Kakawin Śiwarātrikalpa gubahan Mpu Tanakung pada masa Majapahit akhir (abad ke-15 Masehi) mengungkapkan konsep anugraha. Seorang pemburu bernama Lubdhaka mendapatkan anugraha dari Bhaṭāra Śiwa berkat brata utama yang ia lakukan pada saat Śiwarātri (malam pemujaan Śiwa). Anugraha adalah salah satu fungsi kemahakuasaan Bhaṭāra Śiwa dalam konsep Pañca-kṛtya (lima aktivitas) Śiwa. Melalui anugraha manusia diajak agar sadar bahwa manusia bisa bergegas menuju ke alam Bhaṭāra Śiwa dan bersatu di sana.
Anugraha bisa membebaskan manusia dari ke-papa-an. Tidak mudah mencapai hal ini, karena merupakan rahasia Bhaṭāra Śiwa. Cobaan dan rintangan dapat dijadikan pemicu untuk bisa berjalan di jalan rohani. Jika nigraha membawa manusia turun/terjerembab ke dunia, anugraha menyebabkan manusia sadar dan bisa naik ke atas menuju Śiwa-loka (alam Śiwa). Tidak ada pemberian anugraha tanpa rintangan atau hambatan. Landasan anugraha adalah brata (sumpah/ikrar), yang merupakan komitmen untuk meningkatkan kualitas kerohanian diri, mengendalikan pikiran dan ego melalui berbagai tantangan atau pengekangan di bawah bimbingan guru. Brata pada dasarnya merupakan upaya pengendalian indriya (nafsu) dan pikiran agar bisa dimanfaatkan untuk pencapaian tujuan manusia yang tertinggi (Mahā-puruṣa-artha). Anugraha mempunyai signikansi yang tinggi dalam kehidupan rohani dan duniawi.
Ceramah, diskusi atau perenungan menyangkut pemaknaan brata-Śiwarātri (Śiwarjani) terus dilakukan mengingat pentingnya brata/vrata (puasa/pantangan) di dalam kehidupan agama dan spiritual. Banyak hal di balik ajaran Śiwa-rātri yang menarik untuk direnungkan di tengah gempuran paham materialisme, konsumerisme dan hedonisme yang tengah melanda dunia. Pada Śiwarātri umat Hindu patut melakukan Śiwasṃaraṇa/Śiwasmṛti (meditasi Śiwa), Śiwabhakti/Śiwārcana/Śiwastuti(pemujaan kepada Śiwa), atau Śiwatattwadhāraṇa (memusatkan pikiran jati diri Śiwa), yang penting artinya di tengah gempuran gaya hidup manusia modern yang membawa manusia semakin jauh dari jati dirinya. Ajaran teks ini dapat dijadikan pegangan agar kehidupan rohani dan duniawi berjalan dengan baik, sehingga manusia berhasil sampai ke tujuan hidup tertinggi (Mahā-puruṣa-artha), yaitu Mokṣa (pembebasan dari segala bentuk ikatan). Ada satu aspek yang belum menjadi perhatian dalam rangka pendalaman makna Śiwarātri tersebut, yaitu anugraha (anugerah). Artikel ini mencoba membahas pengertian dan fungsi anugraha dari perspektif Śiwa-tattwa (metafisika ajaran Śiwa) dan implikasinya terhadap kehidupan sekarang. Pembicaraan Śiwa-tattwa di dalam teks Kakawin Śiwarātri-kalpa menjadi tumpuan utama. Tradisi Śaiwa di India juga sedikit disinggung untuk memperjelas pemahaman terhadap konsep anugraha yang sangat penting, tidak hanya di dalam kehidupan rohani, namun juga duniawi.
Lebih lengkapnya dapat membaca katya Ida Bagus Putu Suamba ini pada link di bawah.
Sumber: Jurnal Jumantara Vol. 4 No.1 Tahun 2013