[Historiana] - Oleh Alam Wangsa Ungkara. Kembali lagi kita menelusuri informasi yang menggambarkan geografi di zaman Kerajaan pajajaran. Menelusuri kebesaran kerajaan
Pajajaran dapat dilakukan melalui studi literasi Naskah Sunda Kuno
(NSK). Para ahli filologi secara bertahap mempublikasikan
transliterasi Naskah Sunda Kuno, diantaranya Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian (NSKK). Naskah ini ada 2 yaitu Kropak 624 dan Kropak 630.Siksa Kandang Karesian 624 (Aksara Sunda Kuna-bahasa Sunda Kuna-lontar-prosa). Siksa Kandang Karesian 630 (Aksara Buda-bahasa Sunda Kuna-nipah-prosa). Naskah ini ditulis pada tahun 1440 Saka (1518 Masehi).
Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian ibarat ensiklopedi kehidupan urang Sunda zaman pajajaran. Banyak hal digambarkan di dalamnya, mulai dari keagamaan, pemerintahan, profesi, dan nama-nama negara atau kerajaan. Ada yang menarik, bahwa beberapa diantaranya berasal dari negeri seberang. Berikut kutipannya:
Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian ibarat ensiklopedi kehidupan urang Sunda zaman pajajaran. Banyak hal digambarkan di dalamnya, mulai dari keagamaan, pemerintahan, profesi, dan nama-nama negara atau kerajaan. Ada yang menarik, bahwa beberapa diantaranya berasal dari negeri seberang. Berikut kutipannya:
Aya ma nu urang dek ceta, ulah salah geusan nanya. Lamun dek nyaho di carek para nusa ma: carek Cina, Keling, Parasi, Mesir, Samudra, Banggala, Makasar, Pahang, Kala(n)ten, Bangka, Buwun, Beten. Tulangbawang, Sela, Pasay, Parayaman, Nagara Dekan, Dinah, Andeles, Tego, Maloko, Badan, Pego, Malangkabo, Mekah, Buretet, Lawe, Saksak, Se(m)bawa, Bali, Jenggi, Sabini, Ngogan, Kanangen, Kumering, Simpang Tiga, Gumantung, Manumbi, Babu, Nyiri, Sapari, Patukangan, Surabaya, Lampung, Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, Solodong, Bali. Indragiri, Tanjung Pura, Sakampung, Cempa, Baluk, Jawa; sing sawatek para nusa ma sang jurubasa darmamurcaya tanya.Terjemahannya
Bila kita hendak bertindak, jangan salah mencari tempat bertanya. Bila
ingin tahu bahasa negara-negara lain, seperti: bahasa Cina, Keling,
Parsi, Mesir, Samudra, Banggala, Makasar, Pahang, Kelantan, Bangka,
Buwun, Beten, Tulangbawang, Sela, Pasay, Negara Dekan, Madinah, Andalas,
Tego, Maluku, Badan, Pego, Minangkabau, Mekah, Buretet, Lawe, Sasak,
Sumbawa, Bali, Jenggi, Sabini; Ogan, Kanangen, Momering, Simpang Tiga,
Gumantung, Manumbi, Babu, Nyiri, Sapari, Patukangan, Surabaya, Lampung,
Jambudipa, Seran, Gedah, Solot, Solodong, Indragiri, Tanjung Pura,
Sakampung, Cempa, Baluk, Jawa; segala macam [bahasa] negara-negara lain,
tanyalah juru basa darmamurcaya.)
Terdapat banyak negara yang disebutkan dalam NSKK. Beberapa diantaranya
negar-negara atau negeri (kerajaan) yang disebutkan dapat kita kenali
hingga hari ini. Namun diantaranya memerlukan penelusuran lebih Lanjut.
Meskipun
keterangan di atas menyebutkan tentang bahasa, namun juga menujukkan
suatu wilayah. Kita rinci dalam peta yang kita dapatkan untuk
menggambarkan lokasi negara atau kerajaan yang disebutkan dalam naskah.
Ada lagi Naskah Lontar Amanat Galunggung (Koropak 632) mengenai menjaga kehormatan kabuyutan. Naskah atau koropak 632 ini sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta. Naskah ini menyebut 'Baluk'. Berikut kit kutip:
"...mulah munuh tanpa dwasa, mulah ngarampas tanpa dwasa, mulah midukaan tanpa dwasa, mulah nenget a(s)tri sama astri, mulah nenget hulun sama hulun, jaga dapetna pretapa dapetna pegengön sakti, bönangna (ku) Sunda, Jawa, La(m)pung, Baluk, banyaga nu dék ngarebutna kabuyutan na Galungung, asing iya nu mönangkön kabuyutan na Galunggung, iya sakti tapa, iya jaya prang, iya höböl nyéwana, iya bagya na drabya sakatiwatiwana, iya ta supagi katinggalan rama-resi, lamun miprangköna kabuyutan na Galunggung, a(n)tuk na, kabuyutan, awak urang na kabuyutan , nu löwih diparaspade, pahi döng na Galunggung, jaga bönangna kabuyutan ku Jawa, ku Baluk, ku Cina, ku Lampung..."
(...jangan membunuh yang tak berdosa, jangan merampas (milik) yang tak bersalah, jangan menyakiti yang tak bersalah; jangan saling curiga/sesali antara wanita/isteri, jangan saling curiga antara hamba dengan hamba. Waspadalah kemungkinan direbutnya kemuliaan (kewibawaan, kekuasaan) dan pegangan kesaktian (kejayaan) oleh Sunda, Jawa, Lampung, Baluk, para pedagang (orang asing) yang akan merebut kabuyutan di Galunggung. Siapa pun yang dapat menguasai kabuyutan di Galunggung, ia akan memperoleh kesaktian dalam tapanya, ia akan unggul perang, ia akan lama Berjaya, ia akan mendapat kebahagiaan dari kekayaan secara turun-temurun, yaitu bila sewaktu-waktu kelak ditinggalkan oleh para rama dan para resi, Bila terjadi perang (memperebutkan) kabuyutan di Galunggung, pergilah ke kabuyutan, bertahanlah kita di kabuyutan. Apa-apa yang lebih (sulit dipertahankan?) dirapikan, semua dengan yang di Galunggung. Cegahlah terkuasainya kabuyutan oleh Jawa, oleh Baluk, oleh Cina, oleh Lampung...)
Mengapa dalam Amanat Galunggung ada pernyataan "Waspadalah kemungkinan direbutnya kemuliaan (kewibawaan, kekuasaan) dan pegangan kesaktian (kejayaan) oleh Sunda, Jawa, Lampung, Baluk..."? Naskah Amanat Galunggung ini berasal dari Kerajaan Galuh Agung (Galunggung) yang saat itu terpisah dengan Kerajaan Sunda.
Dari kutipan dua sumber naskah kuno di atas, kita fokus pada nama Baluk. Nama ini adalah sebuah negeri atau kerajaan. Posisinya disebut setelah lampung. Hal ini menunjukkan posisinya dari nusa atau pula berbeda atau setidaknya dekat dengan Lampung.
Baluk
merujuk pada wilayah di Pulau Belitung. Nama pulau Belitung sudah
tercatat dalam sebuah peta terbitan Roma tahun 1580. Peta karya Giacomo
Gastaldi tersebut berjudul Il Disegno Della Terza Parte Dell' Asia
[Gastaldi's Wall Map of SE Asia with extra panels!].
![]() |
P Belitung dalam peta Giacomo Gastaldi 1561/1580 |
Dahulu
ada Kerajaan Baluk atau Kerajaan Balok yang berlokasi di Belitung
Timur. Sisa-sisa tembok bangunan peninggalan Kerajaan Balok ditemukan
Tim Arkeolog dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di Desa Balok
Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung Timur.
Tidak banyak diketahui mengenai Kerajaan Baluk. Namun, jika tercatat dalam Naskah Siksa kandang Karesian yang
ditulis 1518 M (abad ke-16).Sedangkan naskah Amanat Galunggung diperkirakan ditulis abad ke15. Dalam naskah ini membahas amanat Prabu Dharmasiksa yang berkuasa pada tahun 1175-1297 (memerintah selama 150 tahun). Dengan demikian, berati kerajaan Baluk ini sudah eksis sebelum tahun itu.
Menurut hipotesis awal dari ekskavasi situs Kerajaan Balok di belitung, diperkirakan Kerajaan balok sudah berdiri antara abad ke-15 hingga abad
ke-17. Ditemukan situs bangunan kuno di sekitar Sungai Balok dan Sungai
Gubak. Bisa jadi dahulu di wilayah ini ada Pelabuhan Sungai sehingga ada
catatan kerjasama perdagangan dengan Kerajaan Pajajaran. Sedangkan dalam naskah Amanat Galunggung menganggap bahwa Kerajaan Baluk sebagai salah satu yang harus diwaspadai. Artinya Kerajaan Baluk ini cukup disegani, tentu dengan kekuatan militernya.
![]() |
Situs Kerajaan Baluk/Balok di Belitung (kumparan.com). |
Masyarakat
Belitung dalam budaya lisannya mengenal satu masa di mana pulau
Belitung pernah dikuasai oleh Raja-raja Balok. Istilah ‘Raja Balok’
muncul karena raja-raja tersebut berkedudukan di sungai Balok. Maka itu
keberadaan Raja-raja Balok menjadi dasar lahirnya nama kerajaan Balok
dalam budaya lisan masyarakat lokal. Cerita rakyat Belitung mengenai
Raja Balok tercatat dalam buku Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en
Volkenkunde, Dell XXXIV yang diterbitkan Albrecht & Rusche di
Batavia 1891.
Bagi masyarakat peneliti situs Kerajaan Baluk, penulis usulkan agar tidak hanya mengambil sumber asing dari para penjajah Eropa mengenai Kerajaan Baluk dan Pulau Belitung khususnya. Cenderung mereka menulis dalam persfektif negatif seperti juga telah dibahas dalam buku "Kerajaan Balok" (2017). Sejak VOC datang ke Belitung pada tahun 1668, wilayah kerajaan Balok di pulau Belitung sudah dicitrakan sebagai sarang bajak laut dan tempat bermukimnya para penjahat dari berbagai daerah. Kemudian opini publik di nusantara seolah menjadi satu suara. Sejumlah laporan tertulis dari abad ke-17 dan ke-18 menyatakan bahwa pulau Belitung tidak aman, tidak sehat, dan tidak ekonomis. Mereka sering membangun narasi good guy bad guy sebagaimana dalam buku Secrets of Power Negotiation - Rahasia Sukses Seorang Negosiator Ulung. Buku ini ditulis oleh Roger Dawson tahun 1999.
Bila masyarakat Belitung menemukan jejak Kerajaan Balok dengan minimnya kisah yang menyertainya. Berbanding terbalik dengan Kerajaan Pajajaran yang kaya dengan kisah tertulis tetapi tak memiliki jejaknya. Penyebabnya, wilayah Ibukota Pakuan Pajajaran di Bogor telah dipenuhi bangunan jalan, ruko-ruko, perumahan dan lapangan golf. Tentu sulit dan hampir tidak mungkin melakukan ekskavasi peninggalan itu.
Referensi
- "Menguak Jejak Kerajaan Balok di Belitung Timur". kumparan.com Diakses 28 Juni 2020.
- Gastaldi, Giacomo 1561/1580. "Il Disegno Della Terza Parte Dell' Asia [Gastaldi's Wall Map of SE Asia with extra panels!]". raremaps.com Diakses 28 Juni 2020.
- "Kerajaan Balok". petabelitung.com Diakses 28 Juni 2020.