[Historiana] - Oleh Alam Wangsa Ungkara. Prabu Siliwangi yang dimaksud dalam artikel ini adalah merujuk kepada sosok Sri Baduga Maharaja, Raja Sunda (Pajajaran) yang berkuasa tahun 1482-1521 M. Namanya sempat masuk dalam nominasi Pahlawan Keprajuritan Indonesia. Sebutan Pahlawan keprajuritan adalah terkait dengan sosok yang berpengaruh di seluruh Nusantara sejak abad ke-7 hingga abad ke-19 M. Wujud pameran para tokoh ini ada di Museum Keprajuritan Di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Gedung museum ini dikelilingi perairan yang menggambarkan negara kepulauan dengan doktrin Wawasan Nusantara.
Museum Keprajuritan resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada tanggal 5 Juli 1987. Museum ini terasa begitu asri dan sejuk dengan dikelilingi danau buatan yang dihiasi 2 buah perahu tradisonal khas Indonesia di bagian tepi yaitu Perahu Banten dan Perahu Pinisi
Kriteria sebagai Pahlawan Keprajuritan Nasional. Karena nilai nilai kepahlawanannya, telah memenuhi kriteria sebagai berikut:
- Mengandung semangat keprajuritan nasional Indonesia;
- Merupakan perjuangan pembelaan negara (bangsa dan tanah air), termasuk perjuangan mempertahankan dan memelihara keamanan negara;
- Merupakan perjuangan menentang kekuasaan asing yang menjajah;
- Meliputi peristiwa yang terjadi dan tokoh yang hidup dalam periode antara abad ke 7 sampai dengan abad ke 19 Masehi;
- Hasil pertimbangan yang baik dari segi historis, politis, psikologis, edukatif, artistik, dan lain lain.
Pada tahun 1985, berdasarkan Surat Perintah Panglima ABRI tanggal 12 Desember 1984, No. Sprin/783/P/XII/ 1984 dan Surat Keputusan Panglima ABRI, tanggal 8 April 1985, No. Skep/182/N/1985, dibentuk tim, untuk meneliti, menelaah dan menyusun peristiwa bersejarah tokoh tokoh pejuang di Tatar Sunda. Tim inti itu, terdiri dari: Prof. Dr. Edi S. Ekadjati (Ketua); Drs. Saleh Danasasmita (Anggota); dan Drs. Saini K.M. (Anggota).
Penelitian yang dilakukan oleh para akhli tersebut, berdasarkan; tingkat volume lama perjuangan; luas wilayah perjuangan; jumlah pasukan pengikut yang dikerahkan; kesulitan yang dialami; jumlah korban pada pihak musuh; dan dukungan rakyat. Setelah dilakukan penelusuran, penelitian, dan pembahasan terhadap peristiwa-peristiwa dari tokoh tokoh sejarah di Tatar Sunda, diusulkan 8 tokoh dan peristiwa keprajuritan nasional, antara lain:
- Sri Baduga Maharaja, raja Sunda Pajajaran yang hidup pada abad ke 15/16 Masehi. la raja yang bijaksana, gagah berani, serta banyak memperhatikan dan berbuat bagi kesejahteraan rakyatnya. Dalam tradisi masyarakat Jawa Barat, raja ini terkenal dengan sebutan Prabu Siliwangi;
- Perlawanan rakyat Banten, di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap Kompeni Belanda (1651 1683);
- Perlawanan rakyat Priangan di bawah pimpinan Prawatasari terhadap Kompeni Belanda (1703 1707);
- Perlawanan rakyat Banten di bawah pimpinan Kyai Tapa terhadap Kompeni Belanda (1720 1723);
- Perlawanan Sultan Matang Aji Cirebon terhadap Kompeni Belanda (abad ke 18 Masehi);
- Perlawanan rakyat Majalengka dan Cirebon, di bawah pimpinan Bagus Rangin dan Bagus Jabin terhadap pemerintahan kolonial Belanda dan Inggris (1802 1819);
- Perlawanan Bupati Sumedang R.T.A. Surianagara atau Pangeran Kusumadinata IX (Pangeran Kornel) terhadap Gubernur Jendral Daendels (1810);
- Perlawanan rakyat Banten di bawah pimpinan Haji Wasid terhadap pemerintahan kolonial Belanda (1888);
Dari hasil seleksi pada waktu itu, terpilih 3 tokoh dan peristiwa sejarah, yang memenuhi kriteria Pahlawan Keprajuritan Nasional, antara lain:
- Sultan Ageng Tirtayasa, tokoh pimpinan perjuangan rakyat Banten terhadap Kompeni Belanda (1651 1683 Masehi);
- Bagus Rangin, tokoh pimpinan perjuangan rakyat Majalengka dan Cirebon, terhadap pemerintah kolonial Belanda dan Inggris (1802-1819 Masehi); dan
- Raden Alit Prawatasari, tokoh pimpinan perjuangan rakyat Priangan terhadap pemerintah Kompeni Belanda (antara abad ke 17 sampai dengan abad ke 18 Masehi).
Ketiga tokoh tersebut, terukir oleh tinta emas sejarah, sebagai Pahlawan Keprajuritan Nasional Indonesia. Kini diorama dan patungnya, dipamerkan di Museum Keprajuritan Nasional Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Namun sepengetahuan penulis, hanya Sultan Ageng Tirtayasa menjadi Pahlawan Nasional. Kini kita mengenal Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Pahlawan Nasional yang ditetapkan tahun 1970 berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970.
Ironi Patung Sultan Ageng Tirtayasa
Tahun 2018 heboh dengan pemberitaan potongan patung Sultan Ageng Tirtayasa ditemukan di sebuah sungai Kalimalang di Jl Priyayi, Kota Serang. Patung ini dibongkar pada 2003 atas desakan anggota Dewan dengan alasan bisa menyebabkan syirik. Sebelumnya patung Sultan Ageng Tirtayasa yang sebelumnya berada di simpang Kebon Jahe, Kota Serang. Patung tersebut awalnya dibuat berupa sosok Sultan Banten tersebut dengan kuda tunggangannya. Setelah patung itu dibongkar, ada yang menyebut patung disimpan di Pemkab Serang. Namun, kemudian ditemukan dinas pekerjaan umum potongannya berada di sungai dan bercampur lumpur hingga diletakkan di pinggir jalan.
Alasan tak masuk akal itu kemudian dibantah para seniman. Mereka, bahkan menantang, jika harus membongkar patung Sultan Ageng Tirtayasa, semua patung di Banten harus dibongkar.
Sayang sekali, penghargaan terhadap pahlawan telah memudar. Jangankan meneladani nilai perjuangannya. Untuk dapat diakui saja sebagai pahlawan memerlukan upayaperjuangan yang panjang dan melelahkan. Namun setelah menjadi pahlawan, malah dihinakan. Miris dan ironis.
Mengapa Sri Baduga sempat masuk nominasi? bukankah saat itu belum ada Indonesia? Kembali pada pemaparan diatas, bahwa sosok pahlawan keprajuritan sejak abad ke-7 hingga 19 M. Tidak heran nama Raden Wijaya yang kita kitahui sebagai Raja pertama Majaphit juga masuk daftar pahlawan dengan peristiwa mengusir tentara Cina tahun 1292 dibuatkan pada diorama, dan Mahapatih Gajah Mada dalam bentuk patung dari perunggu berukuran 1¼ kali besar manusia yang ditempatkan mengelilingi panggung di dalam gedung.
Tahun 2020 yang lalu Presiden Joko Widodo menganugerahi gelar Pahlawan untuk 6 tokoh. Diantaranya adalah Sultan Baabullah merupakan Sultan ketujuh dan penguasa ke-24 Kesultanan Ternate di Kepulauan Maluku yang memerintah antara tahun 1570 dan 1583. Pada masa pemerintahannya, ia berhasil mengusir Portugis dan merupakan masa keemasan Kesultanan Ternate.
Referensi:
- "Sejarah Kerajaan-kerajaan di tatar Sunda" serbasejarah.wordpress.com [Docx] Diakses 21 Maret 2021.
- "Presiden Jokowi Anugerahi Gelar Pahlawan Nasional Kepada 6 Tokoh Ini" Kompas.com - 10/11/2020 Penulis: Dwi Nur Hayati, Editor : Mikhael Gewati Diakses 21 Maret 2021.
- "Prawatasari: Menggagas Pahlawan Nasional". tamankejahatan.blogspot.com 28/11/2007 Diakses 21 Maret 2021.
- " Patung Pahlawan Sultan Ageng Dibongkar dan Dibuang karena Syirik?" Bahtiar Rifa'i - detikNews (Sabtu, 10 Nov 2018) Diakses 21 Maret 2021.
- "Dianggap Berhala, Patung Pahlawan Nasional Dibuang ke Sungai" Reza Gunadha suaranews.com (Minggu, 11 November 2018 | 16:40 WIB) Diakses 21 Maret 2021.