Cari

Lambang Pajajaran dan Gambaran Lokasi Kerajaan Pajajaran dalam Kawih Sunda Mekar di Pakuan


[Historiana] - Oleh Alam Wangsa Ungkara. Keberadaan lokasi bekas kerajaan Pajajaran seakan lenyap. Hingga akhirnya 'harus' diungkap oleh ekspedisi VOC- Belanda. Ekspedisi Scipio pada tahun 1687, Adolf Winkler pada tahun 1690, dan Abraham van Riebeeck pada tahun 1703, 1704, dan 1709 akhirnya mengidentifikasi lokasi bekas Kota Pakuan Pajajaran. Benarkah kita benar-benar buta tentang keberadaan Dayeh Pakuan Pajajaran?

Ternyata ada kawih Degung Cianjuran buhun bertajuk "Sunda Mekar di Pakuan" yang memberikan gambaran ibukota Pajaran dalam lirik kawih tersebut. "Degung Sunda Mekar" (Panambih). Lagu: Endoe Soelaeman Apandi. Rumpaka: I Rosadi (taun 1954). Panembang: Rampak (Ayi, Mulyati, Nunung, Iceu & Eti). Kacapi: Tata Sutaryat. Suling: Asep BP. Natamiharja. Para budayawan di masa lalu, menggambarkannya dengan seder­hana, namun mempunyai dimensi kedalaman makna. Terutama ke­tika mereka memilih tajuk Sunda Mekar. Simaklah:
cacandran para laluhur, ciri bumi dayeuh panca tengah, lemah duhurna, lemah lengkob­na, lemah padatarannana, nagara mukti wibawa, perlambangna congkrang kujang papasangan. Yasana para déwata, teu sulaya di nyatana. Seuweu-siwi Siliwangi, Teureuh terah Pencar Pajajaran. Mangka waspada, Sunda Sawawa. Sing prayatna ngariksana. Ngaraksa lemah caina, tetep aman Sunda Jaya Santosa. Mekar kabudayannana. Sunda jatnika waluya.
(Ujaran para leluhur, ciri bumi kota panca tengah, bergemunung, berlembah curam, tanah keberadaannya. Negara makmur berwibawa, perlambangnya Congkrang Kujang Papasangan. Tempat memuja para Dewatam, takkan ingkar dari kenyataan. Para keturunan Siliwangi, para ahli waris tersebar se-Pajajaran. Maka waspadalah, Sunda Dewasa [mapan]. Cermatlah memelihara-menjaganya. Memelihara dan menjaga tanah air, tetap Sunda jaya sentosa. Berkembang kebudayaannya, Sunda Mulia Selamat).

Menurut Kamus Basa Sunda, Cacandran adalah ujaran para leluhur yang banyak bertalian dengan kondisi zaman sekarang.


Di masa modern, ketika orang-orang Barat (Ing­gris, Perancis, Belanda) menjelajah (dan kemudian menjajah), mereka juga melihat hal yang sama. Lalu memberinya nama Buitenzorg.

Bogor (yang kemudian terbagi menjadi Kota dan Ka­bupaten) dari sudut pandang imagineering (rekacita) yang menghubungkan masa lalu – masa kini – masa depan, adalah sentra saujana (pusat intelektu­alitas untuk memandang masa depan – vision). Satu-satunya wilayah Indonesia tempat ber­temunya era agraris, era indus­tri, era informasi, dan era kon­septual kini.

Di masa lalu, wilayah ini dilengkapi dengan hutan, tel­aga, sungai, anak sungai, pe­sawahan, penambangan emas, perkebunan, dan wilayah per­dikan – wilayah tempat proses kajian ilmu dan pengetahuan berlangsung, khasnya terkait dengan spiritualisme.

Di Pakuan (Bogor) inilah berlaku isyarat agar manusia menjaga hubungan korelas­inya dengan Tuhan dan Alam untuk mencapai kesejahter­aan hidupnya (triangle of life), sebagai manifestasi dari nilai hidup tritangtu.


Referensi
  1. Henrayana, Dian & Yus R. ismail. 2019. "Kamus Basa Sunda - Indonesia , Indonesia - Sunda Untuk Pelajar & Umum". Jakarta: Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia).
  2. "Sunda Mekar di Pakuan". bogor-today.com Diakses 9 Juli 2020.
Baca Juga

Sponsor