[Historiana] - Hari ini Bahasa Sunda dan Jawa sama-sama eksis di pulau Jawa. Namun kedua bahasa ini mengapa bisa berbeda? Apakah dahulunya di Pulau Jawa berbahasa tunggal alias sama bahasanya? lalu semenjak kapan berbeda? Itulah banyak pertanyaan yang muncul dari beberapa teman penulis. Jika merunut sejarah epigrafi (tulisan) dalam Prasasti yang tertua dari peninggalan Kerajaan Tarumanagara abad ke-5 menunjukkan bahasa Sansekerta. Demikian pula Prasasti peninggalan Kerajaan kalingga dari abad ke-7 hingga 8 berbahasa Sansekerta dan beraksara Pallawa.
Pertanyaan selanjutnya Apakah penduduk pulau Jawa saat itu berbicara dalam bahasa Sansekerta? Kita tidak memiliki sumber informasi ini. Tidak banyak pihak yang meneliti Sejarah perkembangan Bahasa Jawa dan Sunda serta bahasa daerah lainnya di Indonesia. Yang jelas dalam mitos budaya Jawa dan Sunda sering mengaitkan asal bahasa dengan kedatangan Aji Saka. Tentu hal ini mengacu pada aksaranya yang dikenal dengan carakan. Namun bahasanya sendiri tidak diketahui. Kedatangan Aji Saka terkait Aksara Jawa bukan bahasa Jawa. Sungguh tidak mungkin sebelum Aji Saka datang ke Pulau Jawa leluhur kita belum berbahasa.
Para peneliti bahasa Jawahanya memelajari Serat-Serat Kasusastran Jawa dan Sunda sebagai bukti peninggalan sejarah dari abad IX- XVII Masehi, sebab bahasa Jawa yang asli sudah sulit untuk ditemukan lagi karena pada saat itu sama sekali tidak dibukukan dalam bentuk kamus (bausastra Jawa) atau yang sejenisnya (Poerbatjaraka, 1952 ; vii).
Poerbatjaraka menyebutkan bahwa Jawa Purba digantikan oleh bahasa jawa Kuno yang sebagian besar dipengaruhi oleh masa pemerintahan Hindu sejak zaman dinasti wamça Syailendra, dan wamça Sanjaya yang berturut-turut menguasai Nusantara ini, mulai dari Rakai Mataram 732-760 M sampai Rakai Watuhumalang dipertengahan abad IX (Sulaiman, 1980 ; 107), dengan bukti teks Jawa kuna sebelum aksara Jawa kuna digunakan secara resmi, seperti pada prasasti Canggal 732 M, Kalasan 778 M, Karangtengah 804 M, Gandasuli 832M, Perot 850 M, Ratubaka 856 M, Pereng 864 M, Argapura 864 M maupun Salingsingan 876 M.
Nampaknya kasus yang dihadapi Bahasa Jawa dan Sunda Purba tempo doeloe, adalah kehilangan saksi bisu yang berupa tradisi tulis, dan ini sangat menyulitkan untuk melacak kesejarahan bahasa Jawa dan Sunda, sebelum lahirnya bahasa kawi atau Bahasa Jawa Kuna dan Sunda Kuno. Barulah ketika orang-orang India masuk ke Nusantara ini, kedua bangsa (pribumi dan migrant) ini mengadopsi tradisi tulisan yang kemudian dikembangkan secara turun-temurun (Poerbatjaraka, 1952 ; vii), dengan cara saling bertukar informasi dan terjadinya perkawinan antara pribumi dan pendatang.
Pada akhirnya ditentukan garis, sebagai batas waktu penelitian sejarah kebudayaan di Pulau Jawa, yakni sejak masuknya kebudayaan India ke Austronesia (kepulauan Nusantara) dalam hal ini ke pulau Jawa.
Ada lagi pertanyaan menarik: sejak kapan bahasa yang eksis di Pulau Jawa ini berbeda? Faktanya ada bahasa Jawa dan Sunda yang benar-benar berbeda.
Bila ada pertanyaan benarkah Bahasa Sunda dan Jawa pernah berbahasa yang sama alias berbahasa tunggal? pertanyaan bisa diperluas lagi benarkah se-nusantara pernah berbahasa tunggal? Bahkan pertanyaan ini bisa diperluas pada tingkat dunia. Artinya seantero bumi pernah berbahasa tunggal.
Pertanyaan tersebut muncul karena kita memercayai bahwa kita berleluhur tunggal yang sama yaitu Adam dan Hawa. Tentu pasangan suami istri dari nabiyullah Adam AS ini berbahasa yang sama di dalam keluarga dan masyarakatnya. Bahkan seharusnya hingga ke keturunannya.
Lalu pertanyaannya sejak kapan muncul berbagai bahasa di dunia? Untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ini, kita tidak punya cukup bukti artefak-arkeologis seperti halnya untuk menganalisis benda-benda fisik seperti tulang belulang dan bangunan purba. Analisis terhadap bahasa terbatas pada teks yang tertinggal di atas batu dan bangunan purba, Itu pun tidak dapat mengungkap seperti apa bunyi kata per kata yang eksis di zamannya. Kita dapat menelusurinya dari informasi al-kitabiah atau menurut informasi dari teks-teks keagamaan.
''Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.'' (QS Albaqarah [2]: 213).
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia berasal dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa). Lalu, Adam dan Hawa melahirkan keturunan hingga akhirnya menyebarlah manusia ke seluruh penjuru dunia.
Konon, setelah banjir bah zaman nabi Nuh AS, keturunannya diperintah menyebar ke sluruh muka bumi. Namun anak keturunan Nuh AS malah membangun gedung tinggi yang kemudian dikenal sebagai Menara babel. Menara dihancurkan Tuhan dengan angin dan sambaran petir. Sejak itu itu pula manusia yang ada saat itu menjadi tidak saling mengerti bahasa alias mereka bertutur dalam bahasa masing-masing.
Sejak zaman nabi Adam AS hingga Nuh AS, dikisahkan bahwa manusia berbahasa sama. Nabi Nuh AS adalah nabi ke-3 seteleh Adam dengan urutan: Adam-Idris-Nuh. Sebagian besar ras manusia saat ini berasal dari keturunan Nabi Nuh AS.
Seiring perjalanan waktu dan minimnya data yang ada, tak banyak diketahui penyebaran anak cucu Adam hingga Nabi Idris dan Nabi Nuh AS. Sami menjelaskan, Nabi Idris adalah generasi atau keturunan Adam yang keenam. Idris adalah anak dari Yared bin Mahalail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam AS. Sedangkan Nabi Nuh AS adalah generasi Adam yang kesembilan, atau yang ketiga setelah Nabi Idris. Idris hidup antara tahun 4533-4188 SM, sedangkan Nabi Nuh hidup antara 3993-3043 SM.
Tak diketahui secara pasti, jumlah keturunan masing-masing anak dari Nabi Idris. Dari Adam inilah, akhirnya menyebar anak cucunya hingga menjadi umatnya Nabi Idris. Dengan selisih waktu yang mencapai 300-800 tahun, tentu banyak keturunan Nabi Adam yang menyebar ke berbagai penjuru bumi. Mungkin saja jumlahnya sudah mencapai ribuan orang.
Begitu juga, dengan daerah penyebarannya, tak diketahui secara perinci. Besar kemungkinan ada anak keturunan Adam yang menyebar ke berbagai daerah dan belahan bumi lainnya, dari jazirah Arabia ke Afrika, Eropa, Amerika, Asia, hingga Australia.
Nabi Nuh mempunyai empat orang anak, yakni Kan'an, Ham, Sam, dan Yafets. Kan'an adalah anak tertua, namun ia tewas diterjang oleh banjir besar, karena tidak mau beriman dengan Nabi Nuh. Dari ketiga anak Nuh (Sam, Ham, dan Yafets) inilah, penyebaran umat manusia periode kedua mulai bermigrasi. Karena itu, Nabi Nuh juga disebut sebagai bapak manusia kedua.
Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wa al-Nihayah menerangkan, hierarki nasab setiap umat manusia yang ada di bumi ini, kembali kepada anak-anak Nuh yang tiga orang, yakni Sam, Ham, dan Yafets.
Dalam salah satu hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dikatakan, ''Sam adalah moyang orang Arab, Ham adalah moyang Habsyah (Ethiopia, Afrika), dan Yafets adalah moyang orang Rum (Romawi, Eropa). lau darimana leluhur bangsa Asia bahkan Indonesia?
Pertanyaan seputar banjir besar Nabi Nuh dan penyebaran umat manusia yang diklaim berasal dari anak cucunya, seolah tak habis-habisnya untuk dibahas.
Bila keturunan dan anak cucu Nabi Nuh sudah diketahui penyebarannya, pertanyaan yang lain adalah ke manakah keturunan orang-orang beriman yang turut serta dalam perahu Nabi Nuh selain anak-anaknya itu?
Siapakah yang melahirkan orang-orang Australia, Amerika, dan lainnya? Apakah juga berasal dari keturunan ketiga anak Nabi Nuh? Bila demikian, manakah anak keturunan dari orang-orang beriman yang naik bersama Nuh dalam bahteranya? Inilah yang masih diperdebatkan.
Sebagian ahli sejarah mengatakan, bangsa-bangsa lainnya selain disebutkan di atas, berkembang dari umat Nabi Nuh yang bersamanya sewaktu banjir besar terjadi. Setelah air surut, mereka kemudian menyebar hingga ke berbagai pelosok negeri dan benua. Namun, keterangan ini sangat sedikit.
Lihat juga Versi Videonya...
Ragam Bahasa dan Dialek
Sejak kapankah adanya perubahan bahasa manusia? Yang pasti, ketika Adam diturunkan ke bumi, ia hanya menggunakan satu bahasa. Kemudian, bahasa itu diturunkan hingga kepada anak cucunya. Bahasa apakah itu? Tak ada keterangan resmi, apakah bahasa Arab, Suryani, Ibrani, Inggris, Prancis, Spanyol, Indonesia, atau lainnya.Abu Hanifah Al-Dainuri, sebagaimana dikutip Sami bin Abdullah Al-Maghluts, menyatakan, pada masa Jamm (anak cucunya Nabi Nuh), terjadi kekacauan bahasa (language isolates). Anak-anak Nuh sudah semakin banyak sehingga semakin padat penduduknya. Seluruhnya menggunakan bahasa Suryani, yaitu bahasanya Nabi Nuh AS. Pada suatu masa, terjadi kekacauan bahasa di antara mereka. Ungkapan mereka mengalami perubahan dan sebagian bercampur pada sebagian lainnya sehingga setiap kelompok berbicara dengan bahasa sendiri, yang diikuti oleh keturunan mereka hingga sekarang.
Kemudian, mereka keluar dari wilayah Babilonia dan masing-masing kelompok berpencar ke arah masing-masing. Kelompok yang pertama kali keluar adalah anak-anak Yafets dan mereka terdiri atas tujuh orang bersaudara, yakni At-Turk, Al-Khazar, Shaqlab (Slave), Taris, Menesk, Kumari (Gomari), dan Shin. Mereka mengambil arah dan menetap di bagian antara Timur dan Utara.
Kemudian, anak-anak Ham bin Nuh yang berjumlah tujuh orang menyusul langkah anak-anak Yafets. Mereka adalah al-Sind, al-Hind (India), Zandj (negro), Habsy (Ethiopia), Nubah, dan Kan'an. Mereka menuju ke wilayah antara Selatan dan Dabur (barat) Babilonia.
Sementara itu, anak-anak Sam bin Nuh tetap tinggal bersama dengan anak paman mereka, Jamm, raja di tanah babel, dengan segala perubahan dan perbedaan bahasa mereka.
Ada pula yang mengatakan, asal mula bahasa adalah bahasa Arab. Dari Arab ke Mesir, terus ke Eropa. Dari huruf hijaiyah 'Alif, Ba, Ta, Tsa' lalu berkembang menjadi 'alfa, betha, omega'.
Sebagian lagi, dari Arab ke Persia, India, Melayu. Seperti Dwi, Ika, Diva yang merupakan kata-kata dari India. Adapun bahasa Cina berkembang ke bahasa Jepang dan Korea.
Lalu, dari manakah bahasa Polynesia yang mendiami pulau-pulau Pasifik, seperti Papua, Aborigin di Australia, Hawaii, dan sekitarnya?
Mitologi Galuh Purba
Kita mengulik (nguri-nguri) sumber Mitologi di Pulau Jawa, khususnya dari Kerajaan Galuh Purba. Nguri-nguri mitologi ini meniru Profesor Arysio Santos yang membahas lokasi Atlantis di Indonesia. Ternyata ada korelasi antara Sejarah dan Mitologi. Baca juga: Sejarah dan Mitos, Konstruksi yang saling Terkait.Naskah Waruga Jagat mengisahkan tentang Banjir Nabi Nuh AS. Naskah yang kini dirujuk merupakan sebuah naskah Daluwang berangka tahun 1117 H atau 1706 M (Abad ke-18). Namun ada naskah Lontar yang lebih tua yang diperkirakan ditulis abad ke-15 M., Konon, Naskah Waruga Jagat (Kitab Waruga Jagat) berada di Kabuyutan Ciburuy dengan nomor Lontar "Ciburuy IX" mungkin sama dengan Kropak-20 seperti dimuat laman british Museum, Kitab ini mengutip silsilah seorang raja Sunda yang bergelar: Ratu Galuh. Raja ini keturunan generasi ke-7 dari Syam bin Nuh AS:
Diceritakan bahwa Orang Galuh adalah orang-orang yang mengimani akidah dan syari’at nabi Nuh As. Kemajuan peradaban di bawah raja Ratu Galuh, salah satunya: pembuatan "Piramida". Sebagaimana dalam Kitab Waruga Jagat:
”Adapun Atmasuci bertapa di Sam Utara. Tempatnya …. Kepada Ki Sadana, berputra perempuan namanya Dwirasa …. Kepada Raden Jayakeling, itulah asalnya sekalian …. bertempat tinggal dan adalah karena rajaputra pindah kepada … yang dipuja. Cahaya yang keluar dari mata sebabnya dinamai Ratu Galuh, karena Ratu berdaulat, maka adalah kehendak Allah memurkai hambaNya, sebab tidak menganut sareat Nabi Noh, maka semuanya naik perahu. Adapun Ratu Galuh mencinta [menciptakan] gunung [buatan, yang] tinggi [nya] tujuh langit. Lalu semua rakyatnya naik gunung, setelah kering lalu turun dari gunung, maka naik ke Bojonglopang, membuat dukuh, maka diwujudkan gunung kulon, dipanah oleh malaikat, lalu hancur gunung itu menjadi sekalian kabuyutan di Nusa Jawa.”[Kitab Waruga Jagat].Akhir dari kehancuran menara Babel dengan petir itu mengakbiatkan mereka tidak mengerti bahasa yang semula bahasa tunggal. Selanjutnya mereka bertebaran sesuai dengan kelompok bahasa masing-masing. Kisah Gunung dalam Kitab Waruga Jagat yang dihancurkan malaikat dengan petir mirip dengan kisah menara Babel. Dan ... entah kebetulan atau tidak, menjadi alasan kita untuk memahami mengapa di indonesia begitu banyak bahasa.
Sundaland Pusat Peradaban Dunia
Selama ini konsep persebaran manusia berasal dari Afrika dengan teori "Out of Africa". Namun adapula teori perpindahan umat manusia yang semuanya berasal dari taiwan dalam teori "Out of taiwan" dan teori ketiga adalah pusat peradaban manusia dari paparan Sunda selanjutnya menyebar ke seluruh dunia yang dikenal dengan teori "Out of Sundaland".Pernah dibahas dalam artikel "Sabana di Sundaland: Tanah berbentuk pola biogeografis di hutan khatulistiwa Asia Tenggara" mengenai geografi Sundaland. Selama ini Sundaland adalah daratan yang membentang luas dan menyatukan kepulauan Nusantara di zaman dulu. Kemudian ada teori migrasi manusia dari daratan eropa via jalan darat hingga mencapat pulau Sumatera, Kalimantan, jawa dan lain-lain. Namun, sejarah koneksi tanah ini, ada batas biogeografis yang ditandai antara barat (Semenanjung Melayu dan Sumatra) dan Sundaland timur (Kalimantan) (Meijaard (2004), Woodruff (2010) dan Lim dkk (2011).). Jadi ada barrier atau pembatas atau penghambat perjalanan darat dari Asia menuju Nusantara (Indonesia) yaitu berupa rawa-rawa yang tak mungkin dilalui manusia purba dengan jalan kaki atau perjalanan darat. Jadi menimbulkan pertanyaan: benarkah bangsa Nusantara tidak datang dari mana pun alias awal dari peradaban?
Kembali ke Mitologi Sunda Galuh bahwa Menara/gunung meru disambar petir oleh malaikat dan kemudian memunculkan beragam bahasa di nusantara seakan meniru kisah Menara babel. namun yang jelas dan benar secara faktual bahwa di Nusantara terdapat beribu macam bahasa yang berbeda. Apakah kisah menara babel di Nusantara (Indonesia) atau bencana serupa Menara babel juga terjadi di negeri kita ini?
Jadi dahulukala di Pulau Jawa antara Sunda dan Jawa bahkan seluruh suku bangsa Nusantara, mungkin berbahasa tunggal yang sama. Wallahualam