Peta sebaran pohon Lontar dan Nipah (van der Molen) |
[Historiana] - oleh Alam Wangsa Ungkara - || Sebagai sumber sejarah Nusantara, naskah di atas daun Lontar telah akrab di telinga kita. Keberadaan aktivitas pengolahan serta penggunaan lontar sebagai saran menulis masih eksis di Pulau Bali hingga kini. Lalu bagaimana dengan Pulau Jawa?
Berikut ini, penulis mengutip buku "Kritik Teks Jawa: Sebuah pemandangan Umum dan Pendekatan Baru yang diterapkan kepada Kunjarakarna." karya Willem van der Molen tentang media tulis nipah dan lontar. Buku ini berisi ikhtisar filologi Jawa dan edisi lengkap teks Kuntjarakarna Jawa Kuno. Adapun pembahasan buku ini melukiskan perkembangan metode filoogi Jawa. Setelah berbagi jenis edisi teks diperkenalkan dalamn tahap awal, ilmu kritik teks Jawa diberi dasar yang kuat oleh antara lain Cohen Stuart dan Kern
Naskah-naskah Sunda kuno pun diantaranya menggunakan media tulis daun nipah dan lontar. Yuk kita lihat dimana saja di masa silam keberadaan pohon lontar dan nipah. Penggunaan lontar dan nipah di Sunda tercantum dalam Naskah Lontar Sanghyang Sasana Maha Guru (SSMG).
Pohon lontar yang sesuai untuk dibuat alat tulis tumbuh dimana-mana di Indonesia. Pohon lontar atau Palmyra begitu umum. sehingga di Jawa terdapat beberapa yang tumbuh di setiap desa. Nipah juga umum tetapi hanya tumbuh di sepanjang pantai berlumpur pada lapisan tipis antara hutan bakau dalam air payau. Di Jawa, kawasan seperti itu terdapat di pantai utara antara Jakarta dan banten dan pantai Karawang. Untuk pantai Selatan Jawa terdapat di seberang pulau Nusa Kambangan. Di pantai timur Jawa, terdapat di utara Surabaya dan sepanjang pantai utara Blambangan. Sebagian besar pantai pulau Jawa terdiri atas pasir atau batu, yang tidak ditumbuhi bakau.
Informasi ini diperoleh dari sumber-sumber yang menggambarkan keadaan pada awal abad ke-20, yaitu Encyclopedie van Nederland Indie (1927) dan Atlas van Tropishch Nederland (1938). Keadaan pulau Jawa sebelum abad ke-20 tentu akan berbeda. Pertambahan penduduk, perubahan garis pantai dan lainnya mengubah topografi pulau Jawa. Namun diketahui secara umum bahwa lontar dan nipah tersedia di pulau Jawa. Nipah daerahnya berbeda dengan lontar dan jumlahnya terbatas. Sumber yang lebih tua mendukung pengetahuan umum ini, tetapi tanpa mencermati daerah persebaran Nipah di dan lontar (Rumphius, 1750 I:45-47, ia menulis sekitar tahun 1675). Tentang karya Rumphius, lihat Jarvis (2019).
Lontar dan Nipah memiliki berbagai macam manfaat. Sebagai alat media tulis hanyalah salah satu dari kegunaannya. Dalam pengantar pada katalog naskah Jawa, Pigeaud menyebut berbagai bahan tulis yang dihubungkannya dengan berbagai periode dalam sejarah Indonesia, khususnya Jawa. Sekarang, kertaslah yang lazim digunakan sebagai media tulis. Meskipun sebenarnya juga sudah lama digunakan di belahan dunia lainnya, kertas di pulau Jawa baru digunakan pada zaman VOC untuk menuliskan naskah Jawa dan mulai abad ke sembilan belas makin meluas pemakaiannya. Namun demikian, hal ini tidak membuat sekonyong-konyong waktu kertas datang, khususnya di Bali, Jawa Timur dan Madura, bahan-bahan tulis tersebut tetap dipakai sampai abad ke dua puluh. Pigeaud menyebut lontar sebagai bahan tulis lazi m dipakai (Pigeaud, 1967: 33-37).
Ruphius menenggarai hilangnya lontar sebagai bahan media tulis. Ia membedakan tiga jenis pohon lontar: Lontarus domestica, Lontarus silvestris dan Lontarus silvestris altera. Hanya daun lontar jinak, yaitu Lontarus domestica yang dipakai untuk bahan tulis (Rumphius, 1750 I:.51,56).
Referensi
- Jarvis, C.E. 2019. "Georg Rumphius’ Herbarium Amboinense (1741–1750) as a source of information on Indonesian plants for Carl Linnaeus (1707–1778)". Gardens’ Bulletin Singapore 71(Suppl. 2):87-107. 2019
doi: 10.26492/gbs71(suppl. 2).2019-08. nparks.go.sg diakses 27 Oktober 2021. - Molen, Willem van der. "Kritik Teks Jawa: Sebuah pemandangan Umum dan Pendekatan Baru yang diterapkan kepada Kunjarakarna." Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
- Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas. 1967. "Literature of Java : catalogue raisonné of Javanese manuscripts in the Library of the University of Leiden and other public collections in the Netherlands. I: Synopsis of Javanese literature 900-1900 A.D". The Hague:Martinus Nyhoff . Digital collection (2268 halaman) diakses 27 Oktober 2021.
- Rumphius, G.E. 1750 (1741–1750). Herbarium Amboinense ... pars prima (-sexta), ed. J. Burman. Amsterdam: Franciscum Changuion, Joannem Catuffe, Hermannum Uytwerf.