Cari

Munculnya - King of the King - Dongeng lama, Seret Sejarah Masa Lalu




[Historiana] - Setelah 'Sunda Empire' dan 'Keraton Agung Sejagat', kemunculan 'King of The King' menghebohkan warga Kota Tangerang. Dalam sebuah spanduk, 'King of The King' mengklaim bisa melunasi seluruh utang-utang negara. Kini kelompok yang menamakan diri mereka sebaga Indonesia Mercusuar Dunia atau IMD muncul ke permukaan publik.

Kemunculan kerajaan-kerajaan baru ini mengingatkan lagi dengan beberapa cerita lama. Pasalnya, bukan kali ini saja cerita seputar kerajaan baru muncul. Sebelumnya juga pernah ada beberapa kerajaan maupun kelompok yang memiliki sikap mirip dengan KAS, Sunda Empire, maupun Kesultanan Selaco. Di antaranya adalah Kerajaan Ubur-Ubur yang sempat membuat geger di tahun 2018. Selain itu kasus UN. Swissindo yang mana pemimpinnya akhirnya ditangkap juga heboh tahun 2018. UN. Swissindo meski tak berbentuk kerajaan, namun kelompok ini memiliki pola mirip yakni memiliki pemimpin serta pengikut. Dari beberapa kisah 'kerajaan baru' ini terdapat beberapa kesamaan yakni adanya klaim muluk-muluk. Klaim tersebut beberapa menyeret cerita lampau seputar sejarah, dongeng dan cerita kerajaan Nusantara. KAS misalnya, Rajanya mengklaim sebagai keturunan Kerajaan Majapahit. Sedangkan Kesultanan Selaco, pemimpinnya mengklaim dirinya sebagai keturunan Radja Padjajaran. Adapun Kerajaan Ubur-Ubur, Ratunya mengklaim sebagai jelmaan Nyi Roro Kidul.

Satu hal yang kurang lebih sama, janji-janji hidup sejahtera para pengikutnya menjadi hal yang ditawarkan oleh kelompok-kelompok yang ada.

Berdasarkan penelusuran Kompas.com (18/01/2020) Sunda Empire mengajak masyarakat untuk mempersiapkan diri menyongsong kehidupan yang lebih baik dan sejahtera lantaran pemerintahan dunia akan berakhir pada tanggal 15 Agustus 2020.

Sementara itu, Keraton Agung Sejagat menjanjikan kepada para pengikutnya iming-iming uang dollar AS yang bersumber dari dana yang ada di Bank Swiss. KAS juga menjanjikan kepada anggotanya tentang pangkat yang akan didapat. Seperti yang dialami salah satu pengikutnya, Eko. Melansir dari Kompas.id (18/01/2020) Eko telah kehilangan sekitar Rp 8,5 juta untuk dapat gelar punggawa berbintang tiga di istana beserta janji gaji besar di kemudian hari. Janji manis juga diberikan Kerajaan Selaco. Berdasarkan pemberitaan Kompas.com (18/01/2020) Pemimpin Kesultanan mengklaim pihaknya mampu menyejahterakan orang-orang di bawahnya termasuk Pejabat Kesultanan dengan sumber dana dari Bank Swiss. Uang tersebut berasal dari sertifikat Phoenix melalui grantor bernama M Bambang Utomo. Namun, berbeda dengan Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire, dilansir dari Kompas.com (18/01/2020) kesultanan ini disebut sudah hidup berdampingan dengan masyarakat sejak 2004 dan tujuannya adalah melestarikan budaya. Sementara itu, sebelumnya pernah ada UN Swissindo yang juga memiliki janji berupa pembebasan utang kepada para pengikutnya lantaran memiliki harta yang mampu membuat masyarakat terbebas dari hutang. Harta tersebut disebut-sebut tersimpan di Bank Swiss.

Dongeng lama harta di bank dunia 
Berdasarkan Harian Kompas (26/08/2002) rupanya janji-janji kesejahteraan yang bersumber di Bank Swiss adalah cerita lama. Cerita ini bahkan sudah ada sejak tahun 1980. Saat itu masyarakat dihebohkan dengan adanya kabar Dana Revolusi senilai 450 juta dollar Amerika Serikat yang tersimpan di bank terkemuka Swiss. Simpanan tersebut berupa emas lantakan yang konon disimpan atas nama Presiden Soekarno sehingga hanya orang kepercayaan Soekarno yang bisa mencairkannya. Simpanan tersebut pada masa itu bahkan disebut mencapai Rp 3,9 triliun. Namun akhirnya kabar tersebut hilang dengan sendirinya.

Kabar serupa kembali muncul saat pertengahan tahun 1990an. Kabar tersebut menyebut adanya simpanan Soekarno yang berasal dari Raja se-nusantara tersimpan di Bank Eropa. Sementara pada tahun 2002 kasus simpanan harta nusantara sempat heboh dengan berita mengenai Ny Lilik Sudarti. Ia mengaku sebagai Ketua Pelaksana Program Pencairan dana nusantara. Dilansir Harian Kompas (21/08/2002) ia menyebut bangsa Indonesia memiliki simpanan di 21 bank terkemuka di dunia sebesar 250 miliar dollar AS.

Harta tersebut disebutnya sebagai sumbangan dari 127 kerajaan se-nusantara. Kala itu Lilik mengumumkan bahwa dirinya telah berupaya mencairkan sejak era Soeharto namun Soeharto terlanjur lengser lebih dulu. Saat masa Habibie, Habibie disebutnya tidak bersedia menemui. Sementara pada masa Gus Dur, ia mendapat restu akan tetapi Gus Dur terlanjur lengser terlebih dahulu.

Sosok Lilik pun tidak berhasil terlacak saat ditelusuri rumahnya yang berdasarkan alamat surat yang tercantum.

Sejarawan Dr. Anhar Gonggong dari catatan Harian Kompas saat itu, meragukan mengenai simpanan negara di bank luar negeri. "Agak aneh, peristiwa sebesar itu tidak tercatat dalam sejarah. Lagi pula, apakah mungkin di zaman kolonial Belanda, raja-raja se-nusantara bisa melakukan pertemuan?" kata Anhar Gonggong.

Tanggapan Budayawan asal Jawa Barat Dedi Mulyadi menilai, munculnya orang-orang yang mengaku punya kerajaan dan bangga dengan seragam ala militer merupakan penyakit sosial yang sudah lama terjadi di Indonesia. Dedi mengatakan, di Indonesia itu dalam kehidupan sosial, banyak kelompok masyarakat yang setiap hari mencari harta karun, emas batangan, uang Brazil dan sejenisnya. Perilaku itu berlangsung lama dan tak pernah berhenti sampai saat ini.

"Banyak orang yang kaya raya jatuh miskin karena obsesi itu. Sampai miskin pun masih berharap obsesi itu tercapai," kata wakil ketua Komisi IV DPR RI ini dilansir dari Kompas.com (17/01/2020).

Sementara itu, Sunu Wasono dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia menilai kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap kerajaan-kerajaan baru lantaran tekanan hidup khususnya tekanan ekonomi yang keras. “Dalam kondisi seperti itu muncul ide atau bahkan khayalan yang aneh-aneh,” ujarnya dihubungi Kompas.com Sabtu (18/01/2020).

Dari khayalan aneh-aneh itulah kemudian disebutnya memunculkan tindakan yang aneh-aneh. “Masyarakat yang hanya berpikir atau terbayang-bayang akan keuntungan kehilangan daya kritisnya. Sehingga mereka mau saja dikelabui,” tuturnya.

Sumber: Kompas.com "Sunda Empire, Keraton Agung Sejagat, Dongeng Lama Harta Bank Swiss yang Terus Terulang",
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Virdita Rizki Ratriani

_____________________________________

Lindungi Keluarga Anda
Jika keluarga Anda terseret dengan suatu kumunitas dengan iming-iming "wah" dan "tidak masuk akal", Waspadalah!!! Bujuk rayu mereka bisa membutakan akal pikiran orang tertentu. Jika Anda mengingatkan keluarga, bisa jadi Anda yang dipersalahkan. Anda akan diserang oleh keluarga sendiri!

Pelan-pelanlah  Anda ajak keluarga Anda yang mulai terpengaruh itu untuk "mengaji diri". Sentuh emosi (perasaannya) dan logikanya, Kenalilah posisi dirinya dalam angan-angan "kemewahan"yang dijanjikan. Layakkah sebagai penerima "dana revolusi" atau "harta amanah" itu? Siapakah kita ini? Jika itu harta Bung Karno secara pribadi, bukankah milik anak-anak dan keturuanannya? pun demikian jika itu harta raja-raja, tentu keturunannya yang berhak. Jika itu milik negara, bukankah hak negara mengambilnya? dekati dengan cara seperti itu. Jangan terlalu "to the point bahwa itu penipuan! karena ia akan percaya bahwa itu "sebuah kebenaran" yang menjanjikan.

Ketika terlanjur merugi akibat tertipu, Anda akan sulit menyelesaikannya. Keluarga Anda yang menjadi korban, bisa jadi malu melaporkan ke pihak kepolisian. Di sisi lain, kasus penipuan tidak otomatis diproses oleh kepolisian karena termasuk delik aduan.

Penipuan adalah delik aduan. Delik aduan. Dalam hukum Indonesia, delik aduan adalah delik yang hanya dapat diproses apabila diadukan oleh orang yang merasa dirugikan atau telah menjadi korban.
Baca Juga

Sponsor