lebih kecil dari Eropa memiliki setidaknya 820 bahasa!

Faktor geografis berperan di sini. Gunung, hutan, sungai, dan rawa membuat penduduk di Papua Nugini terbagi menjadi banyak suku kecil. Kelompok-kelompok kecil ini telah terisolasi begitu lama sehingga mereka mengembangkan berbagai bahasa berbeda sendiri. Berbeda suku, berbeda bahasa.

Tidak hanya bahasa saja yang jadi begitu banyak karena faktor geografis, tetapi juga mempengaruhi ada begitu banyaknya budaya di seluruh dunia.

Apa artinya "adaptasi akustik"? Sederhananya, ini ada hubungannya dengan cara hewan menyesuaikan suara mereka atau panggilan ke lingkungan mereka biar mereka bisa didengar. Misalnya, di hutan lebat dan iklim yang panas, suara konsonan akan lebih sulit didengar daripada suara vokal.

Pada 2015, para peneliti dari University of New Mexico dan Laboratoire Dynamique du Langage-CNRS di Prancis meneliti 628 bahasa dari seluruh dunia dan membandingkan karakteristik dialek mereka yang berbeda dengan iklim di mana bahasa mereka berkembang.

Hasilnya, ditemukan bahwa bahasa-bahasa yang berasal dari daerah hangat dengan tutupan pohon lebat cenderung menggunakan lebih sedikit konsonan, dan sebaliknya wilayah yang dingin dengan pohon yang jarang cenderung menggunakan suara vokal yang lebih tinggi. Secara total, diperkirakan bahwa adaptasi akustik mungkin bertanggung jawab atas sekitar seperempat dari variasi dalam penggunaan vokal dan konsonan antarbahasa.

5. Karena Hujan

Faktor lain yang kemungkinan besar mempengaruhi ada begitu banyak bahasa, setidaknya di beberapa bagian dunia, adalah hujan. Hal itu terungkap setelah para peneliti dari Pusat Sintesis Evolusi Nasional Australia baru-baru ini bereksperimen dengan menggunakan pemodelan komputer untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman bahasa asli di Australia.

Para peneliti menemukan bahwa di Australia, pola curah hujan memengaruhi jumlah dan distribusi bahasa Aborigin di negara tersebut. Di Australia, daerah dengan curah hujan lebih tinggi akan dihuni oleh manusia yang lebih banyak, hal itu pada akhirnya memengaruhi perkembangan bahasa di sana.


Catatan: mengenai jumlah bahasa daerah di Indonesia masih simpang siur. Selain pendataan komprehensif belum ada, disinyalir adanya kepunahan bahasa daerah pada rentang waktu tertentu. Presiden Jokowi pernah menyebutkan di Indonesia ada 714 suku dengan 1.100 bahasa. Sementara itu, BPS pernah memaparkan data soal jumlah suku di Indonesia. Dikutip dari situs BPS, berdasarkan sensus penduduk pada 2010, ada 1.331 suku di Indonesia.

Sementara itu, dikutip dari situs Kemendikbud, Badan Bahasa Kemendikbud telah memetakan dan memverifikasi 652 bahasa daerah di Indonesia. Jumlah tersebut tidak termasuk dialek dan subdialek.

Summer Institute of Linguistics menyebut jumlah bahasa di Indonesia sebanyak 719 bahasa daerah dan 707 di antaranya masih aktif dituturkan. Sementara itu, UNESCO baru mencatatkan 143 bahasa daerah di Indonesia berdasarkan status vitalitas atau daya hidup bahasa.


Referensi

  1. Republika.co.id "Di Manakah Lokasi Kota Kaum Ad yang Dihancurkan?" 22 Mar 2018 Diakses 11 Desember 2019. 
  2. Republika.co.id "Lima Lokasi yang Diduga Tempat Ashabul Kahfi" 24 Apr 2019 Diakses 11 Desember 2019.
  3. "Membuka Rahasia Peradaban Manusia" xeno101.blogspot.com Diakses 11 Desember 2019.
  4. "Terjemahan Kitab Waruga Jagat " ahmadsamantho.wordpress.com Diakses 11 Desember 2019.

Sponsor