[Historiana] - Kalender Saka adalah sebuah kalender yang berasal dari India. Kalender ini merupakan sebuah penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar. Era Saka dimulai pada tahun 78 Masehi.
Kalender Saka berawal pada tahun 78 Masehi dan juga disebut sebagai penanggalan Saliwahana (Sâlivâhana). Kala itu Saliwahana yang adalah seorang raja ternama dari India bagian selatan, mengalahkan kaum Saka. Tetapi sumber lain menyebutkan bahwa mereka dikalahkan oleh Wikramaditya (Vikramâditya). Wikramaditya adalah seorang musuh atau saingan Saliwahana, dia berasal dari India bagian utara.
Asal mula Saka
Saka atau Saca (bahasa Persia: lama Sakā, modern ساکا; bahasa Sanskerta: Śaka; Yunani: Σάκαι, Sákai; bahasa Latin: Sacae; Hanzi: 塞, kuno Sək, modern Sāi) adalah istilah yang digunakan di sumber-sumber Persia dan Sanskerta untuk menyebut bangsa Skithia yaitu masyarakat Iran Timur nomaden di Stepa Erasia. Ilmuwan modern umumnya menggunakan istilah Saka untuk menyebut masyarakat Iran di Stepa Timur dan Cekungan Tarim. René Grousset menyebutkan bahwa mereka merupakan cabang dari "rumpun Skithia-Sarmatia" yang berasal dari masyarakat Iran di stepa bagian barat laut Erasia. Di Cekungan Tarim dan Gurun Taklamakan, orang Saka mendirikan daerah Khotan dan Kashgar termasuk Kerajaan Khotan yang menjadi vasal China pada masa Dinasti Han dan Dinasti Tang.Perdebatan modern mengenai identitas "Saka" muncul sebagian karena penggunaan kata tersebut secara ambigu oleh sumber-sumber non-Saka. Menurut Herodotus, orang Persia menyebut "Saka" untuk semua bangsa Skithia. Plinius (Gaius Plinius Secundus, 23–79) menyebutkan bahwa orang Persia hanya memberikan nama "Sakai" untuk suku-suku Skithia "yang paling dekat". Masyarakat Asyur pada masa Esarhaddon, mencatat penyerbuan melawan kelompok orang yang disebut Ashkuza atau Ishhuza dalam bahasa Akkad. Pengertian umum di antara para ilmuwan kini adalah bahwa bahasa dari orang Saka, sumber dari bahasa-bahasa Pamir di India Utara dan bahasa Khotan di Xinjiang, termasuk ke dalam bahasa-bahasa Skithia.
Kelompok masyarakat lainnya yaitu Gimirrai, disebut di sumber Yunani Kuno sebagai orang Cimmeria, memiliki kaitan erat dengan orang Saka. Pada naskah kuno Ibrani, Ashkuz (Ashkenaz) disebut sebagai keturunan langsung dari Gimirri (Gomer).
Orang Saka bagi orang Babilonia sama dengan Gimirrai. Kedua nama digunakan di Inskripsi Behistun yang dipahat tahun 515 SM atas perintah Raja Darius yang Agung. Orang-orang tersebut disebutkan bermukim di Kerajaan Urartu di Armenia. Shacusen di Provinsi Uti diberi nama dari mereka. Inskripsi Behistun awalnya hanya menyebutkan Saka sekali untuk kemudian memisahkannya menjadi beberapa kelompok yaitu:
- Sakā tigraxaudā – "Saka bertopi runcing",
- Sakā haumavargā – dipahami sebagai "Saka peminum haoma" namun ada pula pendapat lain,
- Sakā paradraya – "Saka setelah laut", ditambahkan setelah penyerbuan Skithia Barat oleh Darius, utara Sungai Danube.
- Sakā para Sugdam – "Saka di luar Sugda (Sogdiana)", istilah lain yang ditemukan di dua inskripsi lain. Istilah yang digunakan untuk menyebut orang-orang di perbatasan negaranya di arah berlawanan dari Kush (Ethiopia) akan berada di sebelah timur.
![]() |
Sogdiana Persia kuno dan wilayahlainnya |
Di dunia modern, arkeolog Hugo Winckler (1863–1913) adalah orang pertama yang mengaitkan Saka dengan bangsa Skithia. J. M. Cook, dalam The Cambridge History of Iran, menyebutkan bahwa nama Persia "Sakā" dan nama Yunani dan Asyur "Skuthai" ("Iškuzai") merupakan nama umum untuk penduduk nomaden di wilayah utara. Sumber-sumber Persia umumnya menyebut mereka sebagai satu suku tunggal bernama "Saka" (Sakai atau Sakas), namun sumber Yunani dan Latin menyebutkan bahwa bangsa Skithia terdiri atas banyak kelompok. Ilmuwan modern kemudian umumnya menggunakan istilah Saka untuk menyebut masyarkat berbahasa Iran yang menghuni Stepa Erasia bagian timur dan Cekungan Tarim.
Baca juga: Tahun Saka: Era kuno Saka - Era Shri Harsha di Varahmihira.
Meskipun di indonesia menggunakan tahun Saka yang berasal dari India, terdapat beberapa perbedaan.
Tahun Saka di Indonesia
Mengenai kaum Saka ada yang menyebut bahwa mereka termasuk suku bangsa Turki atau Tatar. Namun ada pula yang menyebut bahwa mereka termasuk kaum Arya dari suku Scythia. Sumber lain lagi menyebut bahwa mereka sebenarnya orang Yunani, ada juga yang menyebut dari Yavana dan Baktria (sekarang Afganistan).Sebelum masuknya agama Islam, para sukubangsa di Nusantara bagian barat yang terkena pengaruh agama Hindu, menggunakan kalender Saka. Namun kalender Saka yang dipergunakan dimodifikasi oleh beberapa suku bangsa, terutama suku Jawa dan Bali. Di Jawa dan Bali kalender Saka ditambahi dengan cara penanggalan lokal. Setelah agama Islam masuk, di Mataram, oleh Sultan Agung diperkenalkan kalender Jawa Islam yang merupakan perpaduan antara kalender Islam dan kalender Saka. Di Bali kalender Saka yang telah ditambahi dengan unsur-unsur lokal dipakai sampai sekarang, begitu pula di beberapa daerah di Jawa, seperti di Tengger yang banyak penganut agama Hindu.
Nama Bulan
Dalam Kalender Saka, stau tahun terdiri dari 12 bulan.No Nama Bulan jumlah hari Zodiak
1 Caitra 21 Maret - 20 April 30/31 Aries (Meṣa)
3 Jyaistha 22 Mei - 21 Juni 31 Gemini (Mithuna)
4 Asadha 22 Juni - 22 Juli 31 Cancer (Karkata)
5 Sravana 23 Juli - 22 Agustus 31 Leo (Siṁha)
6 Bhadra 23 Agustus - 22 September 31 Virgo (Kanyā)
7 Asvina 23 September - 22 Oktober 30 Libra (Tulā)
8 Kartika 23 Oktober - 21 November 30
9 Aghrayama 22 November - 21 Desember 30 Sagittarius (Dhanur)
10 Pausa 22 Desember - 20 Januari 30 Capricornus (Makara)
11 Magha 21 Januari - 19 Februari 30 Aquarius (Kumbha)
12 Phalguna 20 Februari - 20 Maret 30 Pisces (Mīna)
Siklus dalam 1 Minggu
Nama minggu dalam tahun saka dikenal dengan siklus mingguan dan siklus pasaran. Siklus mingguan adalah nama-nama hari yang kita kenal dalam 1 minggu. Sedangkan siklus pasaran dikenal sebagai sebagai Pancawara. Pancawara adalah nama dari sebuah pekan atau minggu yang terdiri dari 5 hari, dalam budaya Jawa dan Bali. Pancawara juga disebut sebagai hari pasaran dalam bahasa Jawa karena beberapa pasar tradisional pada zaman dahulu hanya buka pada hari tertentu saja, misalkan Pasar Legi dan Pasar Pon di Solo hanya buka pada hari Legi dan Pon saja dalam satu minggu kalender Jawa (siklus 5 hari).Dalam sistem penanggalan Jawa dan Bali, terdapat 2 macam siklus waktu: siklus mingguan dan siklus pasaran. Dalam siklus mingguan, satu minggu dibagi menjadi 7 hari, seperti yang kita kenal sekarang (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu). Dalam siklus pasaran, satu pekan terdiri dari 5 hari pasaran. Nama-nama hari dalam sistem pancawara (pasaran) ini adalah: paing – pon – wage – kliwon – legi1/umanis.
Menurut kalender Jawa, tiap hari dan tanggal dalam sistem kalender Masehi selalu mempunyai dua macam nama hari. Misalnya 1 Januari 2001 adalah hari Senin - Paing, berikutnya tanggal 2 Januari 2001 adalah hari Selasa - Pon, kemudian diikuti hari Rabu - Wage, disusul hari Kamis - Kliwon, Jumat - Legi, Sabtu - Paing, Minggu - Pon, Senin - Wage, Selasa - Kliwon, dan seterusnya. Kombinasi dua macam hari ini sampai sekarang masih dipakai dalam penerbitan surat kabar berbahasa Jawa, seperti harian Kedaulatan Rakyat yang terbit di kota Yogyakarta, misalnya.
Hari Nepton/Neptu
Tiap hari pasaran menurut penanggalan Jawa mempunyai bobot angka yang disebut neptu, misalnya:- Paing mempunyai bobot/neptu angka 9
- Pon mempunyai bobot/neptu angka 7
- Wage mempunyai bobot/neptu angka 4
- Kliwon mempunyai bobot/neptu angka 8, dan
- Legi mempunyai bobot/neptu angka 5.
- Senin mempunyai bobot/neptu angka 4
- Selasa mempunyai bobot/neptu angka 3
- Rabu mempunyai bobot/neptu angka 7
- Kamis mempunyai bobot/neptu angka 8
- Jumat mempunyai bobot/neptu angka 6
- Sabtu mempunyai bobot/neptu angka 9, dan
- Minggu mempunyai bobot/neptu angka 5.
Referensi
- Dowson, John, 1992, A Classical Dictionary of Hindu Mythology and Religion. New Delhi: Heritage Publishers.
- Dandamayev, M. A. History of Civilizations of Central Asia Volume II: The development of sedentary and nomadic civilizations: 700 BC to AD 250. UNESCO. ISBN 978-8120815407. google books Diakses 3 Juli 2019.
- Ricklefs, M.C., 1978, Modern Javanese historical tradition: a study of an original Kartasura chronicle and related materials. London: School of Oriental and African Studies, University of London.
- West, Barbara A. (January 1, 2009). Encyclopedia of the Peoples of Asia and Oceania. Infobase Publishing. ISBN 1438119135. Diakses tanggal 3 Juli 2019.
- Zoetmulder, P.J., 1983, Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Jakarta: Djambatan.
- Zoetmulder, P.J., 1995, Kamus Jawa Kuno-Indonesia. Bekerja sama dengan S.O. Robson. Penerjemah Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- "Scythian". Encyclopædia Britannica Online. Diakses tanggal 3 Juli 2019.