Cari

Fenomena Munculnya Kerajaan Agung Sejagat dan Atavisme




[Historiana] - Fenomena munculnya kerajaan-kerajaan baru sedang menjadi sorotan. Salah satunya, Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah yang berdiri sejak Juli 2019.

Keraton Agung Sejagad, dipimpin Sinuhun yang bernama asli Totok Santosa Hadiningrat dan permaisurinya, Fanni Aminadia, yang dipanggil Kanjeng Ratu Dyah Gitarja. Pengikut Keraton Agung Sejagat ini mencapai sekitar 450 orang. Penasihat Keraton Agung Sejagad, Resi Joyodiningrat, menegaskan Keraton Agung Sejagad bukan aliran sesat seperti yang dikhawatirkan masyarakat.

Joyodiningrat mengatakan Keraton Agung Sejagad merupakan kerajaan atau kekaisaran dunia yang muncul karena telah berakhir perjanjian 500 tahun yang lalu, terhitung sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu imperium Majapahit pada 1518 sampai 2018.

Namun pada Selasa, 14 Januari kemarin, Polda Jawa Tengah menangkap 'raja dan ratu' keraton itu atas tuduhan penipuan. Sebab, mereka meminta sejumlah uang kepada orang-orang yang hendak bergabung dengan imbalan dijanjikan terhindar dari malapetaka dan mendapat gaji besar sebagai pengikut.

Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta jangan ada lagi kerajaan-kerajaan baru yang muncul. "Kalau ini repot. Itu sekelas khalifah, jangankan raja, ini ada yang mengaku nabi. Ini indikasi banyak orang sakit," kata Ma'ruf di rumah Dinas Wakil Presiden pada Jumat, 17 Januari 2020.

Ma'ruf mengatakan akan mengoptimalkan asosiasi kerajaan di Indonesia. Sehingga tidak ada kerajaan baru yang muncul.

Lantas, mengapa Kerajaan Agung Sejagat (KAS) muncul di Purworejo, Jawa Tengah?

Sejarawan JJ Rizal mengatakan secara historis dulunya Purworejo merupakan kawasan raja-raja. Bahkan Purworejo, imbuhnya merupakan basis awal peperangan Diponegoro. "Tapi fenomena seperti ini bisa muncul di mana saja, di Sumatera juga ada dan mengaku bagian dari kerajaan Sriwijaya," ujarnya seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (15/1/2020).

Tindakan Kepolisin dalam menangkap "Raja dan Ratu" Kerajaan Agung Sejagat dengan pertimbagan dugaan penipuan dan meresahkan masyarakat.




Fenomena Atavisme
Atavisme adalah istilah yang dipinjam dari Ilmu Biologi Sel, dimana kemunculan kembali gen yang telah lama hilang beberapa generasi. Dalam ilmu sosial , atavisme adalah kecenderungan pembalikan. Misalnya, orang-orang di era modern kembali ke cara berpikir dan bertindak di masa lalu. Kata atavisme berasal dari bahasa Latin atavus — kakek buyut buyut atau, leluhur.

Dalam psikologi budaya, dia menjelaskan, kebanggaan yang berlebihan akan kisah masa lalu bisa membuat tekanan psikologis tersendiri untuk melakukan sesuatu di luar nalarnya. Pelakunya pun mengalami disorientasi. 

Fenomena sifat Ativisme belakangan terjadi di sejumlah daerah termasuk Cirebon. Sebelum muncul pengakuan MA sebagai Raja Diraja Purwaka Caruban Nagari, sebelumnya ada pengakuan yang sama dari Muslim sebagai raja terakhir dari kerajaan Caruban Nagari.

Budayawan Cirebon, Nurdin, mencatat, fenomena kerajaan Caruban Nagari muncul pada 1 Februari tahun 2013 di Cirebon. Saat itu Raja Pangeran Caruban Nagari mengaku berjuluk Ki Ageng Macan Putih yang mengklaim diri sebagai "Raja Diraja".

Kemunculan kerajaan baru dan pengakuan Raja Diraja juga pernah muncul di Kabupaten Tasikmalaya.

"Urutan sejarahnya hampir sama dengan Kerajaan Caruban Nagari yang berujung pada awal penyebaran Islam di Tatar Sunda. Saat itu Rohidin menyatakan dirinya sebagai Sultan Patra Kusumah VII dengan nama kerajaannya Sela Cau," kata Nurdin.

Selain itu, kata Nurdin, di tahun yang sama 2010 juga muncul pengakuan yang sama dari Demak. Seseorang yang mengaku Raja Diraja tersebut mengklaim raja terakhir dari turunan sultan Demak, Raden Patah bahkan sempat mengubah nama Demak menjadi Dimak.

Tidak harus mengaku menjadi raja kalau ingin memakmurkan atau mensejahterakan rakyat. Sebaiknya mendudukkan diri sebagai tokoh masyarakat atau tokoh adat saja tidak masalah. Cari peran yang lain.

Bukan Gejala Baru
Munculnya Keraton Agung Sejagat ini bukanlah hal yang baru. Menurutnya, di tahun 1950-an, muncul juga seorang raja bernama Idrus serta permaisurinya yang bernama Markonah. Raja dan ratu tersebut mengaku sebagai pemimpin tertinggi suku anak dalam dari rimba belantara Jambi.

Saat itu, pasangan tersebut sempat diundang oleh beberapa pejabat publik dan yang paling diingat adalah sempat menipu Presiden Soekarno.

"Fenomena munculnya kerajaan baru serta raja dan ratu tersebut bisa diterjermahkan sebagai krisis," jelas Rizal. Krisis tersebut dalam artian negara tidak memberikan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat. Kemudian, di tengah-tengah tidak kehadirannya tersebut, banyak persoalan yang muncul.

"Jadi mereka mencari pikiran-pikiran alternatif. Dalam konteks itu biasanya muncul kegilaan atau tindakan-tindakan ajaib seperti munculnya kerajaan siluman tersebut," imbuhnya.

Lebih lanjut, munculnya kerajaan-kerajaan tersebut adalah sebagai bayangan kepangkatan atau kemewahan saat berada di tengah masyarakat. Hal itu ditunjukkan seperti misalnya dengan gaya berbusana. "Jadi ini tidak lain adalah sebagai penyakit sosial dalam bentuk yang aneh," paparnya.


Sumber:
  1. "Mengapa Keraton Agung Sejagat Muncul di Purworejo?", www.kompas.com Penulis : Dandy Bayu Bramasta, Editor : Sari Hardiyanto. Diakses 17 Januari 2020.
  2. "Kerajaan Purwaka Caruban Nagari Juga Muncul di Daerah Lain" liputan6.com Penulis Panji Prayitno 02 Mar 2016. Diakses 17 Januari 2020.
  3. "Seragam dan Atribut Berbau Militer di Serahkan Kesultanan Selaco Kepada Kodim 0612/Tasikmalaya Jawa barat".pwrionline.com  Oktober 28, 2018 - by Raymond. Diakses 17 Januari 2020.
Baca Juga

Sponsor